Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

McLaren tak menyesal cerai dengan Honda

Meski harus membayar biaya mahal dan belum ada peningkatan signifikan bersama Renault, McLaren tetap tidak menyesal mengakhiri kerja sama mereka dengan Honda.

Fernando Alonso, McLaren MCL32

Foto oleh: Sutton Images

Setelah tiga musim penuh masalah dan drama, McLaren memutuskan berpisah dengan Honda dan beralih menjadi tim kustomer Renault mulai 2018.

Keputusan McLaren "menceraikan" Honda diyakini telah menelan biaya sekitar 100 juta Dollar AS (atau setara 1,4 triliun Rupiah). Ini karena skuat Woking tersebut tidak lagi mendapat mesin gratis serta dukungan finansial dari Honda. Ditambah dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli power unit Renault.

Walau tak lagi mengusung mesin Honda – musim depan memasok Red Bull, performa McLaren tetap tidak menunjukkan banyak peningkatan sepanjang 2018. Ini berujung pada perombakan di jajaran manajemen mereka, dan juga hengkangnya sang direktur balap, Eric Boullier.

Pun demikian, Sheikh Mohammed bin Essa Al Khalifa selaku chairman McLaren, tetap tidak menyesal dengan keputusan yang telah diambil.

"Di satu sisi kami frustrasi, tapi di sisi lain kami memang sudah berkomitmen dengan keputusan ini," ujarnya.

"Melihat kembali performa kami waktu itu.... cepat atau lambat perubahan memang harus dilakukan. Kita tetap menghormati Honda, tapi kerja sama itu tidak berjalan dengan baik, dan kami memutuskan untuk berpisah."

Fernando Alonso, McLaren MCL33, Pierre Gasly, Toro Rosso STR13

Fernando Alonso, McLaren MCL33, Pierre Gasly, Toro Rosso STR13

Foto oleh: Sam Bloxham / LAT Images

Meski McLaren menjalani musim sulit pada 2018, Sheikh Mohammed mengaku makin tertarik dengan seluk beluk operasional tim balapnya.

"Ya saya semakin terlibat dengan rinciannya," tambahnya. "Saya seorang pembalap, jadi saya menikmati mengolah angka-angka. Downforce, suspensi, apa pun itu.

"Saya sudah terlibat di F1 sejak 2000 dan kemudian menjadi pemilik pada 2007. Orang-orang sering berkata pada saya, 'kamu seharusnya mengganti ini, mengganti itu'.

"Tapi dengan pengalaman yang saya miliki, saya sadar bahwa perbaikan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Prosesnya harus bertahap dan terukur.

"Kita akan menemukan titik terang. Memang ini terasa sulit karena kita semua memiliki jiwa seorang pembalap, jadi kita harus terus berjuang."

Baca Juga:

Menyambut baik masukan yang diberikan Sheikh Mohammed, CEO McLaren, Zak Brown, berkomentar, "Saya pikir setiap CEO punya cara dan gaya mereka masing-masing," terangnya. "Saya misalnya, lebih senang bekerja erat dengan chairman saya. Jadi jangan buat chairman Anda kaget.

"Mereka [orang-orang Bahrain] punya sejarah panjang dalam olahraga ini, dan saya menghormati nasihat dan pengaruh mereka. Jadi ini adalah hubungan kerja yang sangat baik.

"Saya pikir masih ada CEO yang lebih senang bekerja sendiri. Tapi itu bukan gaya saya. Ada area di mana Sheikh Mohammed bisa ikut membantu, dan saya juga meminta pendapat dari dia," paparnya.

Mansour Ojjeh, McLaren, Zak Brown, McLaren Racing CEO, Sheikh Mohammed bin Essa Al Khalifa, CEO Bahrain Economic Development Board & McLaren Shareholder
Sheikh Mohammed bin Essa Al Khalifa
Hiroshi Imai, Chief Race Engineer, McLaren, Masashi Yamamoto, General Manager, Honda Motorsport
Zak Brown, Executive Director, McLaren Racing
10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Mercedes: Gelar 2018 terasa lebih memuaskan
Artikel berikutnya Ucapan Hamilton picu amarah kampung halaman

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia