Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Progres Honda akan terhambat oleh Red Bull

Menurut Renault, progres mesin Honda di Formula 1 akan terhambat oleh tuntutan reliabilitas dari Red Bull.

Pierre Gasly, Scuderia Toro Rosso STR13 and Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB14 battle

Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images

Red Bull berharap Honda bisa terus membuat kemajuan seperti yang mereka tunjukkan pada tahun lalu. Namun, Renault, mantan pemasok mesin skuat Milton Keynes, masih skeptis hal tersebut bisa tercapai.

Direktur pengelola Renault, Cyril Abiteboul, menilai kemajuan yang dibuat Honda sepanjang 2018 adalah hasil dari pembaruan yang dilakukan secara reguler, meski metode ini kerap menimbulkan penalti grid.

Musim lalu, duo Toro Rosso, Brendon Hartley dan Pierre Gasly, masing-masing memakai delapan komponen mesin pembakaran dalam, turbocharger, dan MGU-H.

Angka tersebut dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pembalap-pembalap lain. Sebagaimana kita ketahui, dalam regulasi, setiap pembalap yang melebihi alokasi tiga mesin per musim akan diganjar dengan hukuman mundur grid.

Dalam wawancara khusus bersama Motorsport.com, Abiteboul mengisyaratkan bahwa progres Honda akan terhambat karena pabrikan Jepang tersebut harus mematuhi standar tiga mesin per tahun seperti yang diikuti pabrikan lain.

"Bagi Honda, ya mereka bisa menghabiskan dana sebanyak yang mereka inginkan, dan membangun mesin sebanyak yang mereka mau tahun ini. Tapi itu secara alami akan mulai dibatasi, terutama jika mereka mendapat penalti mesin yang keempat atau kelima di 2019," ujar Abiteboul

"Ketika itu [serangkaian penalti] terjadi pada Toro Rosso, tidak ada yang meributkan. Tapi saya memperkirakan akan ada lebih banyak suara jika itu terjadi pada Red Bull. Jadi itu akan menghambat mereka.

"Jika ingin mematuhi regulasi, maka sepanjang musim mereka hanya punya maksimal dua atau tiga kesempatan untuk meningkatkan tenaga mesin. Sama seperti yang kami alami tahun 2018," terangnya.

Baca Juga:

Renault memperkenalkan spek-C dari mesin 2018 mereka usai jeda musim panas. Namun, dari tiga tim yang memakai mesin Renault tahun lalu, hanya Red Bull yang berani memakai mesin spesifikasi terbaru dari pabrikan Perancis tersebut.

Meski spek-C memberikan tambahan tenaga, tim pabrikan Renault dan McLaren memilih tetap menggunakan spek-B hingga akhir musim dengan alasan reliabilitas.

"Kami bisa saja mengambil strategi yang sama seperti Honda," lanjut Abiteboul. "Tapi waktu itu kami sedang bertarung sengit dalam klasemen konstruktor.

"Kami tahu, penalti grid bisa berdampak besar pada kemampuan kami mencetak poin dan mengamankan posisi di klasemen. Jadi kami tidak menginginkan itu.

"Honda masih menjadi ancaman bagi kami, tapi begitu juga dengan pabrikan lain. Saya memperkirakan ancaman itu akan sedikit mereda, dan saya yakin akan ada kemajuan yang kami buat sepanjang jeda musim dingin ini," tukasnya.

Brendon Hartley, Scuderia Toro Rosso STR13, Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB14, Carlos Sainz Jr., Renault Sport F1 Team R.S. 18
Masashi Yamamoto, General Manager, Honda Motorsport, Franz Tost, Team Principal, Scuderia Toro Rosso
Toyoharu Tanabe, Direktur Teknis F1, Honda, Franz Tost, Team Principal, Scuderia Toro Rosso
10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Perubahan F1 2019 diklaim berdampak buruk
Artikel berikutnya Promotor balapan F1 kritisi Liberty Media

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia