Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Andrea Dovizioso Ungkap Sejumlah Perubahan di MotoGP

Andrea Dovizioso tengah menjalani musim ke-20 di Kejuaraan Dunia Balap Motor. Ia pun menilai sejumlah hal berubah, terutama di kelas tertinggi, MotoGP.

Andrea Dovizioso, RNF MotoGP Racing

Andrea Dovizioso, RNF MotoGP Racing

Gold and Goose / Motorsport Images

Menjelang MotoGP Jerman di Sirkuit Sachsenring, akhir pekan ini (17-19/6/2022), sejumlah pabrikan dan pembalap dilanda dilema.

Honda yang menguasai Sachsenring sejak 2010, mungkin akan berat mempertahankan dominasi tanpa kehadiran King of The Ring, Marc Marquez (Repsol Honda), yang masih dalam pemulihan setelah operasi lengan.

Ducati, pabrikan terkuat di MotoGP musim ini, menganggap Sachsenring bukan trek favorit mereka. Sepanjang turun di kelas premier, Ducati hanya mampu sekali menang di sirkuit dengan segudang tikungan tanpa trek lurus panjang itu, lewat Casey Stoner pada 2008.

Selebihnya, Loris Capirossi hanya naik podium kedua pada GP Jerman 2007. Adapun Troy Bayliss dan Stoner masing-masing finis P3 pada 2003 dan 2010. Ducati kali terakhir finis podium di Sachsenring pada 2016, saat Andrea Dovizioso finis P3.

Namun, Dovizioso kini bukan salah satu favorit podium di MotoGP Jerman nanti. Ia masih sangat kesulitan beradaptasi dengan Yamaha YZR-M1 milik Tim WithU Yamaha RNF MotoGP.

Baca Juga:

Pembalap tertua di grid MotoGP 2022 itu pun mengungkapkan sejumlah perbedaan yang terjadi selama dirinya turun di kelas premier sejak 2008. Salah satunya soal kecocokan karakter sirkuit dengan motor.

“Banyak perubahan yang terjadi saat ini jika dibanding pengalaman saya. Dulu, saat datang ke trek, kami bisa memastikan sirkuit ini cocok untuk motor ini atau itu. Hal tersebut tidak terjadi lagi saat ini,” tutur pembalap asal Italia berusia 36 tahun itu.

“Kini, posisi pembalap kuat diisi nama-nama yang sama, mereka yang mampu membuat perbedaan dibanding rekan-rekannya pemakai merek yang sama. Di MotoGP saat ini, siapa pun yang mampu memaksimalkan potensi motor, akan membuat perbedaan besar.”

Runner-up MotoGP tiga kali (2017, 2018, 2019) tersebut lantas memberi contoh Ducati sebagai satu-satunya pabrikan yang cukup berhasil membuat kekuatan kedelapan pembalapnya merata.

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Fabio Quartararo, Yamaha Factory MotoGP, saat turun di GP Italia.

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Fabio Quartararo, Yamaha Factory MotoGP, saat turun di GP Italia.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Sementara beberapa pabrikan lain, Anda lihat jika satu pembalap finis di P1 maka posisi finis terdekat rekan satu pabrikannya hanyalah P8, atau mungkin P2 dan P10. Ini menunjukkan MotoGP sudah berubah,” tutur pemenang 15 Grand Prix kelas MotoGP itu.

Dovizioso tidak bisa memastikan apakah perubahan di MotoGP ini dipengaruhi oleh ban Michelin yang kini dipakai. Yang pasti, Dovi menilai MotoGP mulai banyak berubah sejak 2020 atau saat Michelin mulai menjadi pemasok tunggal ban di kelas premier.

“Tetapi saya tidak bisa menyebut itu satu-satunya penyebab perubahan. Menurut saya, banyak hal lain juga berubah dan itulah yang membuat situasi di MotoGP menjadi seperti ini,” kata pembalap yang pernah membela tim pabrikan Honda dan Ducati di MotoGP itu.

“Yang pasti, saya tidak lagi melihat motor bisa sesuai dengan (keinginan atau karakter) pembalap. Kini, trennya adalah pembalap dengan feeling motor yang benar-benar pasti bakal mampu kompetitif,” kata Dovi seperti dikutip Speedweek.com.

Dovizioso melihat saat ini hanya ada empat pembalap dengan kemampuan seperti yang disebutkannya.

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Aleix Espargaro, Aprilia Racing Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Mereka adalah pemimpin klasemen sekaligus juara dunia Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP), peringkat kedua Aleix Espargaro (Aprilia Racing), runner-up musim lalu Francesco “Pecco” Bagnaia (Ducati Lenovo), dan pemenang tiga balapan musim ini Enea Bastianini (Gresini Racing – Ducati).

“Dengan motor yang memiliki karakter berbeda sama sekali, mereka semua mampu kompetitif di semua balapan dan berbagai jenis trek,” kata Dovizioso.

Di antara keempat nama di atas, Dovizioso menyebut Quartararo memiliki keunggulan dibanding tiga pembalap lainnya. Menurutnya, pembalap asal Prancis itu saat ini yang paling stabil, baik dari sisi mentalitas maupun pemahaman motor. Quartararo juga paling konsisten sejauh musim ini berjalan sembilan balapan.

“Saya juga tertarik melihat cara kerja Aleix Espararo dan Aprilia, bagaimana metode mereka untuk kompetitif di setiap akhir pekan. Itulah mengapa mereka mampu merebut finis podium. Mereka memiliki konsistensi dan saya menduga mereka akan terus seperti ini,” tutur Dovizioso.

“Tetapi saya lihat Bastianini dan Pecco memiliki kecepatan lebih baik daripada yang lain. Itu artinya mereka mampu merebut poin dan mungkin kemenangan lebih banyak. Bukan berarti otomatis mereka mudah untuk menang. Tapi, mereka memiliki potensi untuk itu,” kata Dovizioso.

Enea Bastianini, Gresini Racing

Enea Bastianini, Gresini Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Saat bicara top speed, Quartararo mengaku sangat berharap sentuhan dari Luca Marmorini, mantan penanggung jawab mesin tim-tim Formula 1 seperti Toyota dan Ferrari, mampu mengubah Yamaha di masa depan.

Aprilia juga mulai terlihat kuat saat mendatangkan sejumlah teknisi dari Formula 1, yang diawali bos divisi balap mereka, Massimo Rivola.

“Ini arah yang diambil MotoGP dalam beberapa tahun terakhir. MotoGP sudah berubah banyak dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi sangat tergantung rekayasa tekologi,” kata Andrea Dovizioso.

“Itulah mengapa teknisi-teknisi dengan kaliber F1 lebih dibutuhkan di MotoGP saat ini daripada sebelumnya. Ini juga yang membuat MotoGP berubah.

“Motor saat ini butuh riding style berbeda. Banyak aspek yang membantu pembalap menemukan gaya balap yang tepat karena makin banyaknya teknisi yang terlibat. Itulah cara kerja MotoGP saat ini, entah Anda suka atau tidak.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kehilangan Penonton, Ezpeleta Pertimbangkan Kurangi Balapan di Italia
Artikel berikutnya Demi Kenyamanan Fans, MotoGP Luncurkan Kawasan Tanpa Rokok

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia