Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Kilas Balik: Poin Bersejarah Doni Tata, Rasanya seperti Podium

Ketika bicara tentang kiprah Indonesia di kancah balap motor internasional, selalu ada nama Doni Tata Pradita di sana. Itu berkat raihan poin bersejarah di kategori 250 cc grand prix.

Doni Tata Pradita

Foto oleh: Mandalika Grand Prix Association (MGPA)

Berkat pencapaiannya di berbagai level, pembalap asal Yogyakarta tersebut akhirnya mendapat wild card kelas 125 cc Kejuaraan Dunia Grand Prix di Sepang pada 2005. Ia bernaung di bawah Yamaha Indonesia.

Sebagai pembalap yang masih hijau dalam ajang tersebut, ia pun finis di urutan ke-31. Tahun berikutnya, Doni kembali diberi kesempatan tampil di Malaysia. Kali ini, rapornya lebih baik, P29.

Pada 2007, ia mencicipi kelas 250 cc di Sepang. Sayangnya, Doni gagal finis. Kendati demikian, pembalap kelahiran 21 Januari 1990 itu malah mengamankan posisi rider reguler musim selanjutnya.

Targetnya tidak muluk, tapi juga tak mudah. Ia mesti mendulang poin. Dari 16 balapan,9 kali Doni finis paling buncit dan retire sekali.

Tugas itu dituntaskan ketika melaju di Grand Prix Cina. Menariknya, poin itu diperoleh justru ketika kondisi tubuhnya kurang prima. Ia start dari urutan ke-21 dan menutup lomba enam tingkat lebih baik.

“Saat itu, saya tidak fit. Setelah latihan bebas pertama, saya menderita flu dan demam. Namun, saya memaksa untuk balapan. Sayang kalau tidak tampil setelah terbang jauh dari Eropa,” ujarnya ketika dihubungi Motorsport.com.

“Selepas free practice langusng istirahat atau pulang ke hotel lebih cepat. Di sirkuit, dokter dari Clinica Mobile selalu mengontrol.

“Saat kualifikasi, saya mengalami kecelakaan karena terlalu mendorong sehingga bersenggolan dengan pembalap di depan. Kami jatuh berdua.

Baca Juga:

“Balapan digelar kala hujan, trek basah, tapi saya bisa ke P15, bahkan naik ke P13. Namun pada akhirnya, melorot lagi ke P-15. Waktu itu saya terlalu main aman karena sudah tembus 15 besar sesuai target.

“Saya sangat senang karena bisa memenuhi target dari Yamaha Indonesia Pertamina. Apalagi saya bisa bersaing dengan mendiang Marco Simoncelli, Alvaro Bautista dan Aleix Espargaro.”

Dengan poin semata wayang, Doni Tata pun bertengger di posisi ke-28 klasemen 250cc 2028. Pemilik speedshop dan bengkel motor khusus itu lantas ditawari pindah ke World Supersport (WSSP).

Tampaknya, kompetisi tersebut lebih cocok untuknya. Terbukti, delapan poin didulang dari 12 balapan. Ia kemudian berkutat dengan Asia Road Racing Championship selama tiga tahun dan menang Asian Supersport 2012.

Pada 2013, Doni teken kontrak dengan Federal Oil Gresini Moto2. Ia dan tim hampir putus asa setelah melihat zona poin seolah menjauh.

Penantian berakhir ketika tampil di Grand Prix Australia, tiga balapan sebelum seri penutup. Satu poin dibawa pulang.

“Saya sangat gembira karena lebih dari separuh musim sulit sampai 15 besar. Ketika melewati papan penanda yang menunjukkan saya sudah P15 dan harus dipertahankan, saya kian bersemangat. Apalagi saat itu, Mattia Passino berada di belakang berusaha mengejar,” kenangnya.

“Rasanya seperti berada di podium. Ketika masuk pit, saya disambut tim dan mereka memberi selamat. Bagi rookie, untuk tembus 15 besar sangat sulit. Saat itu, di grid ada pembalap muda seperti Takaaki Nakagami, Scott Redding, Tito Rabat.

“Moto2 sangat kompetitif karena pembalap muda terbaik ada di situ. Antara rider nomor 1 sampai 20, selisih waktunya kadang hanya 1 detik. Sementara Moto3, masih penjenjangan.”

Doni Tata Pradita

Doni Tata Pradita

Foto oleh: Doni Tata Pradita

Mario Aji

Mario Suryo Aji menjadi satu-satunya wakil Indonesia di ajang grand prix musim ini. Mantan pembalap, yang kini menekuni hobi bersepeda dan touring, tersebut optimistis dengan kiprah rookie Honda Team Asia itu.

Dukungan tim dengan penjenjangan jelas dan talenta remaja 17 tahun tersebut bisa jadi faktor penunjang sukses.

“Kans untuk dapat poin terbuka. Tim Mario termasuk yang papan atas dengan penjenjangan jelas. Nakagami masuk ke MotoGP lewat jalur Honda Team Asia,” ucap Doni Tata.

“Semoga Mario lebih baik lagi dan dapat motor kompetitif. Konsisten di papan tengah sudah bagus untuk tahun debutnya. Saya perhatikan saat wild card di Misano, dia tampil cukup baik apalagi di wet track. Sebaliknya, dia kerepotan justru di trek kering karena banyak lawan yang kencang.”

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hasil FP2 Moto2 Qatar: Sinyal Duel Fernandez dan Acosta
Artikel berikutnya Misi Berbeda Gonzalez dan Kubo di Moto2 Qatar

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia