Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Peterhansel: Ego Jadi Penyebab Utama Kekalahan Al-Attiyah

Pemenang Reli Dakar 2021, Stephane Peterhansel, mengatakan kekalahan Nasser Al-Attiyah tahun ini karena sang rival terlalu egois.

Watch: Reli Dakar 2021: Cuplikan Etape 12 - Mobil

Peterhansel memperpanjang rekornya di Reli Dakar dengan kesuksesan merengkuh trofi ke-14. Dia unggul 15 menit atas pesaing terberatnya, Al-Attiyah.

Ini juga menjadi kemenangan kelima buggy dalam enam tahun terakhir di ajang Dakar, yang mana Al-Attiyah sebelumnya mematahkan dominasi dengan Toyota Hilux di Peru.

Pembalap Abu Dhabi itupun merasa X-raid Mini John Cooper Works Buggy mendapat keuntungan dalam beberapa tahun terakhir. Regulasi yang ada saat ini memang lebih menguntungkan buggy ketimbang mobil 4x4.

Namun, Peterhansel tak senang atas hal tersebut. Menurutnya, Al-Attiyah sudah mengalami kekalahan sejak kemenangan di Prolog yang mengambil jarak tempuh 11 km pada 2 Januari lalu.

Berkat kemenangan itu, membuat Al-Attiyah start pertama di Etape 1, sekaligus membuka jalan bagi para pereli di belakangnya.

Al-Attiyah mengalami kekalahan usai tertinggal 12 menit di Etape 1 dan tak pernah benar-benar bisa membalikkan keadaan, meski sempat memimpin.

Masalah navigasi dan tiga kali pecah ban di Etape 9 yang melanda Al-Attiyah, tak pelak menjadikan Peterhansel favorit juara.

"Saya tidak ingin berkomentar atas kritikan itu, karena mereka selalu mengeluhkan itu setiap tahunnya," kata Peterhansel kepada Motorsport.com.

"Kalau kami, ketika mengalami kekalahan, kami tidak akan menangis. Ini hanya masalah ego. Jika mereka memiliki ego yang sedikit berbeda, mungkin saja mereka bisa memenangi Dakar.

"Ego yang dimiliki (Al-Attiyah) mendorongnya ke titik di mana dia ingin memenangi Prolog, dan saya pikir dia sudah kalah dari situ."

Baca Juga:

Pada 12 Etape yang dipertarungkan, Peterhansel hanya meraih satu kemenangan dibandingkan Al-Attiyah dengan lima kali tampil tercepat. Tapi pereli Prancis itu lebih konsisten dan tak pernah kalah lebih dari lima menit.

Kemenangan ini merupakan kedelapan bagi Peterhansel dalam kategori mobil. Sisanya, ia menang di kategori motor dengan trofi pertama diamankan pada 30 tahun lalu bersama Yamaha.

"Tekanannya selalu besar, dan itu yang membuat saya selalu mengatakan bahwa setiap balapan sangat sulit untuk dimenangka," ucapnya.

"Anda harus benar-benar memberikan yang terbaik, Anda harus menjadi pembalap komplet, Anda harus memiliki tim bagus, mobil yang bagus, dan tentu saja navigator berpengalaman.

"Namun, terlepas dari itu semua, kesalahan adalah hal manusiawi, Anda bisa melakukannya dalam waktu singkat.

"Jadi, meraih kemenangan ke-14 sangatlah penting. Saya juga berpikir telah menjadi satu-satunya peserta yang memenangi trofi di tiga tempat berbeda. Saya pernah menjadi pemenang di Afrika, Amerika Selatan dan sekarang di Arab Saudi, ini sebuah kehormatan besar.

"Saya pikir ini bukan hanya soal pengalaman, karena Anda melihat Edouard Boulanger, tak memiliki banyak pengalaman sebagai navigator. Ini adalah kepiawaian dalam membaca buku panduan dari sisi navigasi. Sedangkan saya berusaha untuk tak terbawa suasana ketika merasa lebih lambat."

Be part of Motorsport community

Join the conversation

Video terkait

Artikel sebelumnya Kevin Benavides Banyak Berkorban demi Dakar 2021
Artikel berikutnya Galeri Foto: Kevin Benavides Rayakan Juara Dakar 2021

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia