Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Brad Binder Ungkap Sulitnya Turun dengan Satu Sayap

Setelah finis P8 pada lomba MotoGP Prancis, Brad Binder pun menjelaskan betapa sulitnya turun dengan komponen aerodinamika yang tidak komplet.

Brad Binder, Red Bull KTM Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Grand Prix Prancis 2022, putaran ketujuh (dari total 21) Kejuaraan Dunia MotoGP yang berlangsung akhir pekan lalu di Sirkuit Bugatti, Le Mans, benar-benar berat bagi para pembalap tim pabrikan Red Bull KTM Factory Racing.

Lewat upaya ekstra keras, Brad Binder akhirnya mampu finis P3 pada balapan berdurasi 27 lap (112,995 km) tersebut. Sementara, rekan setimnya Miguel Oliveira terjatuh di Tikungan 3 hanya tiga lap menjelang finis, saat berada di posisi kesembilan.

Catatan khusus layak diberikan kepada Binder. Start dari baris keenam, tepatnya di grid 18 atau satu posisi di bawah Oliveira, pembalap asal Afrika Selatan tersebut harus turun dengan satu sayap mini (winglet) pada KTM RC16.

Setelah start pada lap pertama, juara dunia Moto3 2016 tersebut bersenggolan dengan mantan rekan setimnya Johann Zarco (Pramac Racing). Akibatnya, sayap kiri motor Binder terlepas. Alhasil, Binder harus turun dengan satu sayap sepanjang lomba di Le Mans.

“Prancis benar-benar akhir pekan yang berat buat kami. Dimulai dengan kesulitan di latihan bebas pertama (FP1). Saya lalu membuat kemajuan di FP2 namun setelah itu kembali mengalami kesulitan,” tutur Binder.

Pemenang dua Grand Prix dan tiga podium kelas MotoGP sejak debut pada 2020 itu menjelaskan: “Saat balapan, saya berusaha sangat keras memberikan yang terbaik. Saya kehilangan sayap kiri sejak awal dan setelah itu semua sangat tricky!

Baca Juga:

“Motor menjadi sangat tidak stabil dan saya harus bertarung mati-matian dengan kondisi tersebut. Ini sangat menguras fisik dan konsentrasi dibanding balapan dengan motor normal. Terima kasih untuk tim sehingga kami bisa memberikan yang terbaik semampu kami.”

Makin berkembangnya teknologi di MotoGP membuat motor-motor prototipe yang turun kini bisa dengan mudah menembus kecepatan hingga 300 km/jam.

Pada kecepatan seperti itu, tekanan angin – hambatan (darg) aerodinamika – dari depan bisa mengurangi gaya tekan terhadap ban. Karena itulah saat berakselerasi, ban depan menjadi mudah terangkat.

Kondisi ini membuat motor menjadi tidak stabil. Apalagi jika ban depan terangkat tanpa sengaja akibat akselerasi.

Untuk mengatasi problem ketidakstabilan motor saat berkecepatan tinggi serta mencegah ban depan terangkat inilah, sejumlah teknisi memasang winglet yang biasa diletakan di sisi kiri dan kanan fairing.

Pada 2015, Ducati menjadi pabrikan pertama yang mengembangkan peranti yang juga berfungsi untuk meningkatkan grip ban depan saat pengereman ini.

“Turun dengan satu sayap itu rasanya seperti membawa keranjang belanja yang salah di (supermarket) Pick n Pay, yang terus mencoba untuk pergi ke arah yang berlawanan,” ucap Brad Binder yang kini berada di peringkat kedelapan klasemen MotoGP dengan 56 poin.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya MotoGP Prancis Tembus 200 Ribu Lebih Penonton
Artikel berikutnya Honda Lakukan Pembicaraan dengan Mir dan Rins

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia