Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Ini Bukti Ducati Belum Keluarkan Power Sebenarnya

Selama ini, Ducati disinyalir belum mengeluarkan tenaga motor yang sesungguhnya di Kejuaraan Dunia MotoGP.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan perebutan gelar di Kejuaraan Dunia MotoGP sangat dipengaruhi pengembangan teknologi. Khususnya yang terkait sistem elektronik.

Sejak MotoGP 2019, unit kontrol elektronik (ECU) semua motor tim-tim MotoGP wajib memakai merek yang sama dari Magneti Marelli.

Dengan peranti yang satu ini, tim-tim bisa mendapatkan data-data seperti kecepatan putar setiap roda, posisi throttle, kinerja suspensi, hingga sudut kemiringan motor. Sebuah motor tim elite bisa mendapatkan data lengkap dari sekira 26 sensor berbeda.

Informasi data ini membuat software bisa menjalankan bermacam program untuk mengontrol performa mesin. Keuntungannya bisa dirasakan pada kontrol traksi (mencegah ban belakang selip karena berputar terlalu kencang), anti-wheelie (mencegah roda depan terangkat saat akselerasi), engine braking, dan launch control (untuk hasil terbaik saat start diam/standing start).

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Ducati tidak hanya piawai memaksimalkan performa ECU dari Magneti Marelli (karena mereka sudah lebih dulu memakainya ketimbang pabrikan atau tim lain) tetapi juga pandai membuat sekaligus merahasiakan komponen-komponen yang mampu membuat Desmosedici GP disebut “motor sempurna” di grid MotoGP saat ini.

Jika melihat hasil musim lalu, sangat sulit menemukan kelemahan motor prototipe kaluaran pabrikan asal Borgo Panigale, Bologna, Italia, tersebut. Dari 18 balapan musim lalu, Ducati berhasil memenangi tujuh di antaranya, enam lewat tim pabrikan dan satu dari tim satelit Pramac Racing.

Fakta mencengangkan lain di MotoGP musim lalu, Ducati Desmosedici GP21 tidak mampu finis podium hanya dalam lima Grand Prix.

Menariknya lagi, Desmosedici GP mampu kompetitif di tangan pembalap mana pun. Bahkan, rookie MotoGP 2021 seperti Jorge Martin (Pramac Racing) mampu memenangi lomba.

Rookie lainnya, Enea Bastianini (Esponsorama Racing), yang memakai Desmosedici GP lebih tua, masih mampu dua kali finis di podium.

Sejak Andrea Dovizioso pergi pada akhir musim 2020, banyak yang menilai Ducati akan kesulitan bersaing di depan. Faktanya, Ducati mampu memenangi tujuh balapan dan mengoleksi podium terbanyak dalam semusim sepanjang turun di MotoGP, 24.

Berkat performa duet tim pabrikan Ducati Lenovo – Francesco Bagnaia dan Jack Miller – serta para pembalap seperti Martin dan rekan setimnya, Zarco, serta Bastianini, Ducati mampu merebut gelar juara dunia pabrikan. Sementara, Ducati Lenovo juara kategori tim.

Bagnaia yang berhasil menempati peringkat kedua MotoGP 2021, terbukti mampu menjadi pengganti Dovizioso yang tepat. Melihat performa musim lalu, sulit ditampik bila Ducati bakal jauh lebih hebat di masa depan.

Dovizioso yang delapan musim membela Ducati tahu benar bila Bologna Bullet sangat unggul dari sisi mesin. Dovi menyebut bila Ducati memiliki margin sangat besar atas pabrikan-pabrikan lain di MotoGP. Penilaian Dovi tersebut bukan tanpa alasan.

Desmosedici GP selama ini menjadi motor dengan downforce (gaya tekan ke tanah) paling besar dan terbaik. Untuk melawan downforce tersebut, jelas butuh mesin dengan tenaga sangat besar.

Melihat top speed mengerikan para pembalap Ducati musim lalu bisa disimpulkan bahwa Desmosedici GP sejatinya masih memiliki tenaga yang bisa lebih besar jika setelan downforce dikurangi.

Johann Zarco, Pramac Racing

Johann Zarco, Pramac Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Rekor top speed MotoGP yang dibuat Johann Zarco pada FP4 GP Qatar 2021 lalu, yakni 362,4 km/jam, memang berhasil disamai Brad Binder (Red Bull KTM Factory Racing) pada FP3 GP Italia tahun yang sama.

Namun, pembalap Ducati lainnya: Martin, Bastianini, Miller, dan test rider Michele Pirro yang turun dengan wild card di GP Italia 2021, mampu menempatkan namanya sebagai pencetak top speed fantastis sepanjang MotoGP musim lalu.

Para pembalap Ducati tersebut mencetak top speed antara 357,6 km/jam hingga yang tertinggi 362,4 km/jam. Zarco paling banyak mencetak top speed bagi Ducati musim lalu, tiga: 362,4 km/jam; 360,0 km/jam; 358,8 km/jam.

Dengan berat kosong motor (dry weight) hanya 157 kg, Ducati selama ini mengklaim tenaga Desmosedici GP21 hanya 250 hp lebih. Namun, kabarnya Zarco menyebut, rekor yang dibuatnya di Qatar bisa terjadi karena tenaga motornya mencapai 300 hp.

“Peranti aerodinamika (yang memengaruhi downforce) tidak bagus untuk kejuaraan seperti MotoGP. Saya sepakat dengan Casey (Stoner) soal ini,” kata Dovzioso, beberapa waktu lalu.

“Komponen-komponen itu membatasi duel yang berujung pada sedikitnya aksi saling balap (overtaking). Jika Anda sudah melesat cepat dan berada di depan, rasanya strategi balapan hanya akan berpengaruh kecil.”

Sejak lima balapan terakhir MotoGP 2021 lalu, Andrea Dovizioso mengandalkan Yamaha YZR-M1 milik Petronas Yamaha SRT. Saat tim berganti nama, Dovi tetap menggeber M1 bersama skuad yang kini bernama WithU Yamaha RNF MotoGP Racing tersebut.   

Baca Juga:

   

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Verstappen-Marquez Masuk Nominasi Laureus World Sports Awards
Artikel berikutnya Livery Anyar Pramac Racing Kini Tersemat Warna Biru

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia