Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Italia vs Inggris: Rivalitas Abadi Ferrari dan McLaren

Selain di sepak bola, persaingan Italia dan Inggris di Formula 1 juga terjadi sengit antara Scuderia Ferrari melawan McLaren.

Charles Leclerc, Ferrari SF21, battles with Lando Norris, McLaren MCL35M

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Minggu (11/7/2021) malam atau Senin dini hari – sekira pukul 02.00 WIB – nanti, publik akan menyaksikan final Euro 2020 di Stadion Wembley, Inggris.

Dua kekuatan sepak bola Benua Biru atau bahkan bisa dibilang dunia, Italia dan Inggris, akan bertemu untuk membuktikan siapa yang terbaik di Piala Eropa edisi ke-16.

Sejak pertemuan pertama kedua tim pada 1933, dari total 27 pertandingan di semua ajang, Italia masih unggul dengan 10 kemenangan dan delapan kali kalah (sembilan lainnya imbang). Kendati, untuk jumlah gol Inggris sedikit lebih baik, 33 berbanding 31.

Di olahraga, rivalitas kedua negara tentu tidak hanya terjadi di sepak bola. Ajang balap mobil paling bergengsi di dunia, Formula 1, juga menjadi ajang duel antara Italia dan Inggris. Tidak hanya pengaruh secara politis tetapi juga teknologi.

Italia jelas diwakili Scuderia Ferrari yang hingga kini menjadi satu-satunya tim yang tidak pernah absen di Formula 1 sejak kejuaraan tersebut kali pertama dimulai pada 1950.

Baca Juga:

Ferrari menjadi tim F1 tersukses setelah mengoleksi 16 (1961, 1964, 1975-1977, 1979, 1982, 1983, 1999-2004, 2007, 2008) gelar juara dunia konstruktor dan 15 (1952, 1953, 1956, 1958, 1961, 1964, 1975, 1977, 1979, 2000-2004, 2007) pembalap.

Di sisi lain, Inggris merupakan gudang para teknisi top di Formula 1. Karenanya, tidak heran bila hingga kini Inggris menjadi markas sebagian besar tim Formula 1. Dari 10 tim F1 saat ini, hanya Ferrari (Maranello, Italia) dan Alfa Romeo Racing (Hinwil, Swiss) yang tidak memiliki markas di Inggris.

Jika Italia memiliki Ferrari di F1, maka Inggris saat ini diwakili Williams, McLaren, dan Aston Martin, kendati hanya dua nama awal yang bisa dibilang melegenda.

McLaren memang baru turun di F1 pada 1966, tetapi pengaruhnya sangat besar di ajang balap jet darat ini. Kiprah McLaren yang sensasional inilah yang mengusik hegemoni Ferrari dalam beberapa periode.

McLaren menjadi tim F1 asal Inggris tersukses dengan koleksi delapan gelar juara dunia konstruktor (1974, 1984, 1985, 1988, 1989, 1990, 1991, 1998) dan 12 pembalap (1974, 1976, 1984-1986, 1988-1991, 1998, 1999, 2008). 

Niki Lauda vs James Hunt

Niki Lauda dan James Hunt berbicara dengan Barry Sheene di sela-sela F1 GP Jepang 1976.

Niki Lauda dan James Hunt berbicara dengan Barry Sheene di sela-sela F1 GP Jepang 1976.

Foto oleh: Sutton Images

Rivalitas antara Ferrari dengan McLaren ini bisa dibilang berawal dari duel antara pembalap mereka, Niki Lauda dan James Hunt pada F1 1976.

Lauda yang merebut gelar pertamanya (dari tiga) pada 1975 bersama Ferrari, terhentak begitu Hunt mencuat bersama McLaren setahun kemudian. Hunt memenangi enam sedangkan Lauda lima (dari total 16 balapan), hingga hanya unggul satu poin atas Lauda di klasemen akhir musim tersebut.

Pada F1 1977, baik Lauda maupun Hunt sama-sama cuma memenangi tiga balapan. Namun, seringnya Hunt tidak mampu finis membuatnya hanya finis di P5 menyaksikan Lauda yang merebut gelar juara dunia keduanya.

Persaingan kedua pembalap serta persahabatan di luar lintasan ini pun diabadikan dalam film layar lebar berjudul Rush garapan sutradara Ron Howard, yang dirilis pada 2013 lalu.

Rivalitas Senna-Prost Benamkan Ferrari

Ayrton Senna, McLaren MP4/5 Honda dan Alain Prost, McLaren MP4/5 Honda bertabrakan di F1 GP Jepang 1989.

Ayrton Senna, McLaren MP4/5 Honda dan Alain Prost, McLaren MP4/5 Honda bertabrakan di F1 GP Jepang 1989.

Foto oleh: Motorsport Images

Saat Ayrton Senna bergabung ke McLaren pada 1988, apa yang ditakutkan akhirnya terjadi. Ia berseteru dengan rekan setimnya yang sebenarnya lebih senior di McLaren, Alain Prost.

Setahun sebelumnya, Prost hanya finis di P4 setelah merebut gelar juara dunia pada 1985 dan 1986. Namun, Senna yang bergabung dari Lotus langsung mampu tampil cepat. Senna akhirnya juara pada F1 1988 hanya dengan unggul tiga poin atas Prost.

Rivalitas Senna-Prost berlanjut pada 1989. Ferrari yang saat itu memiliki Nigel Mansell dan Gerhard Berger tidak mampu memanfaatkan perang dingin di antara kedua pembalap McLaren.

Sebaliknya, persaingan sengit membuat Prost dan Senna kian menggila. Prost akhirnya merebut gelar juara dunia ketiganya pada 1989 dengan unggul hanya empat poin dari Senna di P2.

Pada 1990, Prost pindah ke Ferrari. Persaingan kini lebih terbuka karena Senna masih di McLaren. Senna pun merebut gelar juara dunia kedua dan ketiga pada 1990 dan 1991 sedangkan Prost hanya runner-up dan kelima pada masing-masing musim tersebut.

1998-2001: Munculnya Michael Schumacher

Podium: peringkat kedua Michael Schumacher, Ferrari, pemenang Mika Hakkinen, McLaren, dan peringkat ketiga DaVid Coulthard, McLaren, di podium F1 GP Amerika Serikat 2001.

Podium: peringkat kedua Michael Schumacher, Ferrari, pemenang Mika Hakkinen, McLaren, dan peringkat ketiga DaVid Coulthard, McLaren, di podium F1 GP Amerika Serikat 2001.

Foto oleh: Sutton Images

Setelah dua musim hanya berada di P4 konstruktor, McLaren bangkit pada 1998 lewat David Coulthard dan Mika Hakkinen. Michael Schumacher juga berkembang tetapi tidak cukup untuk menantang Hakkinen yang akhirnya juara pada 1998.

Pada 1999, Hakkinen kembali menjadi kampiun tetapi konstruktor mampu direbut Ferrari. Pada 2000 dan 2001, Ferrari mampu merebut kedua gelar sementara McLaren terjun bebas. Posisinya sebagai rival Ferrari pun digantikan Williams.

2007-2009: Raikkonen Manfaatkan Duel Hamilton-Alonso

Kimi Raikkonen, Ferrari F2007 memimpin atas Lewis Hamilton, McLaren MP4/22 pada F1 GP Prancis 2007.

Kimi Raikkonen, Ferrari F2007 memimpin atas Lewis Hamilton, McLaren MP4/22 pada F1 GP Prancis 2007.

Foto oleh: Sutton Images

Lewis Hamilton melakukan debut F1 pada 2007 bersama McLaren dengan Fernando Alonso sebagai rekan setim. Hamilton sebagai rookie berulang kali menyulitkan Alonso yang saat itu sudah memegang dua gelar juara dunia (2005, 2006 bersama Renault).

Tidak seperti era Senna-Prost, persaingan Hamilton dan Alonso ini mampu dimanfaatkan benar oleh pembalap Ferrari, Kimi Raikkonen. Pada akhir musim, Raikkonen mengoleksi 110 poin dan hanya unggul 1 poin atas Hamilton dan Alonso di P2 dan P3.

Panasnya rivalitas Ferrari dan McLaren ini juga diwarnai skandal Spygate. Teknisi senior McLaren, Mike Coughlan, kedapatan memiliki dokumen data teknis Ferrari yang sangat rahasia yang diperoleh dari Nigel Stepney, mekanik Ferrari asal Inggris.

Terbukti bersalah, McLaren pun dicoret dari klasemen konstruktor F1 2007 dan didenda hingga 100 juta dolar AS, hukuman uang tertinggi yang pernah dijatuhkan di F1.

Pada 2008, McLaren membalas dengan menempatkan Hamilton sebagai juara dunia dan hanya unggul satu poin atas pembalap Ferrari, Felipe Massa. Namun, karena Heikki Kovalainen kurang kompetitif, gelar konstruktor kembali direbut Ferrari.

Rivalitas Ferrari dan McLaren mulai berubah sejak 2009. Mereka tidak lagi bertarung memperebutkan P1 melainkan P3 setelah mencuatnya Brawn GP – yang lantas dibeli Mercedes – dan Red Bull Racing.

2020 – Sekarang: Kebangkitan McLaren, Ferrari Mulai Pulih

Daniel Ricciardo, McLaren MCL35M,Charles Leclerc, Ferrari SF21.

Daniel Ricciardo, McLaren MCL35M,Charles Leclerc, Ferrari SF21.

Foto oleh: Erik Junius

Perubahan mesin pada F1 2020 membuat Sebastian Vettel dan Charles Leclerc sulit menemukan kecepatan. Di sisi lain, McLaren perlahan mulai mendapatkan bentuk performa terbaik.

Dua podium dan penampilan konsisten Lando Norris dan Carlos Sainz membuat McLaren finis di P3 konstruktor F1 2020 sedangkan Ferrari terpuruk di posisi keenam.

Musim ini, Ferrari menurunkan mesin yang benar-benar baru untuk sasis SF21. Namun, McLaren juga memakai mesin anyar dari Mercedes, dengan meninggalkan Renault.

Rivalitas pun merembet ke pembalap. Norris mampu membawa McLaren MCL35M sangat cepat sampai lomba kesembilan dengan mengoleksi tiga podium ketiga.

Baik Norris maupun Leclerc musim ini memiliki rekan tim baru. Carlos Sainz sejauh ini mulai mampu beradaptasi dengan Ferrari. Namun, Daniel Ricciardo yang beberapa kali naik podium saat membela Red Bull dan Renault, masih terlihat kesulitan.

McLaren kini berada di peringkat ketiga konstruktor dengan 141 poin dan unggul 19 angka atas Ferrari di P4. Melihat kelebihan dan kelemahan kedua tim, memang akan menarik melihat rivalitas baru antara Ferrari dan McLaren di F1 saat ini.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Ecclestone: AlphaTauri Lebih Cocok untuk Mick Schumacher
Artikel berikutnya Montoya Sebut Seidl Jadi Faktor Utama McLaren Raih Sukses

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia