Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Perbedaan-Persamaan Bastianini dan Bagnaia Jelang MotoGP Italia

Enea Bastianini dan Francesco Bagnaia menjadi sorotan menjelang balapan MotoGP Italia di Sirkuit Mugello, akhir pekan ini (27-29/5/2022).

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Enea Bastianini (Gresini Racing) dan Francesco “Pecco” Bagnaia (Ducati Lenovo) bakal menjadi pusat perhatian saat digelarnya putaran kedelapan Kejuaraan Dunia MotoGP di Autodromo Internazionale de Mugello.

Keduanya sama-sama berasal dari Italia. Tunggangan mereka pun berasal dari Borgo Panigale, Bologna, Italia.

Namun, La Bestia yang membela tim satelit menggeber Ducati Desmosedici GP21, motor musim lalu. Sementara, Pecco Bagnaia mengandalkan Ducati Desmosedici GP22, kuda besi terbaru.  

Ironisnya, peringkat di klasemen MotoGP yang dipegang Bastianini saat ini (3) jauh lebih baik daripada Bagnaia (7). Demikian pula soal jumlah kemenangan, La Bestia tiga sementara Bagnaia satu.

Hasil dari tujuh balapan sebelumnya ini tidak hanya menjadi tamparan bagi Ducati, tetapi juga mulai menyulut rivalitas di antara Bastianini dan Bagnaia, sesama pembalap Italia.

Baca Juga:

Sejak edisi perdana kelas utama berubah nama dan teknologi menjadi MotoGP (sebelumnya GP500 atau kelas 500cc) pada 2002, Mugello selalu bernuansa kuning, warna kebesaran Valentino Rossi. Hal itu dilakukan penonton untuk menghormatinya.

Maklum, pembalap asal Italia itu tercatat tujuh kali beruntun memenangi lomba kelas MotoGP di Mugello sejak 2002 sampai 2008 (rekor).

Sebelumnya, pembalap yang pensiun pada akhir musim 2021 lalu itu juga berhasil memenangi lomba kelas 125cc (kini Moto3) di Mugello pada 1997 dan 250cc pada 1999.

Di Mugello pada akhir pekan nanti, Ducati yang pasti tidak akan murni bernuansa merah. Pasalnya, Gresini Racing yang diperkuat Bastianini memiliki warna biru muda. Menariknya, Gresini Racing juga berasal dari Italia.    

Kemenangan ketiga musim ini yang ditorehkan Bastianini di Le Mans, Prancis, dua pekan lalu, dipastikan bakal memanaskan persaingannya dengan Bagnaia. Apalagi, La Bestia melakukannya setelah menekan Bagnaia hingga dirinya terjatuh.

Sejak kelas utama Kejuaraan Dunia Balap Motor dilombakan di Mugello mulai 1994 (500cc pada 1994-2001 dan MotoGP mulai 2002), Ducati baru empat kali menang yang seluruhnya dibuat pembalap tim pabrikan: Casey Stoner (2009), Andrea Dovizioso (2017), Jorge Lorenzo (2018), dan Danilo Petrucci (2019).

Enea Bastianini, Gresini Racing

Enea Bastianini, Gresini Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Tak pelak, perhatian tim pabrikan Ducati Lenovo pada MotoGP Italia kali ini tertuju pada Pecco Bagnaia, meskipun masih ada rekan setimnya Jack Miller.

Kapasitas para pembalap seperti juara dunia Fabio Quartararo (Yamaha), Aleix Espargaro (Apriia), Alex Rins (Suzuki), Miller, Johann Zarco (Pramac Racing), Brad Binder (KTM), Joan Mir (Suzuki), hingga Marc Marquez (Honda), tentu tidak bisa dipandang sebelah mata.

Namun, rivalitas di antara Bastianini dan Bagnaia terasa jauh lebih menarik. Keduanya tak hanya mengejar gelar pertama di MotoGP tetapi juga ingin membuktikan diri siapa yang terbaik di kandang mereka sendiri, Italia.

Bagnaia, kelahiran Turin 25 tahun lalu, menjadi runner-up MotoGP 2021. Ia tipe pembalap stylish dengan gaya balap efektif serta efisien ketika tidak melakukan kesalahan.

Bastianiani lahir 24 tahun lalu di Rimini. Sejauh ini ia terkenal karena dinilai paling mampu mengeksplotasi kemampuan dan performa Ducati Desmosedici GP.

Teknik riding style-nya spektakuler dan berbeda. La Bestia juga piawai mengatur level keausan ban serta sangat sulit dilewati saat pengereman dan masuk tikungan.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Bastianini lebih sering duduk di sisi terdalam motor dengan kepala mengarah ke tikungan. Motornya terlihat tidak stabil tetapi ia mampu mengontrol dengan baik, tetap tenang, dan mencatat waktu lap bagus,” kata Jack Miller.

Dari sisi teknis pengendalian motor, baik Enea Bastianini dan Bagnaia sangat buruk di lintasan basah. Ini dikarenakan gaya balap agresif keduanya, khususnya Bastianini.

Enea Bastianini bisa menghemat ban dengan baik di trek normal. Ironisnya, ia kesulitan mendapatkan suhu ban ideal agar grip bagus, saat hujan turun.

Kemenangan Pecco di Jerez kembali menghidupkan ambisinya merebut gelar. Namun kemudian di Le Mans, overtaking yang terkesan dipaksakan oleh Bagnaia membuatnya terjatuh dan tidak mampu melanjutkan balapan.

Di Mugello, Francesco Bagnaia tidak boleh mengulang insiden tersebut. Tetapi pada saat bersamaan, Enea Bastianini juga ingin memperkecil gap dengan Quartararo sekaligus mengejar legitimasi di Mugello yang hanya bisa didapat dengan kemenangan.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Marc Marquez Optimistis Hadapi MotoGP Italia
Artikel berikutnya Empat Dekade Kiprah Jorge Martinez di Grand Prix

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia