Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Performa Fluktuatif Quartararo Bukan Hal Baru

Hasil lomba tidak stabil yang dilakoni Fabio Quartararo di Kejuaraan Dunia MotoGP 2020 lalu sebetulnya bukan sesuatu yang baru terjadi.

Fabio Quartararo, Petronas Yamaha SRT

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Bila melihat grafiknya di kelas-kelas lebih kecil, Moto3 dan Moto2, pembalap asal Prancis itu sudah sering mengalaminya. Hal inilah yang harus dibenahi Yamaha karena Fabio Quartararo akan menjadi pembalap tim pabrikan mereka di MotoGP musim depan.

Fabio Quartararo mampu memenangi tiga lomba pada MotoGP 2020. Podium utama di lomba pembuka, GP Spanyol, menjadi kemenangan pertamanya di kelas utama (MotoGP).

Sukses memenangi lomba kedua (Andalusia) dan kedelapan (Catalunya) membuatnya difavoritkan menjadi juara dunia. Namun, di 11 balapan lainnya, hasil Quartararo seperti roller coaster, naik-turun tidak terkontrol.

“Menjelang akhir musim, ia benar-benar sangat kesulitan untuk merebut poin,” ucap Kevin Schwantz, juara dunia kelas 500 cc (kelas utama sebelum 2002) 1993, yang terkejut dengan performa fluktuatif Quartararo di MotoGP musim lalu.

Fabio Quartararo, Petronas Yamaha SRT, kerap tidak bisa mengatasi masalah yang tiba-tiba muncul di lintasan MotoGP musim 2020 lalu.

Fabio Quartararo, Petronas Yamaha SRT, kerap tidak bisa mengatasi masalah yang tiba-tiba muncul di lintasan MotoGP musim 2020 lalu.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Kecuali (Franco) Morbidelli, para pembalap Yamaha hanya mampu finis di posisi ke-13, 14, atau 15, di beberapa balapan terakhir,” tutur mantan pembalap asal Amerika Serikat (AS) tersebut kepada MotoGP.com.

Fabio Quartararo sendiri akhirnya hanya finis di peringkat kedelapan klasemen akhir MotoGP 2020. Setelah memenangi GP Catalunya, di enam balapan akhir Quartararo benar-benar hancur.

Quartararo hanya finis P9 di balapan kandangnya, GP Prancis. Berikutnya, berturut-turut, ia finis P18 di GP Aragon, P8 di GP Teruel, serta hanya merebut empat poin dari tiga lomba terakhir usai finis P14 di Eropa, mundur di GP Valencia, dan P14 di Portugal.

Musim lalu, Quartararo menjadi satu-satunya dari empat pembalap Yamaha yang dua kali finis di P14 alias hanya dua poin. Maverick Vinales sekali P14 sedangkan Morbidelli sekali P15.

Hasil finis terburuk Valentino Rossi bahkan lebih baik, hanya P12. Rossi memang tiga kali absen karena terjangkit Covid-19 serta lima kali retired alias mundur dari lomba karena kerusakan teknis atau kecelakaan.

Baca Juga:

“Untuk pabrikan sekelas Yamaha, seharusnya apa yang dialami Quartararo tidak boleh terjadi. Banyaknya masalah yang dialami membuat Quartararo tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Ia harus segera menemukan solusi atas masalah ini dan kembali cepat,” kata Schwantz.

Anjloknya performa Quartararo setelah hasil impresif pada lomba sebelumnya, sejatinya sudah kerap terjadi. Tidak hanya di MotoGP namun juga kelas-kelas di bawahnya.

Di enam balapan awal MotoGP 2019 lalu, hasil finis terbaik Quartararo hanyalah ketujuh. Setelah finis P10 di GP Italia, ia tiba-tiba mampu P2 dan P3 secara beruntun di Catalunya dan Belanda. Namun, Quartararo lalu retired di Inggris dan finis P7 di Rep. Ceko.

Menariknya, hasil enam lomba terakhir pada musim perdananya di MotoGP, 2019 – terburuk finis ketujuh dan sekali retired, jauh lebih baik dibanding fase yang sama musim 2020 lalu.

Dibanding saat menjadi rookie (2019), kesalahan yang dibuat Quartararo justru lebih banyak terjadi di MotoGP 2020 lalu. Pembalap 21 tahun itu juga kerap terlihat kebingungan sendiri dan sering tidak mampu mengatasi masalah yang tiba-tiba muncul.

Saat masih di Moto2 (2017, 2018), Quartararo mampu tiba-tiba menang setelah sebelumnya hanya finis ke-10, 8 atau 11. Namun setelah naik podium utama atau kedua, Quartararo terpuruk di luar lma besar, bahkan 10 besar lomba.

Moto2 2018 menjadi salah satu bukti. Setelah di lima lomba awal masing-masing hanya finis P20, P22, P15, P10, P8, dan P11, Quartararo tiba-tiba mampu menang di Catalunya dan P2 di Belanda. Tetapi, setelah itu ia hanya finis P9, P11, P9, dan seterusnya.

“Apa yang dialami Fabio Quartararo di MottoGP 2020 lalu serupa dengan di Moto2. Ada kalanya ia teratas dan tak ada yang mampu mengejarnya. Namun di lomba berikutnya ia kesulitan,” kata Schwantz.

“Di beberapa pekan lomba, ia tidak tersentuh lawan. Tetapi, Fabio Quartararo lantas hanya finis P14, 15, atau bahkan di luar zona poin (di luar P15). Quartararo sudah menunjukkan tren ini sejak beberapa tahun lalu.”  

 

    

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Petronas SRT: Morbidelli Penantang Gelar MotoGP 2021
Artikel berikutnya Adaptasi Singkat buat Zarco Terus Menekan hingga Batas

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia