Usai Insiden Hugo Millan, Keselamatan Balap Dipertanyakan Lagi
Kecelakaan fatal kembali terjadi di kategori terbawah kejuaraan balap motor. Kini, keselamatan di balap motor kembali menjadi bahan diskusi.
Hugo Millan, pembalap Tim Cuna de Campeones yang baru 14 tahun, meninggal dunia setelah terlibat kecelakaan pada Race 1 FIM CEV kategori Hawkers European Talent Cup di Sirkuit MotorLand Aragon, Spanyol, Minggu (25/7/2021).
Marshal langsung mengibarkan bendera merah (red flag) setelah Honda NSF-250R milik Hugo Millan terjatuh. Lomba pun langsung dihentikan pada lap 9 dari rencana 14 lap.
Namun, para pembalap yang masih di lintasan tetap mendapatkan poin karena sudah jarak balapan sudah lebih dari dua per tiga jarak.
Setelah kecelakaan tersebut, Millan sempat dirawat di medical center. Namun karena cederanya parah, ia dilarikan ke rumah sakit di Zaragoza. Tepat setelah lomba CEV Moto3, penyelenggara mengumumkan bila Hugo Millan meninggal dunia.
Jason Dupasquier, Carxpert PruestelGP
Foto oleh: PruestlGP
Dalam kecelakaan tersebut, total lima pembalap terlibat. Setelah terjatuh, pembalap muda lainnya asal Polandia, Milan Leon Pawelec (Wojcik Junior Racing Team), terlihat melindas Millan yang menyebabkannya cedera serius pada kepala dan leher.
Apa yang terjadi pada Hugo Millan mengingatkan publik akan apa yang terjadi di Kejuaraan Dunia Moto3, 29 Mei lalu. Jason Dupasquier yang sedang turun di kualifikasi kedua (Q2) Moto3, terjatuh menjelang sesi berakhir.
Nahas, pembalap Tim CarXpert Pruestel GP asal Swiss yang baru berusia 19 tahun itu, kemudian terlindas pembalap asal Jepang, Ayumu Sasaki (Red Bull KTM Tech3), yang tidak sempat menghindar akibat jarak yang terlalu dekat.
Seusai dua kecelakaan fatal di kelas terbawah kejuaraan balap motor ini, banyak pihak yang bertanya-tanya, sejauh mana upaya penyelenggara menjaga keselamatan pembalap.
Mural untuk mengingat Luis Salom 39 yang meninggal dunia di Moto2 Catalunya 2016.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Maklum, mereka yang meninggal dunia adalah para pembalap muda dengan potensi besar. Sebelum kecelakaan, Hugo Millan tengah bertengger di peringkat kedua klasemen sementara HETC dengan koleksi 86 poin.
Kecelakaan yang menewaskan Millan dan Dupasquier, memang serupa dengan yang membuat Shoya Tomizaza meninggal dunia saat lomba kelas Moto2 GP San Marino di Misano pada 2010 dan Marco Simoncelli ketika balapan MotoGP Malaysia di Sepang pada 2011.
Mereka semua tewas karena terlindas pembalap lain di belakangnya yang tidak mampu menghindar karena jarak yang terlalu dekat. Rata-rata cedera yang menyebabkan kematian itu dialami di sekitar leher dan kepala.
Kini, diskusi terkait peningkatan standar keselamatan pembalap kembali mengemuka setelah tewasnya Millan. Selama ini, banyak masukan semisal pembalap mengenakan pelindung leher seperti para kroser di motocross.
Shoya Tomizawa saan turun di GP San Marino 2010.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Contoh terakhir dialami runner-up MXGP 2019 dan 2020, Jeremy Seewer di MXGP Belanda, 18 Juli lalu. Kroser asal Swiss dari tim pabrikan Yamaha itu terjatuh di awal lomba Race 2.
Setelah terjatuh, pinggul Seewer terlindas Antonio Cairoli. Tidak sampai di situ, selanjutnya kepala Seewer juga terhantam ban depan Kawasaki KX450F milik Ivo Monticelli.
Beruntung, Seewer mampu bangkit dan melanjutkan Race 2 MXGP Belanda. Ia pun masih mampu finis di posisi ke-10.
Usulan lainnya adalah memodifikasi Head and Neck Support (HANS) yang selama ini dipakai para pembalap Formula 1 dan terbukti efektif.
Beberapa waktu lalu, Direktur Sport Ducati Corse Paolo Ciabatti menegaskan bila kecepatan tinggi bukanlah penyebab tewasnya pembalap dalam sebuah kecelakaan di Kejuaraan Dunia Balap Motor.
Menurutnya, dinamika setelah kecelakaan tersebut – misal terlindas atau menghantam dinding pembatas seperti yang menewaskan Luis Salom pada sesi latihan bebas di Moto2 Catalunya 2016 – yang membuat pembalap meninggal dunia.
Risiko di kelas Moto3 atau ajang lain yang memakai motor spesifikasi tersebut bertambah besar. Bukan dari kencangnya motor melainkan karena kekuatan motor yang praktis sama.
Moto3 selama ini memakai mesin 250cc satu silinder dengan tenaga maksimal hanya sekira 55 hp. Tetapi karena memakai mesin yang sama, posisi para pembalap di trek pun relatif sangat dekat. Dari situlah kemungkinan terjadinya senggolan menjadi sangat besar.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.