Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

10 Kemenangan Perdana Formula 1 yang Gagal Diraih

Lando Norris merasa ‘hancur’ mengetahui kesempatannya menyabet kemenangan F1 perdana dalam GP Rusia sirna. Tetapi pembalap muda McLaren itu bukan yang pertama merasakan kegagalan tersebut.  

Watch: Top 10 maiden wins that got away

Motorsport.com's Prime content

The best content from Motorsport.com Prime, our subscription service. <a href="https://www.motorsport.com/prime/">Subscribe here</a> to get access to all the features.

Sirkuit Sochi Autodrom seharusnya bisa menjadi tempat bersejarah bagi Lando Norris. Sang pilot Inggris berpeluang mengklaim kemenangan Grand Prix (GP) Rusia, podium tertinggi pertamanya di Formula 1 (F1).

Sayang, untuk Norris, kenyataan berkata lain. Kesuksesan yang sudah tampak di depan mata harus raib dari jangkauan. Ia pada akhirnya hanya di posisi ketujuh di Sochi dan itu membuatnya benar-benar kecewa.

Pasalnya, pilot 21 tahun tersebut tampil solid sepanjang balapan dan mampu menahan juara bertahan sekaligus kompatriotnya, Lewis Hamilton, dari Mercedes, ketika hujan turun makin deras membasahi trek.

Memulai start dari posisi terdepan dan sempat kehilangan keunggulannya dari pembalap Ferrari, Carlos Sainz Jr., Norris kembali memimpin dan tampak menguasai segalanya saat mamasuki penguhung race.

Baca Juga:

Namun guyuran hujan yang datang terlambat membuat balapan kacau dan Norris melakukan kesalahan bertahan terlalu lama dengan ban slick akhirnya menyisakan penyesalan mendalam untuk sang pilot.

Lintasan terlalu basah dan setelah putaran yang sangat lambat, ia tergelincir. Lando Norris pun terpaksa masuk pit untuk beralih ke ban intermediate dengan tiga lap tersisa. Tetapi itu sudah terlalu telat untuk Norris.

Ini tentu bakal menjadi pelajaran penting, tetapi Norris bukanlah pembalap pertama –dan hampir pasti bukan yang terakhir– yang telah melihat kemenangan F1 pertama dalam genggamannya terlepas begitu saja.

Motorsport.com merangkum 10 balapan jet darat terkenal yang seharusnya bisa menjadi momen untuk beberapa pembalap mengklaim kemenangan perdana mereka:

Nigel Mansell – Grand Prix Monako 1984

Nigel Mansell, Lotus 95T

Nigel Mansell, Lotus 95T

Foto oleh: Motorsport Images

Dalam kondisi basah yang parah di Monte Carlo, pembalap Lotus Nigel Mansell memimpin dari pole man Alain Prost pada tahap awal. Itu kali pertama ia berada paling depan saat balapan sepanjang kariernya.

Tak menunjukkan sinyal terintimidasi oleh hujan di sekitar jalur yang sempit dan berkelok-kelok, Mansell tampak akan menyelesaikan tugas dengan baik dan terus memperlebar keunggulannya sekitar dua detik per lap.

Namun kondisi berubah beberapa lap kemudian ketika pilot Inggris itu kehilangan kendali saat menanjak di sektor Ste Devote. Mobilnya berputar (spin), sayap belakang menyapu pembatas,

Yang paling menyakitkan bagi Mansell tentunya menerima fakta harapannya untuk meraih kemenangan pertama menguap begitu saja. Balapan akhirnya dimenangkan oleh Prost.

Ayrton Senna – Grand Prix Monako 1984

Pemenang GP Monako 1984 Alain Prost, McLaren dan Ayrton Senna, Toleman

Pemenang GP Monako 1984 Alain Prost, McLaren dan Ayrton Senna, Toleman

Foto oleh: Ercole Colombo

Masih dari GP Monako 1984, kondisi sore yang basah di Monte Carlo juga menawarkan kesempatan bagi juara masa depan lainnya, Ayrton Senna, untuk merengkuh kemenangan Formula 1 perdananya.

Setelah start dari grid ke-13, Senna bisa dengan cepat memperbaiki posisinya dan mendekati pemimpin balapan, Alain Prost, karena situasi cuaca makin buruk.

Dengan Prost menyadari ancaman yang dihadapinya, pembalap McLaren itu memberikan isyarat kepada Steward untuk menghentikan balapan, karena Red Flag akan menjamin kemenangannya.

Clerk of The Course kala itu, Jacky Ickx, setuju bahwa balapan perlu dihentikan dan, kendati Senna telah menemukan jalan menyalip Prost, aturan untuk menentukan hasil diambil dari putaran sebelumnya.

Dengan begitu, Alain Prost yang berhak meraih setengah dari total poin sebagai pemenang. Sementara Ayrton Senna harus terima posisi kedua.

Damon Hill – Grand Prix Jerman 1993

Damon Hill, Williams, GP Jerman 1993

Damon Hill, Williams, GP Jerman 1993

Musim pertama Damon Hill bersama Williams dimulai dengan raihan beberapa poin yang layak, namun kemenangan perdana yang sulit dipahami itu di luar jangkauannya untuk sementara waktu.   

Dalam balapan kandangnya, GP Inggris, Hill nyaris mencapai kemenangan. Ia memimpin dari pole-sitter Alain Prost di awal race dan unggul atas pilot yang ketika itu berstatus juara dunia tiga kali tersebut sampai lap 41 dari total 59 sebelum mesinnya rusak.

Selang dua pekan, dalam GP Jerman di Hockenheim, Hill tampak lebih siap untuk merebut kemenangan perdananya, saat putra dari Graham Hill tersebut nyaman berada di depan Prost, dua lap sebelum finis.

Namun lagi-lagi nasib sial menghampirinya. Ketika tampak siap melaju mengklaim kemenangan, ban kiri mobil FW15C Damon Hill rusak. Ia bahkan tidak mampu masuk pit untuk melakukan pergantian.

Jean Alesi – Grand Prix Italia 1994

Jean Alesi, Ferrari, memimpin GP Italia 1994

Jean Alesi, Ferrari, memimpin GP Italia 1994

Jean Alesi adalah pembalap kesayangan tifosi dalam Grand Prix Italia 1994 ketika pilot Ferrari mengklaim pole position perdananya.

Dengan peluang emas untuk merebut kemenangan Formula 1 pertama usai begitu banyak hasil frustrasi di Ferrari, Alesi sepatutnya memberikan performa bagus saat restart (setelah kecelakaan di Tikungan 1 yang melibatkan Johnny Herbert), memimpin di depan rekan setimnya, Gerhard Berger.

Alesi terus melaju di posisi terdepan dan pada saat pit stop pertamanya, pembalap Prancis itu mencatat keunggulan 11 detik atas Berger. Namun semuanya menjadi salah dalam sekejap mata.

Setelah mengganti ban dan bahan bakar baru, girboks Alesi mengalami kerusakan ketika sang pembalap mencoba keluar dari pit. Perlombaannya pun berakhir saat itu juga.

Jacques Villeneuve – Grand Prix Australia 1996

Jacques Villeneuve, Williams FW18 Renault, Damon Hill, Williams FW18 Renault, Eddie Irvine, Ferrari F310

Jacques Villeneuve, Williams FW18 Renault, Damon Hill, Williams FW18 Renault, Eddie Irvine, Ferrari F310

Photo by: Motorsport Images

Jacques Villeneuve tiba di F1 dengan Williams pada 1996 di tengah hype besar, karena skuad asal Inggris tersebut memiliki harapan tinggi untuk juara bertahan IndyCar dan Indy 500.

Pembalap Kanda tidak mengecewakan saat ia meraih pole position untuk debutnya dalam Grand Prix di Melbourne, Australia, bersama rekan satu timnya, Damon Hill.

Dalam balapan (dimulai kembali setelah crash yang dialami Martin Brundle), duo pilot Williams tersebut terlibat persaingan sengit meraih kemenangan. Namun meski keluar jalur di Tikungan 1, Villeneuve tampak lebih baik dari Hill.

Itu sampai kebocoran bahan bakar terjadi terbukti berpengaruh besar. Hal tersebut memperlambat sang pembalap dan membuka jalan bagi Hill untuk dilalui dan menggagalkan Villeneuve meraih kemenangan perdananya.

Mika Hakkinen – Grand Prix Luksemburg 1997

Start GP Luksemburg 1997

Start GP Luksemburg 1997

Mika Hakkinen telah membuktikan meningkatnya daya saing McLaren-Mercedes, dengan raihan posisi pole position di Nurburgring.

Itu adalah raihan pertamanya di Formula 1 dan yang perdana bagi McLaren sejak Ayrton Senna pada GP Australia 1993 serta pertama untuk Mercedes sejak 1955.

Target utama setelah itu adalah merebut kemenangan dan Hakkinen dengan yakin mengatur taktiknya, menjauh dari posisi pole dan setelah pertengahan balapan, memimpin rekan setimnya David Coulthard, lebih dari 10 detik.

Tetapi meski kelihatan semua terkendali, hanya beberapa saat setelah Coulthard mengalami kerusakan mesin, Hakkinen juga mengalami kerusakan power unit dan memupuskan harapannya menang.

Juan Pablo Montoya – Grand Prix Brasil 2001

Michael Schumacher, Ferrari F2001, battles with Juan Pablo Montoya, Williams FW23 BMW

Michael Schumacher, Ferrari F2001, battles with Juan Pablo Montoya, Williams FW23 BMW

Photo by: Motorsport Images

Juan Pablo Montoya tiba di Formula 1 dari IndyCar dengan reputasi sebagai pembalap yang antusias dan menarik. Bagi fans, ada harapan melihat pilot Kolombia itu menantang dominasi Michael Schumacher.

Di Sirkuit Interlagos, Montoya membuktikan jika dirinya bukan pembalap yang mudah menyerah ketika menabrakkan wheel mobilnya ke Schumacher usai melakukan langkah berani di Tikungan 1 menyusul restart safety car.

Montoya kemudian mulai membangun keunggulan dan ia memimpin berada hampir 30 detik di depan saat melewati tahap pertengahan balapan.

Namun pada lap 39, setelah berhasil menyalip Jos Verstappen, di Tikungan 4 Montoya mundur tepat di depan pilot Orange Arrows, yang meluncur ke belakang Williams dan membuat mereka tersisih dari balapan.

Kimi Raikkonen – Grand Prix Prancis 2002

Kimi Raikkonen,  McLaren Mercedes MP4/17 runs wide,  Michael Schumacher,  Ferrari F2002 pass

Kimi Raikkonen, McLaren Mercedes MP4/17 runs wide, Michael Schumacher, Ferrari F2002 pass

Photo by: Rainer W. Schlegelmilch / Motorsport Images

Kimi Raikkonen telah terbukti menjadi sensasi saat hadir di F1 pada musim 2001 dan tak mengherankan bahwa McLaren mengontraknya untuk tahun 2002.

Meski mampu meraih podium di paruh pertama musim, serangkaian hasil sulit didapat berkat sejumlah masalah keandalan. Tetapi pada GP Prancis, Raikkonen punya semua yang dibutuhkan untuk mengklaim kemenangan perdananya.

Selama race yang mengandalkan strategi ban dan bahan bakar, Raikkonen telah bergerak ke depan dan, dengan lima lap tersisa, sepertinya segalanya sudah siap untuk kemenangan pertama Iceman.

Tetapi tidak diduga oleh Raikkonen, pembalap Toyota Allan McNish mengalami kerusakan mesin dalam perjalanan ke hairpin, membuat isi power unit-nya keluar di sektor lurus.

Raikkonen terpengaruh bahan bakar yang tercecer di lintasan dan akhirnya menyebabkannya melebar, kehilangan posisinya yang diambil Michael Schumacher di pintu keluar hairpin.

Meski bisa mengamankan posisi runner-up, Iceman mengakui setelah balapan bahwa itu momen paling mengecewakan dalam hidupnya.

Charles Leclerc – Grand Prix Bahrain 2019

Charles Leclerc, Ferrari, podium ketiga, di Parc Ferme

Charles Leclerc, Ferrari, podium ketiga, di Parc Ferme

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Setelah musim debut mengesankan bersama Sauber (Alfa Romeo) pada 2018, langkah Charles Leclerc ke Ferrari musim berikutnya diharapkan bisa memberikan hasil baik dalam jangka panjang.

Tetapi, sedikit yang memperkirakan hal-hal itu bakal dimulai dengan awal yang kuat ketika pada balapan kedua musim 2019, GP Bahrain, Leclerc berhasil meraih pole position perdananya.  

Walau sempat tertinggal di lap-lap pertama, pembalap Monako tersebut mampu bangkit dan memimpin di depan rekan setimnya, Sebastian Vettel pada putaran keenam.

Kemudian, Leclerc tampak makin nyaman dan terus menjaga keunggulan, meninggalkan duo Mercedes, Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas, yang mengalami kesulitan dalam upaya mengejarnya.

Situasi itu berlangsung sampai Leclerc mengalami masalah dengan power unit-nya, yang merusak salah satu silindernya. Akibatnya, kecepatan sang pembalap pun menurun drastis. Isu tersebut membuatnya tidak bisa menahan laju Hamilton dan Bottas dan harus puas finis ketiga.

George Russell – Grand Prix Sakhir 2020

George Russell, Mercedes F1 W11, di pit

George Russell, Mercedes F1 W11, di pit

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

Mendapatkan panggilan mendadak dari Mercedes untuk menggantikan Lewis Hamilton yang terjangkit Covid-19, George Russell memanfaatkan kesempatan sekali seumur hidup itu dengan sangat baik.

Ia tampil impresif selama kualifikasi dan hanya kalah 0,026 detik dari rekan satu timnya, Valtteri Bottas, untuk pole. Saat balapan, Russell memulai dengan sangat baik dan mampu memimpin hampir sepanjang balapan.

Namun dengan 20 lap tersisa, situasi berubah. Dipicu oleh crash Jack Aitken, yang mengisi posisi Russell di Williams, ia masuk ke pit untuk mengganti ban. Itu menjadi malapetaka bagi sang pilot muda.

Mekanik Mercedes salah memasang ban depan milik Bottas ke mobil Russell. Hal tersebut membuatnya harus kembali melakukan pit stop. Ia berhasil bangkit dan menekan Sergio Perez untul posisi terdepan.

Sayang, kesialan Russell tak berhenti di situ. Puncture yang dialaminya kali ini memupuskan ambisinya. Ia kembali masuk pit untuk ganti ban dan membuatnya kehilangan posisi dan harus puas finis P9.

Kemalangan Russell di sisi lain menjadi berkah bagi Perez. Pilot Meksiko yang ketika itu membalap untuk Racing Point (Aston Martin) mengklaim kemenangan F1 pertamanya.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Lance Stroll Punya Pengalaman Indah di GP Turki
Artikel berikutnya Podcast: Hasil F1 GP Turki Akan Sulit Ditebak

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia