Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Inilah Wanita Peredam Strategi Ferrari di GP Monako

Konsultan senior Red Bull Racing Helmut Marko mengakui bila Hannah Schmitz selalu menganalisis segalanya dengan tenang namun selalu tepat.

Podium: Race winner Max Verstappen, Red Bull Racing, second place Pierre Gasly, Toro Rosso, Hannah Schmitz, Red Bull Racing strategy engineer

Podium: Race winner Max Verstappen, Red Bull Racing, second place Pierre Gasly, Toro Rosso, Hannah Schmitz, Red Bull Racing strategy engineer

Red Bull Content Pool

Kemenangan Sergio Perez pada Grand Prix Monako, Minggu (29/5/2022) lalu, memang tidak lepas dari strategi brilian yang diterapkan Red Bull Racing.

Seperti diketahui, Perez memulai lomba GP Monako dari grid ketiga di belakang duet Scuderia Ferrari, Charles Leclerc dan Carlos Sainz. Dengan ban basah (wet), komposisi posisi terdepan tidak berubah hingga lewat 10 lap.

Perez dan Red Bull lantas memilih melakukan pit stop pada lap 16, saat traffic membuatnya agak tertinggal. Sementara, duo Ferrari masih di trek. Saat kembali ke lintasan, Perez tertinggal sekira 8 detik dari Leclerc di P1.

Setelah Perez masuk, Ferrari terlihat bingung. Jika memasukkan Leclerc untuk mengganti ban basah ke slick agar lebih cepat, Max Verstappen (Red Bull) kemungkinan bakal melibasnya.

Saat itu, Ferrari seharusnya memasukan Sainz ketimbang Leclerc. Tetapi, itu juga berisiko Sainz kehilangan posisi ke Perez. Sainz akhirnya berusaha bertahan dengan ban basah dan ingin melewatkan pit untuk ban intermediate.

Sergio Perez, Red Bull Racing RB18, Max Verstappen, Red Bull Racing RB18, Lando Norris, McLaren MCL36

Sergio Perez, Red Bull Racing RB18, Max Verstappen, Red Bull Racing RB18, Lando Norris, McLaren MCL36

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Ferrari merasa bisa menunda (Leclerc masuk pit) hingga satu lap setelah Perez berhenti karena selisih delapan detik itu. Rupanya, mereka meremehkan kecepatan Perez dengan ban intermediate.

Leclerc akhirnya masuk pit dua lap usai Perez, meskipun dalam kondisi tersebut seharusnya satu. Keputusan Ferrari tersebut terbukti salah karena dengan itu mereka membiarkan Perez melakukan undercut untuk melewati Leclerc.

Kecepatan Perez dengan ban intermediate berperan krusial dalam kesalahan Ferrari yang harus dibayar mahal dengan kegagalan Leclerc memenangi GP Monako. Harapan Tim Kuda Jingkrak pun beralih ke Sainz.

Setelah berusaha keras bertahan dengan ban wet, sementara Perez terus mengejarnya, Sainz akhirnya masuk pit pada lap 21 untuk mengganti ban ke slick. Masalahnya, kendati cepat, Perez masih harus mengganti ban dari intermediate ke slick.

Perez terus berusaha memperlebar gap dengan Sainz yang baru saja keluar dari pit. Masalah bagi Sainz muncul saat Nicholas Latifi (Williams) sebagai pembalap overlap justru “menahannya”. Akibatnya, ban Perez menjadi lambat panas.

Sainz tertahan 1,5 sampai 1,7 detik dan saat keluar dari Sainte Devote, Perez juga keluar dari pit. Dengan tidak adanya lagi pit stop, Perez pun memimpin sampai balapan GP Monako berakhir.

Baca Juga:

Terlepas dari nasib sial Sainz yang tertahan oleh Latifi, kemenangan Perez di Monako tidak lepas dari tangan dingin Hannah Schmitz selaku Principal Strategy Engineer Red Bull Racing.

Schmitz-lah yang memanggil sendiri pembalap Meksiko tersebut untuk mengganti ban dari wet ke intermediate pada lap 16. Keputusan Schmitz itu terbukti brilian karena Perez terbukti mampu cepat dengan ban intermediate.

“Aplaus besar untuk Hannah. Ia menganalisis dengan tenang dan kompeten, lalu mengatur agar Perez mampu melibas trek dengan cepat di atas ban intermediate, satu aspek yang pada akhirnya membuat perbedaan dan memberi kemenangan untuk Perez,” kata Marko seperti dikutip Motorsport Total.

Hannah Schmitz bukan orang baru di Red Bull Racing. Musim ini menjadi tahun ke-13 Schmitz bersama tim yang bermarkas di Milton Keynes, Inggris, tersebut.

Hannah Schmitz sudah memegang berbagai posisi di Red Bull Racing. Itu tidak mengherankan jika melihat latar belakang pendidikannya sebagai jebolan teknik mesin Universitas Cambridge.

Di Red Bull, Hannah Schmitz pernah bekerja di bagian desain model, penanggung jawab simulator, hingga posisi prestisius sebagai manajer utama di divisi strategi tim.

Keputusan Hannah Schmitz yang meminta Sergio Perez untuk masuk pit lebih cepat, mengganti ban wet ke intermediate dinilai mampu membuat Ferrari tertekan sehingga salah dalam mengambil keputusan.

Ini bukan kali pertama Hannah Schmitz menjadi penentu kemenangan pembalap Red Bull. Pada GP Brasil 2019, keputusannya menerapkan taktik tiga pit stop membuat Max Verstappen merebut kemenangan.

Untuk mengapresiasi atas kejelian strateginya, Red Bull pun meminta Hannah Schmitz ikut berselebrasi di podium bersama Max Verstappen (foto utama).

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Formula 1 Ditinggal Direktur Eksekutif Peter Bayer
Artikel berikutnya Ricciardo Jelaskan Pesan Menohok pada Helm di GP Monako

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia