Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Bastianini: Setiap Pembalap Itu Unik

Enea Bastianini diperkenalkan resmi sebagai pembalap Tim Esponsorama Racing pada Jumat (5/2/2021) lalu. MotoGP 2021 ini akan menjadi musim perdananya di kelas utama Kejuaraan Dunia Balap Motor.

Luca Marini dan Enea Bastianini, Avintia Esponsorama Racing

Enea Bastianini melakukan debut di MotoGP 2021 dengan status juara dunia Moto2 musim sebelumnya. Dengan posisi tersebut, publik jelas berharap pembalap Italia tersebut tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan tunggangan barunya, Ducati Desmosedici GP19.

Yang pasti, Bastianini belum pernah menggeber motor MotoGP milik Ducati. Ia juga belum pernah turun di trek dengan ban Michelin, paling tidak dalam beberapa tahun terakhir. Bastianini juga belum pernah menemui rem cakram karbon seperti yang ada di Desmosedici GP.

Publik pun bisa saja langsung membandingkan Enea Bastianini dengan para pembalap debutan MotoGP, utamanya mereka yang menjadi kampiun di Moto2 semusim sebelumnya.

Tahun lalu, Alex Marquez (Repsol Honda) berhasil dua kali naik podium. Finis kedua di Prancis dan Aragon juga menjadi finis terbaik yang mampu dicapai para pembalap Honda sepanjang MotoGP musim lalu.

Sementara, runner-up Moto2 2019, Brad Binder (Red Bull KTM Factory Racing), langsung mampu merebut kemenangan. Pembalap Afrika Selatan itu menjadi yang tercepat di GP Rep. Ceko.     

“Saya tidak merasa tertekan agar harus bisa menyamai atau melebihi torehan mereka. Itu karena setiap pembalap unik,” ucap Bastianini, 23 tahun.

“Mungkin butuh waktu lebih lama bagi saya untuk beradaptasi. Tetapi bisa juga lebih cepat. Jadi, saya tidak ingin merasa tertekan karena hal itu.”

Baca Juga:

Bastianini mengaku pada tahun pertamanya di MotoGP ini dirinya akan mencari seperti apa ia akan merasa nyaman. Berikutnya melihat hasil akhir di setiap lomba.

“Jika hasil pada tahun pertama kurang memuaskan, saya akan berkonsentrasi untuk mengetahui apa saja yang harus dilakukan pada musim kedua agar hasilnya lebih baik,” ucap Bastianini.

Sejak Moto2 menggantikan kelas 250 cc mulai 2010, hampir setiap peraih gelar juara dunia selalu naik ke MotoGP pada musim berikutnya. Kecuali Tito Rabat, yang merebut gelar juara Moto2 2014 namun baru ke MotoGP pada 2016.

Dari delapan juara dunia Moto2 yang naik ke MotoGP pada musim beriutnya, hanya Marc Marquez (Repsol Honda) yang langsung berhasil memenangi. Bahkan, di MotoGP 2013 itu, ia langsung merebut gelar juara dunia usai enam kali naik podium utama.

Setelah Marquez, pembalap Moto2 yang langsung mampu menang pada musim pertamanya di MotoGP adalah Brad Binder, tahun lalu

Di Esponsorama nanti, Bastianini akan menjadi rekan setim Luca Marini. Adik tiri Valentino Rossi itu tak lain runner-up Moto2 2020.

Namun, pertemuan keduanya bukan otomatis akan melajutkan rivalitas mereka. Fakta menunjukkan, dalam beberapa tahun terakhir level para debutan di MotoGP cenderung sama.

“Bila akhirnya rivalitas itu nanti muncul, itu lebih karena kami mampu membuat perbedaan. Namun, rivalitas itu tidak akan selalu berjalan sengit bagi kami yang baru di MotoGP,” ucap Enea Bastianini.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Martin Pede Cepat Klop dengan Desmosedici GP
Artikel berikutnya Perbaikan Konstruksi Termas de Rio Hondo Dimulai Senin

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia