Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Belajar bertahap ala Andrew Haryanto

Berkat konsistensi serta gaya belajar bertahapnya, Andrew Haryanto terus mendulang hasil progresif sepanjang kariernya di balap GT. Simak perjalanan pembalap kelahiran Bandung yang memulai karier balap dengan cara unik ini.

Andrew Haryanto

Foto oleh: Audi Communications Motorsport

Nama Andrew Haryanto mungkin tidak setenar pembalap nasional lain yang telah mengharumkan tanah air. Namun, prestasinya di berbagai ajang balap GT patut diperhitungkan.

Andrew mengawali karier balap dari level akar rumput, satu dekade silam. Saat itu, ia hendak membeli Ford Focus. Sejurus kemudian, sepupunya memberikan penawaran diskon sebesar 30 persen jika mobil tersebut diikutkan dalam ajang balap.

Tawaran tersebut tidak ia sia-siakan. Bersama sepupunya, ia menggunakan Ford Focus tersebut untuk berlaga di Sentul. Ia mengaku menghabiskan dana hingga sekitar 700 ribu rupiah (pada 2008) untuk mengganti bagian cakram rem pada dua hingga tiga balapan yang masing-masing mereka jalani.

“Saya ingat, waktu itu tahun 2008,” kenang Andrew. “Saat ingin membeli mobil Ford Focus, sepupu saya menelpon dan memberi penawaran potongan 30 persen kalau mau terjun ke arena balap dengan mobil yang dibeli. Dengan potongan 8.000 $ dari harga normal 25.000 $ (kurs 2008), saya pikir kenapa tidak?”

Ada kenangan lain saat ia memulai debut balapan akar rumput. Ford Focus yang ia kemudikan wajib melewati tahap scrutineering (pengecekan). Untuk bisa lolos mengikuti balapan, pihak penyelenggara mengharuskan Andrew melepas sub-woofer.

“Mereka mewajibkan saya untuk melepas sub-woofer,” tukas Andrew. “Padahal kan saya butuh mendengarkan musik sepanjang perjalanan Jakarta ke Sentul!”

Sekian lama Andrew menekuni balapan di Sentul, sebelum ia beralih ke tantangan yang lebih besar. Sepang 1000 km 2013 ia taklukkan bersama Chunkie Chandra dan Fitra Eri dalam naungan bendera Tedco Racing. Semusim kemudian, ia membiasakan diri dengan Lamborghini.

“Pada 2014, saya mencoba balapan dengan mobil Lamborghini [Huracan],” ungkap Andrew, yang juga berlaga di ajang Lamborghini Super Trofeo dan Blancpain GT Series kawasan Asia.

“Merupakan lompatan yang cukup besar dari yang biasanya turun dengan kapasitas 1,5 liter, lalu beralih ke 5 liter. Tapi mobil itu menyenangkan untuk dibawa.”

Langkah awalnya saat membalap dengan Huracan, baik spek Trofeo maupun GT3, bisa dibilang cukup berat. Ia terseok-seok saat menjalani Lamborghini Super Trofeo Asia 2016, dengan raihan 0 poin. Berkat ketekunannya bersama tim X-One, Andrew meraih gelar Lamborghini Super Trofeo Timur Tengah 2017.

Setelah tiga musim membiasakan diri dengan Huracan, Andrew melirik pabrikan Audi pada 2018. Ia mengemudikan Audi R8 LMS GT3 yang digunakan pada kejuaraan Audi R8 LMS Cup 2018.

Andrew Haryanto, Promax Team
Podium: race winner Andrew Haryanto, second place Yasser Shahin, third place Theo Koundorious
Andrew Haryanto, Promax Team
Andrew Haryanto
#269 X-One Racing Team: Andrew Haryanto
#228 X-One Racing Team: Milos Pavlovic, Andrew Haryanto
#228 X-One Racing Team: Milos Pavlovic, Andrew Haryanto
Podium Asia Pro-AM: first place Milos Pavlovic, Andrew Haryanto, X-One Racing Team, second place Mikko Eskelinen, Maxx Ebenal, Leipart Motorsport, third place Nigel Farmer, Andrea Josephsohn, GDL Racing
#71 GDL Racing, Andrew Haryanto
9

Belajar bertahap ala Andrew

Tidak ada kata-kata belajar cepat dalam diri Andrew. Semuanya ia lakoni secara bertahap, dengan bantuan berbagai orang di sekitarnya, hingga akhirnya meraih hasil maksimal.

“Saya tidak pernah menguasai lintasan dengan cepat,” ujar Andrew. “Saya mempelajarinya dengan bertahap. Pikir dulu, lalu diskusikan dengan para mekanik.

“Nicola [Sgotto, mekanik ProMax] telah banyak membantu saya. Dia tak pernah bosan mengarahkan saya dengan dasar analisa data saat membalap. Saya tidak punya waktu untuk belajar sendiri. Ia memberi tahu, saya tinggal melaksanakannya. Seluruh kru Absolute Racing memiliki pengalaman yang ingin membuat kita belajar banyak dari mereka.”

Selain Sgotto, sosok lain yang menjadi inspirasi pembalap berusia 41 tahun ini adalah pembalap Absolute Racing Audi, Adderly Fong dan Cheng Congfu. Keduanya menjadi pelatih untuk kejuaraan R8 LMS Cup yang berbasis di Asia.

“Sejak hari pertama, saya selalu bekerja sama dengan Adderly, ” ujar Andrew. “Hadirnya mentor profesional seperti mereka saya manfaatkan untuk belajar racing line. Tanpa keduanya, saya tidak punya sosok yang dijadikan tolok ukur untuk belajar.”

Dua ronde Audi R8 LMS Cup 2018 telah ia jalani dengan kemenangan Race 1 ronde Adelaide, Sabtu, (3/3). Dengan konsistensi finis lima besar pada balapan-balapan berikutnya, Andrew kini memimpin klasemen dengan raihan 71 poin.

Akankah hasil belajar bertahap ala Andrew Haryanto membuahkan hasil gemilang pada ajang balap spek Audi R8 LMS GT3 musim ini? Semuanya akan ia buktikan pada perhelatan berikutnya di Sirkuit Ningbo, 1 hingga 2 September 2018.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel berikutnya Audi R8 LMS Cup Tiongkok: Pembalap Indonesia podium GT3 dan GT4

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia