Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Ducati Tegaskan Gelar Pembalap Bukan Hanya Tergantung Mereka

General Manager Ducati Corse Gigi Dall'Igna paham betul gap poin yang memisahkan para pembalap terbaik Ducati dengan Fabio Quartararo sulit dikejar.

Gigi Dall'Igna, Ducati Corse General Manager

Foto oleh: Marc Fleury

Kejuaraan Dunia MotoGP 2022 mulai terlihat menjadi paradoks bagi Ducati. Menurunkan delapan motor di grid, Ducati Desmosedici GP22 dan GP21 menjelma menjadi motor terbaik di kelas premier saat ini.

Dari 11 balapan yang sudah digelar, Ducati mampu merebut delapan pole position dengan pembalap tim pabrikan Francesco “Pecco” Bagnaia (Ducati Lenovo) menjadi yang terbanyak, empat. Bandingkan dengan Yamaha yang hanya sekali lewat Quartararo.

Enam kemenangan sudah dikoleksi para pembalap Ducati masing-masing tiga dibuat Enea Bastianini (Gresini Racing) dan Bagnaia. Sementara, Yamaha hanya tiga yang semua dibuat Quartararo, juara dunia bertahan yang kini memimpin klasemen.

Melihat situasi persaingan perburuan gelar pembalap saat ini, agak sulit bagi Ducati untuk mengejar posisi teratas klasemen. Padahal, Ducati sangat berambisi merebut gelar MtoGP pertama di MotoGP sejak terakhir Casey Stoner melakukannya pada 2007.

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, saat bersaing di MotoGP Belanda.

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, saat bersaing di MotoGP Belanda.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Johann Zarco (Prima Pramac Racing), Bagnaia, dan Bastianini menjadi tiga pembalap terbaik Ducati saat ini setelah masing-masing menempati peringkat ketiga, keempat, dan kelima klasemen.

Meskipun begitu, margin ketiga pembalap Ducati itu dengan Quartararo di puncak klasemen, terbilang besar. Zarco yang berperingkat paling bagus, tertinggal hingga 58 poin.

Sayangnya, skuad asal Borgo Panigale, Bologna, Italia, tidak stabil. Contoh paling jelas adalah naik-turunnya performa Bagnaia, yang dalam enam balapan terakhir mampu memenang tiga balapan namun juga kerap tidak mendapatkan poin.

Di sisi lain, Quartararo baru sekali tidak mampu merebut poin setelah terjatuh di Assen, GP Belanda. Pembalap asal Prancis itu memang sangat konsisten sepanjang paruh awal.

Baca Juga:

Lantas, bagaimana Ducati menghadapi sembilan balapan tersisa pada paruh kedua musim? Para bos Ducati sepertinya menyadari betapa sulitnya posisi mereka di kejuaraan saat ini.

Gigi Dall’Igna, General Manager Ducati Corse, yang dikenal sebagai orang di balik evolusi teknis Ducati, paham benar seperti apa performa Desmosedici GP pada Minggu demi Minggu.

Kendati secara matematis masih memiliki peluang, Dall’Igna dan kolega tahu keberuntungan para pembalap Ducati tidak hanya berada di tangan mereka sendiri.

“Menurut saya, takdir maupun posisi kami dalam perburuan gelar tidak hanya akan tergantung kami,” ucap Dall’Igna seperti dikutip Corriere dello Sport.

“Situasi seperti di Assen harus kembali terjadi. Untuk Ducati, kami harus mempersiapkan balapan demi balapan, mencoba untuk merebut poin maksimum, lalu melihat posisi kami di mana,” kata pria yang bergabung ke Ducati pada 2014, seusai meninggalkan Aprilia.

 

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Francesco Bagnaia Ingin Ducati Terus Kembangkan GP22
Artikel berikutnya Menimbang 5 Besar MotoGP Selama Paruh Pertama 2022

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia