Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

9 Skandal Kecurangan dalam Sejarah Formula 1

Formula 1 tidak bebas dari kecurangan dan skandal. Ambisi tim dan pembalap untuk menang tak jarang membuat mereka menghalalkan segala cara.

Michael Schumacher, Ferrari 248 F1

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Dalam mengintepretasikan aturan, kadang tim mencari celah keuntungan meski itu berada di batas antara legal dan tidak. Ada pula yang terang-terangan melanggar aturan. Mungkin prinsip mereka, tak masalah sedikit licik asal tidak ketahuan.

Berikut deretan skandal dan kecurangan yang mencoreng wajah F1.

1. Spygate – McLaren (musim 2007)

Skandal ini melibatkan kepala mekanik Ferrari, Nigel Stepney, yang disinyalir menyerahkan dokumen rahasia setebal 800 halaman kepada kepala desainer McLaren, Mike Coughlan, yang lantas meneruskan kepada istrinya untuk difotokopi.

Petugas kios fotokopi di Woking itu menghubungi kantor pusat Ferrari dan memberitahu bahwa dokumen mereka telah dicuri. Investigasi dilakukan secara internal dan ditemukan bahwa Stepney berkhianat. Ia pun dipecat dan pada hari yang sama, skuad Kuda Jingkrak menyeret Coughlan ke meja hijau.

Skuad yang bermarkas di Woking itu lantas memberhentikan Coughlan dan mengklaim tidak menemukan dokumen diedarkan kepada staf lainnya. Mereka juga tidak meniru desain Ferrari. Federasi Otomotif Internasional (FIA) pun tidak menemukan ada desain atau komponen rahasia milik Ferrari yang terpasang di mobil McLaren.

Nigel Stepney (GBR) Ferrari Chief Mechanic.
Formula One World Championship, Rd 18, Brazilian Grand Prix, Practice Day, Interlagos, Brazil, 20 October 2006

Nigel Stepney (GBR) Ferrari Chief Mechanic. Formula One World Championship, Rd 18, Brazilian Grand Prix, Practice Day, Interlagos, Brazil, 20 October 2006

Photo by: Sutton Images/Motorsport Images

2. Crashgate - Renault (GP Singapura 2008)

Renault menikmati performa apik Fernando Alonso. Di Q2 GP Singapura, pembalap Spanyol itu mengalami masalah dengan bahan bakar, padahal saat itu sedang mengincar pole position. Ia pun memulai lomba dari urutan ke-15.

Tak hilang akal, Renault menginstruksikan Nelson Piquet Jr. menabrak tembok di Tikungan 17, ketika Alonso masuk pit pada lap ke-12. Juara dunia F1 dua kali itu mendapat keuntungan dari keluarnya safety car sehingga bisa meraih kemenangan.

Kesal didepak di pertengahan musim 2009 menyusul performa buruk, Piquet Jr. buka mulut. Ia mengaku disuruh Flavio Briatore dan Pat Symonds menabrak dinding. Kedua pentolan tim hengkang dari Renault.

Symonds dilarang berkiprah di F1 lima tahun, sedangkan pemilik tim diganjar sanksi seumur hidup. Hukuman kemudian dibatalkan.

Baca Juga:

Nelson Piquet Jr. (BRA) Renault R28 crashes into the wall.
Formula One World Championship, Rd 15, Singapore Grand Prix, Race, Singapore, Sunday 28 September 2008

Nelson Piquet Jr. (BRA) Renault R28 crashes into the wall. Formula One World Championship, Rd 15, Singapore Grand Prix, Race, Singapore, Sunday 28 September 2008

Photo by: Elliot Patching/Sutton Images/Motorsport Images

3. Rem berpendingin air – Brabham dan Williams (1982)

Turbocharger yang menawarkan lonjakan tenaga dengan induksi paksa sontak jadi tren di Formula 1 1982. Sebaliknya, mobil non turbo punya bobot lebih ringan sehingga di bawah persyaratan F1, tinggal menambah pemberat seperti cairan, pendingin dan sejenisnya.

Brabham, Williams dan McLaren menyiasati aturan tersebut dengan memasang tangki air besar terisi penuh di sisi dalam mobil untuk pendingin rem, sehingga memenuhi syarat minimum 580 kg sebelum lomba. Setelah beberapa putaran, air akan menguap sehingga lebih ringan dan melaju kencang.

Tangki bisa diisi ulang saat inspeksi pascabalapan sehingga bobot mobil sesuai persyaratan. Protes terhadap trik itu bermunculan, setelah Nelson Piquet Sr. (Brabham) dan Keke Rosberg (Williams), finis dua besar GP Brasil.

Alhasil, pencapaian mereka dicabut. John Watson bernasib mujur karena peringkat kedua jatuh ke pangkuannya karena mobilnya tak diprotes. Akibat gesekan tersebut, skuad non-turbo memilih absen dari GP San Marino.

Martin Brundle (Tyrrell 012 Ford), 1984 Belgium GP

Martin Brundle (Tyrrell 012 Ford), 1984 Belgium GP

Photo by: LAT Images/Motorsport Images

4. Melaju di bawah syarat bobot – Tyrrell (1984)

Tyrrell merupakan kekuatan yang diperhitungkan di era ’70-an. Skuad itu kerepotan setelah anggaran F1 membengkak sehingga tidak dapat bersaing dengan lawan-lawannya.

Saat banyak tim beralih ke mesin turbo dengan daya 1000bhp, Tyrell memutuskan tetap menggunakan powerunit Cosworth DFY V8 yang lebih murah. Untuk menyiasati gap, tim yang bermarkas di Ockham menggunakan mobil lebih ringan.

Tapi aturan tim boleh mengisi air setelab balapan dihapus, sama halnya dengan mengisi bahan bakar saat pit stop. Hanya saja, mereka boleh menambah air dalam sesi tersebut. Jadi mau tidak mau Tyrell mesti menambah bobot mobil.

Tyrell memutuskan mengoplos air dan pelet timah dan memasukkan ke tangki di pitstop akhir, sehingga mereka bisa tetap meluncur beberapa lap dengan bobot lebih ringan. Kecurangan terendus ketika pelet berceceran hingga area pit tim lain di sebelahnya.

Tak cukup sampai di situ, mereka juga kadang mencampur air dengan aromatik, yang digunakan tim menyemprot inlet untuk mendapatkan tenaga ekstra dari mesin. Tim dianggap mengambil bahan bakar ekstra selama pitstop.

Akibat dua pelanggaran itu, Tyrell didiskualifikasi dan hasil musim 1984 dihapus. Pembalap mereka, Martin Brundle dan Stefan Bellof, juga diarang melanjutkan musim.

2005 San Marino Grand Prix - Sunday Race,
Imola, Italy. 24th April 2005
Jenson Button, BAR Honda 007

2005 San Marino Grand Prix - Sunday Race, Imola, Italy. 24th April 2005 Jenson Button, BAR Honda 007

Photo by: LAT Images/Motorsport Images

5. Tangki rahasia – BAR (2005)

Setelah menjadi tim terbaik kedua musim 2004, BAR yang dikendalikan Prodrive, menemui kesulitan edisi berikutnya dengan sasis baru 007. Poin perdana dari GP San Marino, usai Jenson Button finis peringkat ketiga dan Takuma Sato kelima, dibatalkan lantaran mobil mereka lebih ringan 5 kg.

Steward menemukan kompartemen bahan bakar sekunder dalam mobil. Tapi BAR berkilah bahwa mereka memenuhi aturan bahan bakar minimum. Skuad itu pun dibebaskan.

FIA tidak percaya sehingga mengajukan banding lewat Pengadilan Internasional. Mereka menila mobil BAR tak mungkin sampai 600 kg kecuali menggunakan bahan bakar sebagai pemberat yang ditempatkan di kompartemen rahasia.

Setelah mempelajari data konsumsi bahan bakar, tidak bisa dipastikan berapa bobot mobil selama lomba. BAR lantas dihukum tak boleh tampil pada dua lomba, GP Spanyol dan Monako.

1994 British Grand Prix.
Silverstone, England.
8-10 July 1994.
Michael Schumacher (Benetton B194 Ford) 2nd position. He was later disqualified for overtaking on the formation lap.

1994 British Grand Prix. Silverstone, England. 8-10 July 1994. Michael Schumacher (Benetton B194 Ford) 2nd position. He was later disqualified for overtaking on the formation lap.

Photo by: LAT Images/Motorsport Images

6. Kontrol traksi, bantuan pembalap dan trik pengisian bahan bakar – Benetton (1994)

Pada 1993, bantuan untuk pengemudi dan elektronik rumit mencapai puncaknya. FIA lantas melarang penggunaannya di musim berikutnya.

Tim harus melepas perangkat, seperti suspensi aktif, kontrol traksi dan peluncur, serta rem anti penguncian. Di sisi lain, pengisian bahan bakar dalam balapan diizinkan kembali.

Ayrton Senna, pindah ke Williams, mengungkapkan keyakinannya bahwa Benetton mengakali perubahan regulasi. Dia curiga setelah melihat pitstop kilat tim itu di GP Brasil dan suara B194 yang berbeda kala dipacu di trek.

Seiring dengan tewasnya Senna, FIA menginterogasi Beneton, McLaren dan Ferrari serta meminta kode sistem manajemen mesin. Konstruktor yang bermarkas di London didenda karena telah menyerahkannya, sedangkan Cosworth tak mau memberikan karena alasan komersial.

Berdasarkan analisis perangkat lunak, FIA menemukan bukti yang disebut dengan ‘opsi 13’, merujuk pada sistem kontrol peluncuran. Itu digunakan agar pembalap dapat tampil apik saat start dengan aksi tunggal.

Benetton berkilah bahwa itu hanya untuk pengujian dan butuh proses penyalaan lebih panjang agar berfungsi. FIA mengendus bahwa itu dapat diaktifkan melalui laptop yang dicolokkan ke mobil. Seperti kode cheat gim, pembalap harus memasukkan kode ke setir. Tetapi, federasi tidak menemukan sistem itu diterapkan dalam lomba.

Akibat kebakaran saat Jos Verstappen mengisi ulang bahan bakar di GP Jerman, Benetton diindikasikan menjalankan pompa bahan bakar tanpa filter sehingga mengalir cepat dan menghemat satu detik kala pitstop.

Engineer tim, Willem Toet, mengungkapkan filter justru melundungi dari potensi ledakan. Instruksi itu juga datang dari Intertechnique, perusahaan yang bertanggung jawab atas rig bahan bakar. Benetton terbebas dari tuduhan.

Michael Schumacher dikenai penalti stop-go usai menyalip Damon Hill pada lap pemanasan, lalu dilarang tampil dua lomba karena penggunaan skid block melewati batas.

The controversial collision between Michael Schumacher, Ferrari F310B, and Jacques Villeneuve, Williams FW19 Renault. Schumacher was judged to have deliberately turned in on his rival Villeneuve, and subsequently was excluded from the entire championship as a result.

The controversial collision between Michael Schumacher, Ferrari F310B, and Jacques Villeneuve, Williams FW19 Renault. Schumacher was judged to have deliberately turned in on his rival Villeneuve, and subsequently was excluded from the entire championship as a result.

Photo by: Motorsport Images

7. Kecelakaan ‘sengaja’ – Michael Schumacher (1994, 1997 dan 2006)

Michael Schumacher merupakan pembalap terhebat F1, dibuktikan dengan tujuh gelar juara dan 91 kemenangan. Tapi, bukan berarti dia adalah sosok yang bersih. Schumi kadang nekat bermain di area abu-abu demi mengamankan keuntungan pada momen krusial.

Pada 1994, pembalap Jerman itu bersenggolan dengan Damon Hill di Adelaide pada 1994. Saat itu, pertarungan menuju juara dengan gap satu poin. Schumacher setelah menabrak dinding kala keluar dari tikungan, ia kembali ke trek dan memotong jalan pembalap Inggris lalu menumbuknya. Mobil Benetton B194 terbang dan membentur tembok pembatas.

Wishbone Hill patah dan Direktur Teknik Williams, Patrick Head, berhasil membengkokkan ke bentuk semula. Tapi putra Graham Hill tersebut gagal mendapat gelar.

Manuver serupa dilakukan Schumacher kepada Jacques Villeneuve tiga tahun kemudian. Keduanya mendekati tikungan Dry Sac di Jerez. Pilot Kanada itu berusaha menyalip rival utamanya dari sisi luar, tapi Schumi tidak terima dan memepet pembalap Williams itu.

Namun, pembalap Ferrari itu berakhir di area kerikil. Villeneuve pun merebut mahkota juara semata wayang dalam kariernya.

Trik lama diterapkan dalam persaingan juara musim 2006 dengan Fernando Alonso. Setelah mencatatkan waktu tercepat kualifikasi yang cukup untuk pole position, Schumacher memarkir mobilnya di Rascasse, sirkuit Monte Carlo.

Pembalap Renault tersebut lantas melakukan hot lap hingga akhir. Pembelaan Schumi rodanya terkunci, tapi FIA tak percaya dan menghukumnya untuk start dari belakang. Steward menganalisis bahwa lock-up timbul karena mengemudi di bawah 10 mil (16 km) perjam

Hockenheimring, Hockenheim, Germany
25th July 2010
Felipe Massa, Ferrari F10, 2nd position, leads Fernando Alonso, Ferrari F10, 1st position

Hockenheimring, Hockenheim, Germany 25th July 2010 Felipe Massa, Ferrari F10, 2nd position, leads Fernando Alonso, Ferrari F10, 1st position

Photo by: LAT Images/Motorsport Images

8.Team order – Ferrari (GP Jerman 2010)

“Felipe, Fernando lebih kencang dari Anda. Bisa mengonfirmasi bahwa Anda mengerti pesan ini?”. Itulah bunyi panggilan radio dari race engineer Ferrari, Rob Smedley, kepada Felipe Massa. Sebuah instruksi terselubung agar pembalap Brasil membiarkan rekannya ada di depan pada GP Jerman 2010. Tim Kuda Jingkrak dijatuhi denda 100 ribu dollar (sekitar Rp1,4 miliar).

Team order sebenarnya sudah dilarang sejak Ferrari memerintahkan Rubens Barrichello melambat pada GP Austria 2002 dan membiarkan Michael Schumacher lewat. Aksi tersebut dipandang bisa merusak F1. Tapi tim-tim menyiasati dengan kode-kode tertentu.

  1. Team order – Ferrari (GP Jerman 2010)

“Felipe, Fernando lebih kencang dari Anda. Bisa mengonfirmasi bahwa Anda mengerti pesan ini?”. Itulah bunyi panggilan radio dari race engineer Ferrari, Rob Smedley, kepada Felipe Massa. Sebuah instruksi terselubung agar pembalap Brasil membiarkan rekannya ada di depan pada GP Jerman 2010. Tim Kuda Jingkrak dijatuhi denda 100 ribu dollar (sekitar Rp1,4 miliar).

 

Team order sebenarnya sudah dilarang sejak Ferrari memerintahkan Rubens Barrichello melambat pada GP Austria 2002 dan membiarkan Michael Schumacher lewat. Aksi tersebut dipandang bisa merusak F1. Tapi tim-tim menyiasati dengan kode-kode tertentu.

 

Larangan itu lantas dibatalkan oleh FIA pada 2011 karena tidak berhasil diberlakukan.

Stirling Moss, Cooper T51 Climax, Jack Brabham, Cooper T51 Climax, and Harry Schell, Cooper T51 Climax, lead the field away at the start.

Stirling Moss, Cooper T51 Climax, Jack Brabham, Cooper T51 Climax, and Harry Schell, Cooper T51 Climax, lead the field away at the start.

Photo by: LAT Images/Motorsport Images

9. Memotong tikungan – Harry Schell (GP Amerika Serikat 1959)

Harry Schell kurang moncer di grid F1 era ’50-an, tapi kariernya melesat ketika bergabung dengan BRM pada 1958. Setelah memberi lima poin untuk timnya pada 1959, ia beralih ke Cooper T51 pada laga penutup di Sebring.

Tanpa ada sorotan media, ia mampu mengunci peringkat ketiga di grid -3 menit 5,2 detik lap- menyingkirkan Tony Brooks (Ferrari) dari barisan depan. Sehingga deretan itu dikuasai pengemudi Cooper.

Tim Italia murka dan bukti kecurangan Schell makin jelas setelah balapan usai. Saat kualifikasi, pembalap itu menemukan jalan pintas, memotong bagian belakang yang lurus dan perlahan kembali ke sirkuit sehingga menghemat waktu beberapa detik. Ia pikir tidak akan menimbulkan kecurigaan.

Karma dibayar kontan. Kopling Schell habis pada lap keenam

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hamilton Soroti Berat Minimal Mobil yang Terus Naik
Artikel berikutnya Dua Pole Position Tidak Mencerminkan Kecepatan Ferrari

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia