Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Reactions

Francesco Bagnaia Enggan Disamakan dengan Casey Stoner

Performa impresif Francesco Bagnaia selama MotoGP 2021 membuat Ducati tampaknya telah menemukan figur kuat seperti Casey Stoner. Tetapi ia enggan disamakan dengan dua kali juara dunia kelas premier itu.  

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Gold and Goose / Motorsport Images

Francesco Bagnaia tengah menikmati masa libur Natal dan Tahun Baru sebelum memulai lagi persiapan menghadapi MotoGP musim 2022 dengan harapan yang tinggi.

Pada 2021, Pecco, sapaan Bagnaia, muncul sebagai rider terbaik Ducati. Penampilannya menuai sorotan, terutama di paruh kedua, saat ia jadi satu-satunya rival Fabio Quartararo dalam pertarungan gelar.

Ia sukses meraih empat kemenangan dalam enam balapan terakhir. Tetapi bisa dikatakan, Bagnaia juga kerap tidak beruntung, karena masalah teknis atau mengalami crash, seperti di GP Emilia Romagna.  

Pada akhirnya, ia harus puas menutup musim sebagai runner-up, sementara Quartararo menjadi juara dunia. Meski demikian, optimisme terhadap Bagnaia tak surut.

Fans Ducati meyakini alumnus Akademi VR46 milik Valentino Rossi tersebut bakal mampu mengulang pencapaian Casey Stoner pada 2007, ketika menjadi juara dunia bersama pabrikan Borgo Panigale.

Baca Juga:

Seperti diketahui, Stoner masih tercatat sebagai satu-satunya kampiun MotoGP dari Ducati. Belum ada lagi pembalap yang mampu meraih gelar dengan Desmosedici.   

Tercatat, Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, hingga Andrea Dovizioso gagal melakukannya. Namun, dengan Bagnaia, optimisme makin tinggi. Apalagi ia masih berusia 24 tahun dan memiliki potensi luar biasa.

Tetapi, Pecco Bagnaia memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Stoner, dan juga rider seperti Troy Bayliss dan Carl Fogarty, dua andalan pabrikan Italia tersebut dalam ajang World Superbike (WSBK).  

Ini membuat Bagnaia enggan disamakan dengan Stoner atau Bayliss. Namun juara dunia Moto2 2018 itu tak menampik dirinya punya tujuan serupa para legenda tersebut.

“Saya berbeda dari Stoner ataupun Bayliss, tetapi kami semua adalah pembalap dan tentu saja memiliki tujuan yang sama. Untuk menang dan juara,” kata Pecco dalam wawwancara dengan La Stampa.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Persaingan tentu saja berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Bakat merupakan bentuk kegilaan yang memungkinkan Anda memberi lebih banyak. Itu bisa membawa Anda untuk menang.

“Dalam ajan balap motor, hal tersebut selalu muncul sebagai protagonis, bahkan jika balapan semakin menuntut dan menjadi berdasarkan performa atletik dalam beberapa tahun terakhir,” imbuhnya.

Yang pasti, musim depan Bagnaia jelas jadi favorit peraih gelar bersama juara bertahan Fabio Quartararo dan bintang Repsol Honda Marc Marquez. Kendati demikian, ia mengaku tidak merasakan tekanan.

“Fabio Quartararo akan lebih terbebani sebab dia yang memenangi titel (MotoGP 2021). Dia tentu saja menjadi orang yang harus dikalahkan, lawan yang hebat untuk dihadapi,” Bagnaia menuturkan.  

“Pada 2021, saya membuat beberapa kesalahan, ada beberapa masalah juga, semua hal itu tidak boleh terulang. Selain itu, Ducati tidak pernah menekan saya. Ada harmoni, dan ini membuat saya betah.”

Casey Stoner, Ducati Team

Casey Stoner, Ducati Team

Foto oleh: Hazrin Yeob Men Shah

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Valentino Rossi Ungkap Periode Terkuat di MotoGP
Artikel berikutnya Yamaha Rival Terberat Ducati Saat Ini

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia