Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Ducati Terlalu Fokus Motor, Bukan Pembalap

Satu-satunya juara dunia MotoGP dari Ducati itu memberikan analisisnya tentang situasi terkini pabrikan asal Borgo Panigale, Italia, tersebut.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Hingga saat ini, Casey Stoner masih menjadi satu-satunya manusia yang mampu memberikan gelar juara dunia pembalap di kelas MotoGP untuk Ducati.

Stoner melakukannya pada musim 2007, saat MotoGP memberlakukan regulasi mesin baru maksimal 800cc (sebelumnya, 2002-2006, maksimal kapasitas mesin adalah 990cc).

Hebatnya, kala itu Stoner merebut gelar pada musim pertamanya bersama tim pabrikan Ducati, setelah setahun sebelumnya berstatus rookie MotoGP bersama Tim LCR Honda.

Apa yang diraih Stoner bersama Ducati pada MotoGP 2007 memang sensasional. Ia menguasai 10 Grand Prix dari total 18 balapan musim tersebut, serta 14 kali naik podium untuk mengoleksi total 367 poin.

Francesco Bagnaia, Ducati Team bersama Casey Stoner.

Francesco Bagnaia, Ducati Team bersama Casey Stoner.

Foto oleh: Francesco Bagnaia

Kondisi dan situasi MotoGP saat ini jelas berbeda jauh dengan apa yang dialami Stoner bersama Ducati pada 2007. Namun ada satu hal yang berbeda jauh, bahkan bisa dibilang kebalikan, antara posisi Ducati di zaman Stoner dengan saat ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, Ducati menjadi salah satu motor kuat di MotoGP, bahkan bisa dibilang teratas. Namun, tidak ada pembalap mereka yang mampu memaksimalkan potensi itu untuk menjamin gelar juara dunia.

“Awal hingga pertengahan musim ini terasa sulit bagi Ducati. Mereka selalu melihat perkembangan teknis tetapi lantas menemui banyak kesulitan,” ujar Stoner seperti dikutip Radio Sportiva.

“Salah satu kesulitan itu karena beberapa kesalahan yang dibuat Pecco dan itu membuat mereka kehilangan posisi (puncak) di kejuaraan dunia,” tutur Stoner mengacu performa pembalap Tim Ducati Lenovo, Francesco “Pecco” Bagnaia.

Stoner sendiri melihat persaingan di MotoGP musim ini sangat menarik, menyusul banyaknya hasil tidak terduga. Seorang pembalap bisa menang di satu akhir pekan tetapi seminggu kemudian ia harus berusaha ekstra keras hanya untuk finis di 10 besar.

Terkait soal performa Ducati, Stoner menyarankan agar pabrikan asal Borgo Panigale, Bologna, Italia, tersebut untuk memberikan lebih banyak ruang kepada para pembalap.

“Ketika saya bersama Ducati, tidak banyak Desmosedici GP di sirkuit. Hari ini mereka memiliki anggaran yang saya rasa terbesar di grid. Saat saya di Ducati, kami memiliki anggaran terkecil namun sekarang yang paling banyak,” kata pria asal Australia itu.

Baca Juga:

“Saya melihat mereka terlalu fokus pada (pengembangan) motor. Celakanya, apa yang ingin dilihat oleh para insinyur di motor, bukan apa yang diinginkan para pembalap.

“Para insinyur Ducati mampu membuat sepeda motor sesuai keinginan mereka, tetapi pembalap yang ada di atas sadel. Jika rider tidak merasa nyaman, ia takkan mendapatkan hasil bagus,” tutur juara dunia MotoGP 2007 dan 2011 (bersama Repsol Honda) itu.  

Stoner pun menyebut bila dahulu, pabrikan seperti Yamaha dan Honda membangun motor yang benar-benar mampu bekerja bagus untuk pembalap. Rider merasa baik-baik saja untuk melakukan apa yang mereka inginkan dalam segala kondisi.

“Dalam kejuaraan sekelas MotoGP, hanya itu (rasa nyaman di atas motor) yang diminta pembalap untuk bisa menjadi juara,” ucap mantan pembalap yang mundur dari MotoGP pada akhir 2012 itu.

“Tetapi para insinyur Ducati selalu mencari sesuatu yang istimewa, yang bahkan mungkin tidak ada. Dan ketika melakukan sesuatu yang istimewa, mereka percaya itu satu-satunya cara untuk sampai ke sana (merebut gelar juara dunia).

“Namun, jangan lupa bila hingga kini tidak ada motor yang menang tanpa pembalap. Dengan kata lain, sudah saatnya Ducati harus lebih memperhatikan (masukan dan kebutuhan) pembalap dan mengurangi fokus ke motor,” kata pemenang 38 Grand Prix dan 69 podium di kelas MotoGP tersebut.

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Davide Brivio Heran Belum Ada yang Ambil Alih Proyek MotoGP Suzuki
Artikel berikutnya Fabio Di Giannantonio Berani Nilai Tinggi Kinerja Diri Sendiri

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia