Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Jalur Cepat Yuki Tsunoda Menapak Tangga Formula 1

Red Bull Racing dan AlphaTauri percaya Yuki Tsunoda berpotensi menjadi bintang Formula 1. Rookie asal Jepang itu mengejutkan saat mampu mencetak poin pada debutnya dan tetap setia dengan gaya balap yang agresif.

Yuki Tsunoda, AlphaTauri, in the drivers parade

Mark Sutton / Motorsport Images

Sejak meninggalkan kesan positif di Bahrain, berkat kesuksesan meraih poin dalam race pertamanya dalam Formula 1 (F1), semua menjadi lebih sulit bagi Yuki Tsunoda. Pemuda 21 tahun tampak telah berbelok dari jalur seharusnya.

Tsunoda membuat sejumlah kesalahan yang kerap berujung kritik dari Kepala Pengembangan Program Pembalap Red Bull Racing Helmut Marko. Seperti diketahui, tim Austria itu induk yang menaunginya.

Namun ini wajar karena ia dalam proses belajar di balap jet darat. Dan perlahan Tsunoda memperbaiki diri dan berprogres. Hasilnya tampak dalam Grand Prix Amerika Serikat (AS), yang dianggap sebagai balapan terbaiknya sejauh ini.

Perjalanan bermula pada 2016, ketika masih berusia 16 tahun, Tsunoda diterjunkan Honda ke Kejuaraan F4 Jepang untuk satu penampilan. Di antara 31 pembalap, ia tampil brilian dengan berhasil finis kedua.

Senyum kecil terpancar dari wajah manajemen Honda. Tsunoda tak banyak bersuara di luar trek, namun membiarkan performa yang berbicara untuknya. Bagi pabrikan Jepang hal tersebut jauh lebih penting.

Dari situ, sebagai bagian dari Honda Dream Project, Tsunoda terus memberikan penampilan positif. Ia meraih kemenangan pada musim penuh pertamanya dan finis ketiga sebelum menjadi juara pada 2018.

Banyak balapan yang dijalani Tsunoda dalam F4 Jepang disaksikan langsung oleh Masashi Yamamoto. Ini krusial, karena ketika Helmut Marko muncul di layar ponsel bos motorsport Honda itu – keduanya rutin bicara karena ada kerja sama antara kedua entitas– nama Tsunoda sering disinggung.

Marko penasaran apakah Yamamoto memiliki pembalap muda yang mampu mengemudi dengan cepat. Ia lantas memberikan tiga nama. Marko pun serius mengawasi data mereka –melihat mereka beraksi dari jauh– dan salah satu mencuri perhatiannya. Ya, itu adalah Yuki Tsunoda.

Baca Juga:

Remaja asal Kanagawa itu kemudian mendapat undangan dari Marko untuk menguji mobil Formula 3 di Sirkuit Hungaroring, Hungaria. Dan sisanya, seperti yang orang-orang katakan, adalah sejarah.

Formula1.com menilik kembali tentang Tsunoda dan seberapa besar potensinya untuk menjadi bintang F1 melalui tokoh-tokoh kunci dalam perjalanan kariernya dan tentu saja sang pembalap sendiri.

Bukan tanpa alasan Hungaroring jadi tempat pengujian bakat pembalap muda karena layout-nya yang sempit dan berliku, tanpa sektor lurus yang panjang, memaksa mereka mengeluarkan kemampuan terbaiknya di trek. Ini berguna bagi tim untuk mengevaluasi bakat seorang pilot.

“Red Bull memasukkan Yuki dalam tes mereka di Hungaria. Saya ingin mereka juga menurunkan Dan Ticktum saat itu. Yuki di sana mewakili Honda. Saya sangat terkesan karena dia begitu cepat. Sanga jelas talentanya muncul secara natural,” kata Yamamoto.

Tsunoda tampil di sana bersama Tim F3 Motorpark dan pengujiannya terbukti cukup sukses. Setelah tiga hari tes, ia mencatatkan waktu tercepat. Marko puas dan kemudian tidak ragu memberikan kesempatan bersaing di Eropa.

“Dia langsung kompetitif, terutama di tikungan cepat. Dia lebih baik daripada semua pembalap yang tes. Yuki cukup bagus, tetapi tidak tahu sirkuit-sirkuit Eropa, jadi kami memasukkannya ke Formula 3 dan Euroformula untuk memberinya jarak tempuh sebanyak mungkin di trek yang berbeda,” kata Marko.  

Pria Austria tersebut lalu menghubungi Andreas Jenzer akhir 2018. Marko ingin menempatkan Tsunoda di tim F3 miliknya, Jenzer Motorsport. Ini bukan hal baru, kedua kubu telah menjalin koneksi selama lima atau enam tahun saat itu.

“Saya punya pembalap F4 Jepang untuk Anda. Dia juara di sana serta akan didukung 50 persen oleh Honda dan 50 persen oleh Red Bull. Kirimi saya kontrak,” itu kalimat yang terlontar dari Marko kepada Jenzer.

Yuki Tsunoda, Jenzer Motorsport

Yuki Tsunoda, Jenzer Motorsport

Foto oleh: Joe Portlock / Motorsport Images

“Kami menandatangani kontrak dengan Yuki dan dia muncul pertama kalinya di Yas Marina setelah Grand Prix Abu Dhabi 2018. Kami mengundangnya untuk datang, melihat akhir pekan F1 bersama, tetapi dia bilang, ‘Saya tidak bisa datang.’ Saya tanya mengapa, dia jawab, ‘Mr. Jenzer saya suka mengemudi dan bekerja dengan mekanik dan engineer, namun menonton balapan membosankan bagi saya.’”

Tsunoda mendapat banyak kilometer pada 2019. Ia menjalani 16 balapan F3 bersama Jenzer Motorsport dan finis kesembilan dalam klasemen. Lalu di Euroformula melakoni 14 race dan menutup musim di posisi keempat.

Penampilan solidnya di tahun pertama di Eropa membuat banyak orang melirik, termasuk calon bosnya di AlphaTauri, Franz Tost. Ia memiliki impresi yang sangat positif terhadap performa Tsunoda di F3.

“Dia melakukan pekerjaan fantastis, sebab datang dari Jepang ke Eropa, itu budaya yang sama sekali berbeda. Dia tidak tahu trek-treknya, tidak tahu mobil. Mempertimbangkan semua faktor tersebut, dia tampil hebat. Dari awal sampai akhir sangat kompetitif,” ujar Tost.

Marko juga puas dengan kerja keras Tsunoda dan tertarik mempromosikannya ke Formula 2 (F2) pada musim 2020. Ia kemudian memberikan rekomendasi kepada tim milik Trevor Carlin. Seperti biasa, sang pembalap butuh waktu adaptasi.

Namun prosesnya tidak terlalu lama. Tsunoda menemukan ritme dan konsistensinya meningkat secara signifikan. Marko memberinya target ambisius untuk menembus tiga besar klasemen akhir. Sang rookie mampu memenuhinya.

“Saya pertama kali melihat Yuki akhir 2018, saat tes F3 di Abu Dhabi. Saya memperhatikan dia selalu ada di posisi atas time sheet. Saya bertanya-tanya, ‘Siapa anak ini? Dia tampak cukup bertalenta.’ Kemudian saya menyaksikannya tampil di F3, dia memiliki beberapa balapan hebat,” kata Trevor Carlin.

“Helmut (Marko) lalu menemui saya di Spa (Belgia) akhir 2019 dan mengatakan dia punya pilot bagus untuk kami. Saya pikir yang dia maksuda Liam Lawson atau Juri Vips, namun dia bilang Yuki Tsunoda. Saya langsung tertarik dan kami berjabat tangan dan membuat kesepakatan.”

Yuki Tsunoda, Carlin

Yuki Tsunoda, Carlin

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Penampilan solid Tsunoda di F2 meyakinkan Marko dan Red Bull untuk mempromosikannya ke F1. Keputusan yang di kemudian hari tampaknya tidak disesali oleh pria 78 tahun tersebut dan timnya.

“Kami memasukkannya ke F2 karena saya yakin dia siap untuk itu. Selama kejuaraan, orang-orang membicarakan (Mick) Schumacher, namun Yuki lebih cepat,” ujar Marko.

“Dia tidak beruntung dengan beberapa masalah teknis di Carlin. Seiring wakti menjadi jelas bahwa kami harus menempatkkannya di F1. Dan di Bahrain, pada debutnya untuk AlphaTauri, dia langsung memberi bukti.”

Namun perjalanan cepat Tsunoda menuju F1 bukan tanpa kerja keras. Jenzer mengungkapkan saat sang pembalap tiba di Eropa, ia menempatkannya di sebuah flat di dekat markas tim di Swiss. Ia memplot Dan Sins, untuk menjadi pelatih performa.

Ketika pertama bertemu, berat Tsunoda sekitar 45 kg. Ia jelas perlu menambah bobotnya agar lebih kuat mengemudikan mobil F3. Tsunoda bekerja sangat keras untuk itu dengan rutin melatih fisiknya, termasuk dengan bersepeda dan joging.

“Yuki mengambil kesempatannya dengan sangat serius. Tidak ada waktu baginya untuk istirahat. Dia sangat fokus melakukan pekerjaan terbaik. Di F1, dia harus selalu seperti itu dan menguji diri sendiri. Setiap minggu dia berlatih atau melakukan sesuatu untuk menjadi lebih baik,” ucap Yamamoto.

Tsunoda tidak takut membuat kesalahan. Bahkan cenderung suka melakukannya karena dengan begitu itu bisa menemukan batasnya. Ia ingin berkembang setiap waktu. Begitu caranya belajar dan terbukti menjadi strategi yang sukses.

Namun sekarang Tsunoda berada di kejuaraan terbesar. Setiap kali dirinya membuat kesalahan, crash atau mengalami spin, mata dunia tertuju kepadanya. Setiap kecerobohan kecil akan jadi besar dan disoroti saksama.

Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT02

Yuki Tsunoda, AlphaTauri AT02

Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images

Karena itu tekanannya pun meningkat dan otomatis lebih sulit untuk bangkit. Meski demikian, dengan setiap putaran yang dilewati, Tsunoda perlahan menemukan lagi jalannya ke depan.

“Di F3 dan F2, saya hanya punya waktu satu tahun untuk balapan. Saya mendorong cukup banyak dan tampil di banyak trek untuk pertama kalinya. Saya pun harus belajar dengan cepat. Saya melakukan hal yang sama di F1,” tutur Tsunoda.

“Saya mencoba belajar dari setiap sesi. Setiap akhir pekan Grand Prix saya belajar banyak. Ketika sebuah trek baru bagi saya, maka saya selalu harus memulai dari awal. Namun saya merasa seperti meningkat lap demi lap, detail demi detail.”

AlphaTauri seperti telah menjadi ekosistem yang tepat bagi Tsunoda. Ia sudah membangun hubungan yang baik dengan rekan setimnya, Pierre Gasly. Semua orang di dalam tim menyukainya. Ia senang bercanda, tetapi ketika menyangkut balapan, Tsunoda selalu serius.

“Sejak awal, AlphaTauri adalah tim yang cocok untuk saya. Mereka sangat bersahabat sejak tes pertama di Imola. Memang mereka selalu cerewet, namun bagi saya itu bekerja efektif. Saya mencintai semua orang di tim ini. Itu sebabnya saya merasa lebih malu ketika melakukan kesalahan,” kata Tsunoda.

Sejauh ini, Franz Tost puas dengan kinerja pembalap debutannya itu. Dalam 17 balapan Formula 1 musim 2021, ia telah membukukan 20 poin dan kini menempati posisi ke-14 dalam klasemen.

“Yuki jelas menuju ke arah yang baik. Gaya mengemudinya termasuk modern dan dia tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkannya. Dia tidak terlalu suka mobil yang understeer. Dia tidak terlalu peduli dengan bagian belakang mobil,” ucap Tost.

“Semua yang ditunjukkannya sejauh ini positif. Tentu saja dia tidak boleh terlalu sering crash, namun ini berlaku untuk pembalap mana pun. Tetapi saya menyebut kecelakaan atau kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pengembangan diri.”

Yuki Tsunoda, AlphaTauri, dan Franz Tost, Team Principal AlphaTauri

Yuki Tsunoda, AlphaTauri, dan Franz Tost, Team Principal AlphaTauri

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Michael Andretti Buka Suara soal Kegagalan Akuisisi Alfa Romeo
Artikel berikutnya Hasil FP1 F1 GP Meksiko: Stabil, Duo Mercedes Tahan Red Bull Racing

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia