Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Debut Ayah Menginspirasi Mick Schumacher di Spa

Grand Prix Belgia memiliki arti penting bagi sejarah keluarga Mick Schumacher di Formula 1. Karena itulah ia ingin memiliki torehan tersendiri di Sirkuit Spa-Francorchamps, akhir pekan ini.

Mick Schumacher, Haas F1, with Jean Todt, President, FIA

Mick Schumacher, Haas F1, with Jean Todt, President, FIA

Mark Sutton / Motorsport Images

GP Belgia 1991 menjadi saksi debut Michael Schumacher di Kejuaraan Dunia Formula 1. Ketika itu, tidak ada yang tahu bila pembalap asal Jerman yang saat itu baru berusia 22 tahun bakal menjadi juara dunia F1 tujuh kali (1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004).

Michael Schumacher saat itu sebenarnya terikat kontrak dengan Mercedes. Namun, Eddie Jordan selaku pemilik Tim Jordan-Ford membutuhkan pembalap untuk menggantikan Bertrand Gachot yang ditahan karena kasus penganiayaan terhadap supir taksi di London, Inggris.

Menariknya, saat itu Mercedes harus memberikan uang tak kurang 150 ribu dolar AS untuk debut Mihael Schumacher. Schumi – sapaan akrab Schumacher – akhirnya turun dengan sasis #32 Jordan 191 dan menempati grid start ketujuh.

Setahun setelah debut F1 di Sirkuit Spa dan tidak mampu finis karena masalah pada kopling, Schumi kembali ke GP Belgia sebagai pembalap Camel Benetton Ford. Schumi pun berhasil merebut kemenangan F1 pertamanya di Spa.

Hingga saat ini, Schumi masih menjadi pembalap dengan kemenangan terbanyak di Sirkuit Spa-Francorchamps, enam (1992, 1995, 1996, 1997, 2001, 2002).

Michael Schumacher, Jordan 191 Ford, saat berlomba di Sirkuit Spa-Francorchamps pada GP Belgia 1991.

Michael Schumacher, Jordan 191 Ford, saat berlomba di Sirkuit Spa-Francorchamps pada GP Belgia 1991.

Foto oleh: Ercole Colombo

Tiga dekade setelah Schumi debut di F1, akhir pekan nanti, putranya, Mick Schumacher, akan turun secara kompetitif kali pertama dengan mobil Formula 1 di Spa.

Pada 2017 lalu, Schumacher sempat melakukan demonstrasi dengan salah satu mobil yang pernah dipakai ayahnya pada F1 1994, Benetton B194, di Spa. Belum lama ini, ia juga menguji mobil saat ayahnya debut di F1, Jordan 191.

Schumacher menyebut, dirinya berambisi menuliskan babak baru dalam kariernya di sirkuit ikonik Belgia tersebut bersama Tim Haas-Ferrari, akhir pekan ini (27-29/8/2021).

“Mengemudikan mobil Benetton milik ayah pada 2017, menjadi pengalaman luar biasa. Kini, lima tahun kemudian, saya benar-benar mengemudikan sendiri mobil Formula 1 dan 30 tahun setelah debut ayah,” tutur Schumacher seperti dikutip formula1.com.

“Ini akan menjadi momen spesial bagi saya dan keluarga. Jadi, saya sangat senang bisa kembali ke sana dan akan berusaha keras untuk membuat catatan tersendiri di sirkuit spesial ini,” kata kampiun FIA Formula 2 2020 tersebut.

Mick Schumacher mengendarai Benetton B194 yang pernah dikemudikan ayahnya, Michael Schumacher, pada Kejuaraan Dunia Formula 1 1994.

Mick Schumacher mengendarai Benetton B194 yang pernah dikemudikan ayahnya, Michael Schumacher, pada Kejuaraan Dunia Formula 1 1994.

Schumacher akan turun di Spa setelah tampil bagus pada balapan sebelumnya, GP Hungaria, 1 Agustus lalu. Pada lomba penutup paruh pertama tersebut, ia sempat bersaing ketat dengan Max Verstappen (Red Bull Racing) dan George Russell (Williams).

Schumacher akan membawa pengalaman tersebut, serta memorinya di Spa saat merebut kemenangan pertamanya di Formula 3 pada 2018, untuk lomba GP Belgia nanti.

“Secara umum, Spa salah satu trek favorit saya, di ajang apa pun saya turun. Saya merebut kemenangan pertama F3 di sini dan pole pertama juga pada musim 2018,” katanya.

“Spa memang trek spesial bagi saya dan keluarga. Jadi, akan sangat menyenangkan jika mampu membuat sesuatu yang luar biasa di sini nanti.”

Bagi Mick Schumacher, Spa merupakan salah satu sirkuit yang menantang. Bukan hanya panjang, tetapi juga banyak area berbukit dan yang pasti sangat bersejarah.

Target Mick Schumacher pada paruh kedua F1 2021 ini adalah mencegah Haas menjadi satu-satunya tim yang tidak mendapatkan poin pada akhir musim nanti. Maklum, rival mereka, Williams, sudah mampu merebut 10 poin di GP Hungaria lalu.

Baca Juga:

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Aksi Overtaking Terbanyak Bakal Diganjar Penghargaan F1
Artikel berikutnya Damon Hill Cemaskan Duel Verstappen-Hamilton di Spa

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia