Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Brawn Memprediksi Red Bull dan Mercedes Bisa Tumbang di Era Baru

Perubahan regulasi radikal Formula 1 2022 diperkirakan bisa meruntuhkan hegemoni dua skuad raksasa, Red Bull Racing dan Mercedes. Prediksi itu disampaikan direktur olahraga F1, Ross Brawn.

Podium: race winner and 2021 F1 World Drivers Champion Max Verstappen, Red Bull Racing, second place Lewis Hamilton, Mercedes, third place Carlos Sainz Jr., Ferrari

Foto oleh: Erik Junius

Kedua tim menjadi penguasa F1 sejak era V6 turbo hibrida. Dengan dukungan dana besar, mereka tentu lebih mudah membuat mobil kompetitif dan merekrut pembalap jempolan.

Namun, dengan adanya budget cap dan regulasi teknik anyar, gerak Red Bull dan Mercedes terbatas dalam menciptakan mobil dengan teknologi paling mutakhir yang memerlukan biaya besar.

Musim lalu, meski ada pembatasan anggaran, teknologi yang diterapkan masih belum diatur sangat ketat. Oleh karena itu, keduanya berlomba menciptakan amunisi jempolan untuk memastikan gelar sebelum menyambut era baru.

Gelar juara dunia pembalap dibawa pulang Max Verstappen. Sementara, Mercedes yang merengkuh titel konstruktor kedelapan beruntun.

“Kedua tim berpegang pada 2021, jadi transisi ke aturan baru dapat berimbas kepada mereka. Sebagian anggaran dapat dialokasikan dari satu tahun ke tahun berikutnya, jadi mereka dapat membuat beberapa pengeluaran tahun ini di mana sudah direncanakan untuk 2021, tapi ternyata tidak dipakai,” ujar Brawn.

“Ada berbagai hal yang membantu mereka dalam hal ini, tapi yang paling penting, semua orang telah mendedikasikan diri mereka untuk berjuang dalam kejuaraan yang sangat intens.”

Baca Juga:

Mantan bos Brawn GP itu mengingat deretan pertarungan dua raksasa di masa lalu, termasuk kejutan yang disuguhkan timnya.

“Ada duel besar antara dua tim raksasa pada 2008, dan pada 2009, mereka jatuh jungkir balik. Saya tidak mengharapkan hal seperti itu terjadi musim ini, tapi bagus juga mengingat masa lalu,” katanya.

“Kami mungkin akan menghadapi situasi ini lagi di masa depan, jika tidak sekarang, karena pembatasan anggaran, Anda harus menyeimbangkan kondisi keuangan setiap musim dibandingkan musim depan.”

Kejatuhan tim besar pastinya pernah terjadi sepanjang sejarah F1. Pada 2008, McLaren dan Ferrari berebut gelar juara dunia pembalap.

Duel tersebut sangat sengit karena Felipe Massa berstatus juara dunia selama 28 detik setelah melewati garis finis Grand Prix Brasil. Namun, Hamilton menghancurkan segalanya.

Kala itu, pilot Inggris yang tergolong anak baru tersebut, berhasil melewati Timo Glock di tikungan akhir lap pamungkas. Ia menghuni peringkat kelima dan tambahan poinnya sangat cukup untuk merenggut mahkota juara.

Brawn GP mengerahkan segala daya upaya untuk mengubah musim 2009. Inovasi diffuser dua lapis membuat mereka jadi pemuncak klasemen musim baru.

Tim yang sebelumnya bernama Honda itu unggul daripada Red Bull, McLaren dan Ferrari.

Lewis Hamilton, Mercedes W13

Lewis Hamilton, Mercedes W13

Foto oleh: Mercedes AMG

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Usung Transparansi, Sesi 'Show and Tell' Ungkap Peningkatan Teknik Mobil
Artikel berikutnya George Russell Sambut Baik Rencana Penggunaan VAR di F1

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia