Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Wawancara

Laia Sanz Antusias Hadapi Tantangan Sulit di Dakar 2021

Laia Sanz akan kembali ke ajang Dakar setelah keluar dari periode sulit dalam kariernya. Pembalap putri Gas Gas tersebut lebih semangat menghadapi tantangan setelah pulih.

Laia Sanz, GASGAS Rally team

Foto oleh: GasGas Factory Racing

Jalan wanita 34 tahun tersebut menuju Dakar edisi ke-11 yang diikutinya, cukup terjal. Ia mengalami cedera siku akibat Reli Andalusia, Oktober lalu, cedera akibat Reli Dakar dan penyakit Lyme, yang pasti menghambat aktivitasnya di dunia olahraga.

Jelang Dakar ke-43 yang digelar di Arab Saudi, Sanz mengaku belum 100 persen. Ia kini tinggal punya waktu delapan hari berlatih di atas GasGas RC 450F.

Sanz ingin tahu sejauh mana fisiknya bisa bertahan di reli yang keras tersebut. Apalagi ia jarang berlatih akibat penyakitnya yang baru diketahui September, padahal gejala dideteksi Juni.

“Saya belum 100 persen, sulit untuk mengeliminasi, itu bulan-bulan antibiotik, itu memberi gejala sangat berbeda…Saya sangat sedikit bermain dengan motor dan saya lebih mudah lelah dari biasanya. Mari lihat bagaimana tubuh saya sekarang membantu kelelahan di balapan…,” ujarnya kepada Motorsport.com.

“Saya kira apa yang membahagiakan saya adalah merasa baik, karena itu artinya adalah saya mampu melaju kurang lebih dengan kecepatan baik dan semua berjalan dengan baik. Saya yakin jika merasa sehat, itu akan jadi pertanda bagus.

“Terlepas dari hasilnya, saya berharap bahwa hari berakhir dengan utuh dan kurang lebih baik. Itu artinya bahwa ada hasil bagus.”

Rider Barcelona itu mengakhiri Dakar 2020 di peringkat ke-18 dan dibekap cedera pada tangan.

“Saya menunggu itu, sedikit lebih baik, tapi tidak seperti yang saya suka. Saya tak mau mengeluh karena Covid. Ada orang-orang yang mengalami momen sangat buruk, tapi itu adalah tahun terburuk untuk kami. Saya pulang dengan cedera di Dakar, dua ligament tangan kanan robek, jari kaki bengkak,” Sanz menjelaskan.

“Saat lockdown, tangan saya yang lain cedera. Tangan itu tidak pulih seperti seharusnya dan saya mulai menghadapi banyak masalah kemudian. Ketika saya mengetahuinya, itu harus dioperasi dan sudah terlambat. Butuh lima bulan (untuk sembuh). Ketika saya mulai naik motor, saya sangat lelah, dengan sakit kepala dan gejala lebih aneh…

“Masalahnya adalah mereka butuh waktu lebih lama untuk mendiagnosis itu, karena penyakit Lyme (disebabkan gigitan kutu yang menyebabkan infeksi bakteri) saat tes darah juga tidak jelas. Saya mungkin kehilangan dua atau tiga bulan untuk mengetahui (penyakit) apa yang saya derita. Sungguh bagus sekarang saya merasa lebih baik. Ini sebuah infeksi yang berkembang dan memburuk ketika Anda meninggalkannya.”

Baca Juga:

Kematian Paulo Goncalves dan Edwin Straver membuat promotor Dakar, Amaury Sport Organisation (ASO), menerapkan beberapa perubahan regulasi. Aturan baru tersebut mengurangi kecepatan dan risiko. Sanz belum terlalu memahaminya.

“Saya pikir itu tidak akan melambat. Saya kira itu akan lebih dalam. Masalah pembatasan ban belakang akan menarik, tapi itu akan dijalankan sebagai biasa. Mungkin pembatasan perubahan piston dapat mempengaruhi sedikit lagi, karena ada motor-motor yang sedikit menderita. Kecepatan tidak akan berkurang tapi banyak hal akan terjadi,” ia memprediksi.

“Favoritnya selalu sama. KTM, Husqvarna…setiap pembalap kecuali Luciano (Benavides) telah menang di Dakar atau Kejuaraan Dunia Cross-Country. Di Honda, ada dua atau tiga kemenangan dan Yamaha juga. Merek lain, ada beberapa pembalap bagus yang tidak mampu menang karena motornya. Tapi ada level mengerikan.”

Reli Dakar akan menempuh 7.646 km, dengan arah selatan, timur lalu utara. Start dan finis dilangsungkan di Jeddah. Sanz berharap navigasi lebih diperhatikan dibanding edisi 2020.

“Pekan pertama, sangat cepat, itu tidak lambat dan super teknis. Dengan apa yang biasa kami hadapi di Amerika Selatan, itu super cepat, tapi yang kedua sangat berbahaya, tidak ada pendorong lain kecuali kecepatan,” ucap Sanz.

“David Castera (direktur Dakar) berpengalaman dalam hal ini dan saya kira bahwa tahun ini navigasi lebih baik, tahun lalu kami tak punya apa-apa.

“Itu adalah tahun pertama di tempat baru dan saya kira ASO ketakutan secara berlebihan atau gagal. Dari apa yang saya katakan, tahun pertama di Amerika Selatan sangat sulit dan mungkin kali ini mereka lebih berhati-hati dan meninggalkan Dakar 2020 yang terlalu cepat.”

Foto Laia Sanz di atas motor GASGAS untuk Dakar 2021

Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
La moto de Laia Sanz, GASGAS Rally team
La moto de Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
La moto de Laia Sanz, GASGAS Rally team
Laia Sanz, GASGAS Rally team
21

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Loeb Terkesan dengan Semangat Juang Sainz di Dakar
Artikel berikutnya Sempat Terganggu Jadwal, Nani Roma Siap Hadapi Reli Dakar 2021

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia