Mara Soto, Mekanik Wanita yang Bantu Jonathan Rea Bersinar
Kehadiran kru wanita di paddock adalah pemandangan langka. Mungkin hal itu tidak aneh lagi bagi Jonathan Rea dan Kawasaki Racing Team, karena mereka punya Mara Soto.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Wanita muda tersebut berhasil menjemput impiannya bekerja sebagai mekanik dalam balapan bergengsi, World Superbike (WSBK). Bukan tak mungkin, ke depannya ia akan melompat ke MotoGP.
Minatnya berkecimpung di dunia balap dimulai sejak kecil. Soto sangat bersemangat ketika menonton balapan mobil maupun motor.
Cita-citanya disertai strategi untuk sampai di sana. Ia meriset bidang-bidang yang bisa dimasuki, lalu menempuh pendidikan sesuai jalur. Soto rela mengorbankan banyak hal untuk sampai di titik ini.
“Ya, sedikit abnormal melihat seorang wanita di paddock kejuaraan dunia, tapi kami selalu memberi lebih. Saya sangat senang bisa berada di tim ini dan melakukan pekerjaan saya,” tuturnya kepada Motorsport.com.
“Sejak kecil, saya senang menonton balapan mobil maupun motor. Saya tahu kalau ingin berkecimpung di dunia itu. Saya sudah melihat berbagai bidang dan mekanik yang menarik perhatian saya. Lalu, saya belajar agar ahli dalam hal ini.
“Saya meninggalkan keluarga di Malaga. Enam tahun lalu, saya tiba di Barcelona untuk pekerjaan ini. Lalu saya menginvestasikan banyak waktu, melewatkan banyak momen dalam hidup demi mendedikasikan diri untuk balapan, latihan dan mengikuti kursus-kursus. Tapi, karena ini adalah impian saya sejak lama, hal itu tidak seperti beban. Saya akan melakukannya lagi beribu kali.”
Ia pertama bekerja di tim motocross, sebelum hengkang ke Provec. Ia ditempatkan dalam tim pembalap wanita Ana Carrasco, yang tampil di World Supersport 300. Pindah dari motocross ke WSSP yang berbeda motor dan kebutuhan, sulit baginya. Soto memanfaatkan periode itu untuk belajar.
“Setelah menuntaskan belajar, saya mencoba mencari kesempatan di Barcelona, di mana pusat dunia motor di Spanyol. Saya bergabung dengan tim motocross dan saya bekerja di sana selama empat tahun. Dari sana, saya bisa melangkah ke dunia kecepatan yang saya sukai sejak dulu. Saya mencoba Provec dan KRT,” ia mengenang.
“Saya bekerja dua musim sebagai mekanik Ana Carrasco. Sejujurnya tahun itu, saya banyak belajar. Itu sangat penting, karena empat tahun sebelumnya, saya tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Saya tidak tahu apa pun tentang kecepatan karena saya datang dari motocross, dari tanah.”
Saat ditanya tentang karakter Carrasco yang membuatnya mampu jadi juara WSSP 300, Soto menjawab, “Dia sangat keras kepada dirinya sendiri. Ketika dia punya target, kalau dia belum mendapatkan, dia tidak berhenti. Saat belum mencapai waktu yang diinginkan, dia tak istirahat. Ya, dia keras kepala.”
Berkat dedikasi terhadap pekerjaan dan kemauan untuk mengasah kemampuan, Soto lantas dipromosikan ke KRT. Ia menerima tugas apa pun yang diberikan.
“Pada 2020, hadir kesempatan melompat ke KRT dengan tim Jonathan Rea. Itu peluang emas dalam hidup saya.
“Dengan Ana, saya adalah mekanik kedua, ada Flequi yang merupakan mekanik pertama. Dengan Johnny, saya penanggung jawab ban, bensin dan fairing. Di luar itu, saya juga mekanik pendukung. Memang benar dengan tanggung jawab itu, saya tidak terlalu banyak bersinggungan dengan mekanika, tapi saya bisa melakukan itu setelah menyelesaikan tugas. Di tim Ana, sebaliknya lebih umum,” ia menerangkan.
Mengingat ini tahun debutnya di WSBK, lagi-lagi Soto mengusung misi belajar sebanyak-banyaknya. Beruntung koleganya yang semua pria, mau berbagi ilmu dan tidak meremehkan karena ia seorang wanita.
“Saya beruntung karena tidak pernah merasa ada yang meragukan pekerjaan saya karena saya wanita atau merendahkan. Sebaliknya, bagi mereka, saya adalah teman (laki-laki) mereka, teman (wanita) tim. Tidak pernah mendengar mereka mengatakan, ‘Jangan lakukan ini’,” katanya.
Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team merayakan titel keenam
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Ia mengakui tekanan bekerja dengan sang juara bertahan WSBK lebih besar. Semua menyoroti performanya, yang tentu saja akan menyeret kru. Di Misano, Rea tampil di bawah standarnya, hanya naik podium ketiga tanpa kemenangan.
“Tekanan pasti ada. Tapi, hal yang saya pelajari bertahun-tahun selama bekerja dalam kompetisi adalah saat motor keluar, saya yakin sepenuhnya telah melakukan dengan benar. Saya lebih tertekan sebelum dia keluar. Ketika dia mengaspal, saya yakin pekerjaan dilakukan dengan baik,” Soto melanjutkan.
“Melihat dari kejuaraan, hasil adalah hal penting. Jelas bahwa, Anda berada di akhir pekan di mana tak berhasil menang, hanya podium. Saya berkontribusi untuk itu.”
Jika melihat tren yang ada, Mara Soto yakin perempuan yang bekerja di paddock akan bertambah.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments