Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Menuai Kritikan, FIM Bela Regulasi World Supersport 2022

Direktur Teknis Federation Internationale de Motocyclisme (FIM), Scott Smart, menegaskan bahwa aturan baru perlu ditetapkan agar kejuaraan World Supersport (WSSP) menjadi lebih relevan.

Federico Caricasulo, GMT94 Yamaha, Dominique Aegerter, Ten Kate Racing Yamaha, Manuel Gonzalez, Yamaha ParkinGO Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

September lalu, Dorna WSBK Organization (DWO) sepakat untuk menambahkan lebih banyak model ke dalam daftar motor yang dihomologasi untuk kelas FIM Kejuaraan Dunia Supersport pada musim 2022 dan seterusnya.

Dengan regulasi ini, DWO bermaksud ingin menarik motor seperti Ducati Panigale V2 955cc, Triumph Street Triple RS 765cc dan MV Agusta F3 RR 800cc guna meramaikan persaingan.

Ducati bahkan telah mengumumkan partisipasinya. Pabrikan Bologna menurunkan Panigale V2 untuk WSSP tahun depan. Motor ini bakal digeber mantan pembalap Moto2, Nicolo Bulega.

Adapun, dari pihak FIM sendiri sudah menguraikan rencana untuk menyeimbangkan berbagai jenis motor dengan menggunakan sistem Balance of Performance (BoP) yang kompleks.

Kendati demikian, langkah yang dilakukan FIM dan DWO tak menuai respons positif dari sejumlah bos-bos tim WSSP. Fabio Evangelista dari Evan Bros Yamaha meyakini keberadaan motor yang berbeda bisa merusak kejuaraan.

Sementara itu, Road Racing Manager Yamaha Eropa, Andrea Dosoli, khawatir aturan baru bakal menyulitkan skuadnya dalam memilih pembalap yang tepat untuk dipromosikan ke World Superbike (WSBK).

Menanggapi respons tersebut, Direktur Teknis FIM, Scott Smart, menyatakan regulasi WSSP saat ini sudah ketinggalan zaman, termasuk model motor yang diperlombakan dalam kejuaraan.

Dia juga membantah perubahan ditujukan secara eksplisit untuk menghentikan dominasi Yamaha. Hal ini menyusul sebutan banyak pihak yang menganggap WSSP sebagai Yamaha Cup lantaran dominasi R6.

Para pembalap World Supersport saat beraksi dalam Race 1 di Pertamina Mandalika International Street Circuit pada 20 November 2021

Para pembalap World Supersport saat beraksi dalam Race 1 di Pertamina Mandalika International Street Circuit pada 20 November 2021

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Semua motor produksi 600cc berbasis lebih dari 10 tahun, kurang lebih. DNA mereka sudah sangat tua,” jelas Smart kepada Motorsport.com.

“Yamaha telah melakukan pekerjaan dengan baik, motornya benar-benar bagus dan mereka memiliki beberapa tim terbaik. Jadi, itu menjadi motor yang dominan.

“Tetapi poin utama yang harus dihindari adalah bahwa motor-motor ini tidak lagi diproduksi atau jatuh dari produksi. Yamaha R6 sekarang tersedia di Eropa sebagai motor track only, Anda tidak bisa hanya membelinya sebagai motor jalanan. (Kawasaki) ZX-6 telah keluar dari produksi untuk waktu yang lama dan tidak ada MV Agustas 675cc yang diproduksi selama beberapa tahun.

“Tujuan kami adalah untuk balapan motor yang diproduksi secara massal dan tersedia untuk semua orang. Pasar telah bergerak ke arah yang berbeda dengan motor 600cc yang sangat mahal. Jadi kami telah melihat proyek ini selama beberapa tahun.”

Smart menambahkan, regulasi di WSSP 2022 bertujuan untuk menghentikan tim dari mengganti suku cadang produksi dengan komponen yang harus dipesan lebih dahulu dan berharga mahal.

Aturan baru ini nantinya bakal dapat menghemat biaya operasional tim, seperti halnya perpindahan ke mesin yang lebih besar, karena motor berkapasitas lebih besar memerlukan lebih sedikit set-up agar kompetitif. Dan bahkan berpotensi disegarkan untuk digunakan pada musim-musim mendatang.

Baca Juga:

Smart turut menggarisbawahi sistem Balance of Performance (BoP) hanya bertujuan untuk secara langsung memodifikasi karakteristik torsi masing-masing motor, ketimbang memakai batas putaran mesin ala WSBK.

“Karena semua motor adalah ride-by-wire, kami dapat membangun model torsi mesin yang lengkap, dan kemudian kami dapat mengurangi tenaga pada titik mana pun dalam rentang putaran,” kata Smart.

“Kami tidak hanya membatasi rpm, tetapi kami mengatakan, 'motor ini memiliki lebih banyak torsi atau akselerasi pada 7.000 rpm', dan kami dapat mengurangi tenaga pada 7.000 rpm.

“Ini adalah prosedur yang kompleks dan banyak uang serta waktu yang diinvestasikan untuk memahami kinerja mesin. Kami akan menggunakan perangkat lunak yang kami gunakan di WSBK untuk mengevaluasi kinerja relatif antara merek, dan menggunakan alat BoP untuk mengubah kinerja naik dan turun untuk setiap merek. Tetapi tujuannya adalah untuk memulai di tempat yang cukup bagus.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Bos-bos Tim Khawatir Regulasi Baru Bisa Hancurkan WSSP
Artikel berikutnya Kehilangan Kursi Moto3, Maximilian Kofler Arungi WSSP

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia