Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

12 Pembalap MotoGP Terbaik Sepanjang Masa

Kelas premier, sejak era 500cc hingga MotoGP selalu memunculkan pembalap-pembalap hebat yang dapat memberikan perbedaan di trek. Berikut 12 yang terbaik.

Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

MotoGP 2021 menjadi musim yang penuh gejolak bagi penggemar ajang balap kuda besi karena pensiunnya Valentino Rossi menjadi penanda berakhirnya suatu era.

Tak dipungkiri, Rossi menjadi salah satu pembalap terbaik, bahkan namanya lebih besar dari kejuaraan itu sendiri.

Ini membuatnya langsung masih dalam MotoGP Hall of Fame, atau legenda MotoGP, tak lama setelah balapan terakhir di Valencia digelar.

Valentino Rossi memang memiliki pengaruh besar terhadap MotoGP, tapi ada pembalap lain yang membuat kejuaraan sangat menarik, bahkan menjadi idola The Doctor.

Motorsport.com Indonesia mencoba merangkum 12 pembalap terbaik MotoGP/500cc, yang mana tidak semua pembalap dianggap sebagai legenda.

1. Valentino Rossi (2000-2021)

Valentino Rossi, Yamaha

Valentino Rossi, Yamaha

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Valentino Rossi rasanya layak untuk berada di posisi teratas, mengingat pengaruh dan prestasi yang dicapainya selama ini di kejuaraan dunia balap motor.

Melakoni debut di kelas premier pada 2000, ketika masih berjuluk 500cc dengan mesin dua tak, hingga saat ini Rossi telah meraih 89 kemenangan dari 372 balapan.

Pembalap berjuluk The Doctor itu mampu mendapatkan lebih dari satu gelar dari dua pabrikan berbeda, Honda dan Yamaha, yang membuat kemampuannya tak diragukan lagi.

Selain teknik balap yang mumpuni, Valentino Rossi juga punya daya jual tinggi karena selalu bersikap ramah saat berada di depan kamera yang membuatnya menjadi pembalap dengan basis penggemar terbesar.

Pria asal Italia itu juga mempersiapkan talenta terbaik dari negara asalnya untuk bersaing hingga ke level tertinggi melalui VR46 Academy, dan mulai tahun depan timnya juga akan bersaing di MotoGP.

2. Giacomo Agostini (1964-1997)

Giacomo Agostini

Giacomo Agostini

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Mungkin tidak akan ada yang mampu menandingi kehebatan Giacomo Agostini sebagai pembalap roda dua yang mengoleksi 15 gelar juara dunia.

Agostini bisa mendapatkan banyak gelar karena saat itu pembalap grand prix boleh mengikuti beberapa kelas. Misalnya, Agostini yang pernah juara di kelas 350cc dan 500cc pada musim yang sama antara 1968 dan 1972.

Namun, Giacomo Agostini merupakan pembalap paling handal dengan catatan minim kecelakaan baik di kelas 350cc maupun 500cc.

Pada 1997, Agostini memutuskan untuk gantung helm, tapi masih terlibat dalam ajang balap dunia hingga saat ini.

3. Marc Marquez (2013-sekarang)

Marc Marquez, Repsol Honda Team

Marc Marquez, Repsol Honda Team

Foto oleh: Bridgestone Corporation

The Baby Alien memang julukan yang pantas bagi Marc Marquez karena ia langsung membuat heboh MotoGP setelah meraih gelar juara dunia pada musim pertamanya di MotoGP.

Padahal, kala itu ada sejumlah pembalap hebat seperti Rossi, Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa, dan Nicky Hayden. Tapi, Marquez berhasil mengatasi semua rivalnya dan menjadi juara dengan keunggulan empat poin atas Lorenzo.

Julukan yang disematkan kepada Marc Marquez karena dirinya memiliki gaya balap yang tak biasa, tak kenal rasa takut dan agresif.

Delapan gelar yang didapatkannya di semua kategori membuat pembalap asal Spanyol itu sangat pantas disandingkan dengan Valentino Rossi dan Giacomo Agostini sebagai pembalap terbaik MotoGP.

Sayang, saat ini Marc Marquez sedang berjuang pulih dari cedera mata, yang dikhawatirkan bisa mengakhiri kariernya lebih cepat.

4. Casey Stoner (2006-2012)

Casey Stoner

Casey Stoner

Foto oleh: Ducati Corse

Casey Stoner memiliki musim yang singkat di MotoGP, tapi ia menjadi pembalap yang sulit dilupakan oleh para pembalap. Bahkan, hingga saat ini masih banyak yang penasaran untuk mengalahkannya.

Bukan tanpa alasan, Stoner memiliki kemampuan yang tak dimiliki oleh banyak pembalap, yang merupakan talenta alamiah.

Pembalap asal Australia itu menjadi satu-satunya pembalap yang mampu menaklukkan motor Ducati Desmosedici GP ketika teknologi belum berkembang pesat seperti saat ini.

Padahal karakter Ducati dan gaya balapnya sangat berbeda, tapi Stoner bisa berkendara dengan baik dan menjadi juara dunia pada 2007. Hingga saat ini, Ducati belum bisa membawa pulang gelar tersebut meski telah berinvestasi besar-besaran.

Casey Stoner juga berhasil mengembalikan kejayaan Honda ketika menjadi juara dunia pada 2011, yang merupakan gelar keduanya di MotoGP.

Pada tahun berikutnya, Stoner memutuskan pensiun atas alasan kesehatan dan merasa kejuaraan sudah tidak menarik.

5. Jorge Lorenzo (2008-2019)

Jorge Lorenzo, Yamaha Factory Racing

Jorge Lorenzo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Jorge Lorenzo merupakan salah satu pembalap tersukses dalam kejuaraan maupun pribadinya dalam urusan bisnis.

Melakoni debut di MotoGP pada 2008, Lorenzo harus bersaing dengan pembalap-pembalap besar. Terlebih dirinya menjadi rekan setim Valentino Rossi dan selalu ada di bawah bayang-bayang The Doctor.

Dua tahun berikutnya, kemampuan Lorenzo semakin terasah dan dirinya lebih baik saat berada di atas YZR-M1. Meraih 16 podium termasuk sembilan kemenangan pada musim 2010, membawanya meraih gelar juara dunia pertamanya di kelas premier.

Bukan hanya sekali, Jorge Lorenzo membawa pulang dua titel MotoGP lainnya pada 2012 dan 2015.

Sayangnya, konflik dengan Rossi yang semakin memanas membuatnya tak nyaman dan memutuskan pindah ke Ducati pada 2017. Namun, selama dua tahun bersama pabrikan Italia, Lorenzo tak berkembang hingga memilih gabung dengan Honda.

Harapan tak berjalan sesuai dengan kenyataan. Berharap tampil cepat dengan RC213V, Jorge Lorenzo kesulitan menaklukkan motor dan kerap alami kecelakaan.

Lelah dengan semua itu, pembalap berjuluk X-Fuera itu memilih untuk keluar dari kejuaraan karena merasa sudah tak ada yang perlu dikejar atau dibuktikan.

6. Mick Doohan (1989-1999)

Mick Doohan

Mick Doohan

Foto oleh: Honda

Seorang legenda yang hingga kini masih terlibat dalam semua urusan MotoGP, jadi salah satu pembalap paling berpengaruh di kejuaraan dunia balap motor paling bergengi ini.

Mick Doohan hanya 11 tahun ada di kelas premier, dan setia bersama Honda, dengan lima musim pertama tanpa gelar, lalu lima tahun berikutnya menjadi juara dunia secara beruntun.

Selama 11 musim, Doohan mampu meraih 54 kemenangan grand prix, dalam 137 balapan, dan uniknya ia memulai karier dari Superbike.

Salah satu yang paling diingat dari pria asal Australia itu adalah gaya balapnya yang menggantukan tubuh bagian bawah ke samping motor saat menikung.

Ini sering dipraktekkan oleh pembalap saat sedang warm up lap atau selebrasi kemenangan, seperti yang dilakukan Jack Miller saat menang di GP Prancis pada Mei lalu.

7. Kenny Roberts (1974, 1978-1983)

Kemenang balapan Kenny Roberts, Yamaha

Kemenang balapan Kenny Roberts, Yamaha

Foto oleh: Yamaha Motor Racing

Kenny Roberts merupakan salah satu sosok paling berjasa dalam mendongkrak kejuaraan dunia selama 30 tahun berkarier di dunia balap roda dua.

Pria asal Amerika Serikat itu meraih tiga gelar juara dunia secara beruntun pada 1978 sampai 1980. Setelah, itu ia menjadi manajer putranya, Kenny Roberts Jr, yang juga menjadi kampiun pada 2000.

Sepanjang kariernya, Roberts telah menghadapi beberapa rival tanggung seperti Barry Sheene dalam perebutam gelar musim 1979, Freddie Spencer, dan Randy Mamola.

Dalam 13 tahun karir balap profesional, Roberts memenangi dua Grand National Championships dan tiga titel 500cc, termasuk 32 Grand Nationals dan 24 Grand Prix road races.

Ia juga pemenang tiga kali dari Daytona 200 dan Imola 200, dan merupakan pemenang enam kali dari Laguna Seca 200.

Selain itu Roberts pemalap AMA kedua setelah Dick Mann yang mencapai Grand Slam dengan memenangi lima event Grand National Championship.

8. Eddie Lawson (1983-1992)

Eddie Lawson, Marlboro Team Agostini, Christian Sarron, Team Gauloises Yamaha

Eddie Lawson, Marlboro Team Agostini, Christian Sarron, Team Gauloises Yamaha

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Eddie Lawson bisa dikatakan sebagai pelopor pembalap dengan gaya balap dan manuver bersih, tapi berhasil memenangi gelar juara dunia sebanyak empat kali di kelas 500cc pada 1984, 1986, 1988, dan 1989.

Kejuaraan yang belum melarang produsen rokok menjadi sponsor utama, menjadi salah satu kunci sukses bagi pembalap asal Amerika.

Bersama Marlboro Agostini Yamaha, Lawson memenangi tiga gelar, dan saat bersama Rothmans Kanemoto Honda, ia memenangi satu titel tambahan.

Ini membuat Eddie Lawson menjadi pembalap pertama yang berhasil memenangi dua gelar bersama dua pabrikan berbeda.

Sebenarnya, Lawson ingin mencoba meraih gelar dengan tiga pabrikan karena pada akhir kariernya ia bergabung dengan Cagiva Corse dengan mengendarai GP500.

Sayangnya, ia kesulitan untuk mendapatkan podium, karena hanya tiga kali finis di posisi tiga besar termasuk kemenangan di Hungaria.

9. Mike Hailwood (1958-1967)

Mike Hailwood, Norton

Mike Hailwood, Norton

Foto oleh: Nationaal Archief

Mike Hailwood melakoni balapan pertamanya di kelas 250cc pada Isle of Man TT, setelah sebelumnya bekerja di perusahaan dealer keluarga.

Dikenal sebagai Mike-the-Bike, memperkuat Honda dan MV Agusta, untuk mendapatkan sembilan gelar di tiga kelas berbeda, 250cc (3), 350cc (2), dan 500cc (4).

Selain itu, Hailwood juga mampu memenangi 14 balapan di Isle of Man TT. Sedangkan di grand prix ia meraih total 76 kemenangan.

Sempat mencoba balap Formula 1, Hailwood mengalami kecelakaan mengerikan di Jerman pada 1974 yang membuatnya pensiun karena patah kaki kanan.

Mike Hailwood meninggal dunia pada 1981 karena mengalami kecelakaan lalu lintas bersama putrinya.

10. John Surtees (1952-1960)

John Surtees, MV Agusta

John Surtees, MV Agusta

Foto oleh: MV Agusta

Dipuja-puja oleh pembalap sekaliber Valentino Rossi, hingga saat ini, John Surtees merupakan satu-satunya rider yang memenangi gelar juara dunia di kelas premier balap motor dan juga mobil.

Surtees memperkuat tim ikonik Norton dan MV Augusta sebelum membalap untuk tim F1 termasuk Lotus dan Ferrari, dan memenangi gelar pada 1964.

Sebelumnya, John Surtees telah meraih tiga gelar di kelas 350cc dan empat titel di 500cc, dengan total 38 kemenangan dari 45 podium.

Surtees meninggal karena gagal napas pada 10 Maret 2017 di Rumah Sakit St George di London, pada usia 83 tahun. Dia dimakamkan, di sebelah putranya Henry, di Gereja St. Peter dan St. Paul di Lingfield, Surrey.

Penghargaan untuk John Surtees diadakan pada Rapat Anggota Goodwood pada 19 Maret 2017.

11. Joan Mir (2019-sekarang)

Joan Mir, Team Suzuki MotoGP

Joan Mir, Team Suzuki MotoGP

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Suzuki membuat langkah berani dengan mempromosikan Joan Mir untuk memperkuat salah satu kursinya yang ditinggalkan oleh Andrea Iannone.

Sempat kesulitan di awal musim, Mir mulai menemukan perasaan terbaiknya pada paruh kedua musim 2019.

Pada 2020, kejuaraan digelar dengan situasi yang tak biasa akibat pandemi Covid-19, yang bisa menyulitkan pembalap baru seperti Mir.

Tapi, Joan Mir menjadi pembalap paling konsisten sepanjang musim. Meski hanya mendapatkan satu kemenangan, pembalap asal Spanyol itu akhirnya menjadi juara setelah finis ketujuh di GP Valencia.

12. Fabio Quartararo (2019-sekarang)

World Champion Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

World Champion Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Yamaha

Fabio Quartararo merupakan satu angkatan dengan Joan Mir ketika dipromosikan ke MotoGP, dan juga diragukan tampil baik di kelas premier karena tak memiliki performa apik di Moto2 dan Moto3.

Namun, Quartararo menunjukkan performa impresif dengan menjadi pembalap terbaik Yamaha, meski menggunakan motor satu tahun lebih tua.

Pembalap asal Prancis itu juga beberapa kali bertarung ketat dengan Marc Marquez dalam memperebutkan kemenangan.

Apa yang ditunjukkan Quartararo membuat Yamaha memberikannya motor tim pabrikan di tahun berikutnya. Ini membuatnya langsung memenangi dua kemenangan secara beruntun dalam dua balapan awal.

Tapi, El Diablo tak menunjukkan konsistensi, dan sempat ada harapan ketika menang di Catalunya, dan masih mempertahankan posisi di puncak klasemen.

Quartararo tak mampu mengendalikan emosinya hingga akhirnya kehilangan posisi pertama dan harus puas finis di posisi kedelapan dalam klasemen akhir.

Tahun ini, rider 22 tahun tersebut naik ke tim pabrikan Yamaha, mendatangi psikologi membuatnya juga mampu mengendalikan emosinya dengan lebih baik.

Jadi pembalap paling konsisten dan terkuat sepanjang musim, Quartararo akhirnya menjadi juara dunia setelah finis keempat di GP Emilia Romagna, usai Francesco Bagnaia, penantang gelar terdekat terjatuh.

Baca Juga:

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya 12 Pembalap Hebat yang Tak Pernah Rasakan Titel
Artikel berikutnya 12 Insiden Kontroversial dalam Balapan

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia