Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Marko Bantah Red Bull Kurangi Tenaga Mesinnya

Konsultan motorsport Red Bull Racing, Helmut Marko, membantah dugaan kalau mereka sengaja menurunkan tenaga mesin Honda dalam beberapa balapan terakhir Formula 1.

Helmut Marko, Consultant, Red Bull Racing, and Christian Horner, Team Principal, Red Bull Racing, on the grid

Helmut Marko, Consultant, Red Bull Racing, and Christian Horner, Team Principal, Red Bull Racing, on the grid

Sam Bloxham / Motorsport Images

Menurut sumber Auto Motor und Sport, Die Rotten Bullen mendapat bocoran Federasi Otomotif Internasional (FIA) untuk menutup celah-celah kelemahan mesin Honda. Konsekuensinya adalah pengurangan tenaga.

Mereka jadi sorotan setelah tampil luar biasa terutama di trek lurus Red Bull Racing dan Sirkuit Paul Ricard. Lompatan besar tersebut tidak terlihat saat mengaspal di GP Inggris dan Hungaria.

Mercedes tampil lebih kencang dan diperparah dengan insiden yang dipicu Lewis Hamilton serta Valtteri Bottas. Dalam dua lomba terakhir, Red Bull hanya mengantongi dua poin dari Verstappen di Hungaroring.

Marko menyampaikan pembelaan lewat F1-Insider.com. Ia malah balik menuding kalau Mercedes yang melakukan pembaruan.

“Ini benar-benar omong kosong. Tidak ada yang menahan kami dari syarat Honda atau FIA. Kami tidak perlu memangkas power unit. Di Hungaria, kami punya tenaga sama seperti sebelumnya,” ujarnya.

“Bagi Mercedes, itu sangat berbeda. Mereka melakukan pembaruan tidak hanya pada motor, tapi juga untuk mesin. Itu kenapa mereka sangat kuat di Silverstone.”

Pria 78 tahun tersebut mengetahui bahwa The Silver Arrows mengutak-atik sistem pendingin. Akibatnya, mobil bisa dipacu dan punya tenaga lebih besar. Perubahan kecil itu bisa saja mengubah cerita persaingan mereka.

Baca Juga:

“Kami tangguh di semua jenis lintasan, tapi ada kompetitor sangat kuat seperti Hamilton. Dia juga punya tim seperti Mercedes yang tidak pernah berhenti.

“Hungaria adalah akhir pekan kedua beruntun di mana kami didiskualifikasi oleh sebuah mobil Mercedes. Kami kehilangan kepemimpinan dalam klasemen konstruktor dan pembalap. Itu sangat membuat frustrasi,” ia menandaskan.

Kendati demikian, Marko meminta agar tim fokus kepada diri sendiri dan mencari solusi untuk mendominasi lagi pada paruh kedua musim ini.

“Tapi kami harus terus melakukan apa yang biasa kami kerjakan. Untuk memenangi kejuaraan, kami harus terus mengumpulkan poin dan fokus pada balapan berikutnya,” katanya.

“Di Inggris, contohnya, kami sangat kompetitif. Kami memenangi sprint race di sana dan kami memimpin dalam lomba utama. Kalau saja tidak didepak oleh Lewis, kami akan memenangi lomba itu. Pace kami sangat bagus. Memang benar, kami kurang kompetitif di Hungaria.

“Menurut saya, Mercedes kaget dengan kemajuan yang kami buat terhadap mesin dan sasis. Untuk pertama kali, untuk waktu lama, tim sejajar dengan mereka. Kami juga fokus pada musim 2022. Ada perubahan besar pada 20 tahun terakhir. Kami harus berhati-hati.

“Saat ini, kesulitan makin besar. Grup tengah makin mendekat. Di belakang Red Bull dan Mercedes, ada 10 mobil yang sangat dekat satu sama lain. Tahun depan, akan ada aturan baru dan budget cap. Ini akan membuat seluruh grid makin ketat.”

Max Verstappen, Red Bull Racing RB16B

Max Verstappen, Red Bull Racing RB16B

Foto oleh: Red Bull Content Pool

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Banding Aston Martin Terkait Diskualifikasi Sebastian Vettel Ditolak
Artikel berikutnya Jacques Villeneuve Ingin Peran seperti Niki Lauda atau Helmut Marko

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia