Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Podcast: Menerka Masa Depan Ducati di MotoGP

Ducati tak henti membetot perhatian khususnya dalam dua balapan terakhir, di mana Francesco Bagnaia menjadi bintangnya. Apakah skuad tersebut makin bersinar pada MotoGP musim depan?

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Jack Miller, Ducati Team, Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Bagnaia menorehkan sejarah dalam kariernya, dengan menyabet kemenangan perdana dari MotoGP. Pembalap Italia di atas motor Italia adalah kombinasi ideal.

Rider, yang akrab disapa dengan Pecco, tersebut bisa menjadi runner-up dan menantang Fabio Quartararo, kandidat kuat juara dunia MotoGP 2021. Dengan selisih 48 poin dan empat balapan tersisa, ia masih bisa mengejar target tertinggi. Gaya balapnya digadang-gadang mirip dengan Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo.

Lonjakan performa Ducati sebenarnya sudah terlihat sejak awal musim, ditandai dengan prestasi yang diukir Johann Zarco dan Jorge Martin, wakil Pramac Racing. Bahkan, pilot veteran Prancis sempat bercokol di puncak klasemen.

Kecuali Zarco, tiga penunggang Ducati Desmosedici GP21 sudah pernah merebut kemenangan. Jack Miller mengunci posisi teratas di MotoGP Spanyol dan Prancis, sedangkan Martin MotoGP Styria.

Perbaikan secara mendetail dilakukan dari sisi motor maupun organisasi. Tim menggarap aerodinamika secara serius dan menambah komponen untuk meningkatkan tenaga, yang merupakan kelemahan sebelumnya. Beberapa komponen baru ditambahkan.

Setelah Andrea Dovizioso hengkang, atmosfer garasi Ducati lebih hangat karena para pembalap muda tak berkonflik dengan Luigi Dall’Igna. Mereka menurut pada arahan sang bos.

Selain itu, Pecco dan kawan-kawan juga terlibat aktif dalam memberi masukan untuk pengembangan motor.

Di balik kekuatan tersebut, ada kelemahan yakni inkonsistensi. Gejala itu terlihat jelas pada Jack Miller. Pembalap Australia itu sering hebat dalam latihan bebas, tapi melempem ketika kualifikasi dan balapan. Padahal, ia start dalam posisi menguntungkan, tapi sering finis di luar tiga besar.

Baca Juga:

Ada beberapa faktor yang mungkin menimbulkan problematika tersebut. Tuntutan besar sebagai rider pabrikan yang mesti menghasilkan data bagus dan banyak poin. Selain itu, perbandingan dengan Casey Stoner menambah beban.

Kelemahan lain adalah cara Ducati mengelola para pembalapnya. Dovizioso dan Lorenzo memiliki bakat luar biasa mestinya bisa dikembangkan. Pada akhirnya, keduanya angkat kaki dari Borgo Panigale.

Musim ini, Ducati tampaknya masih bisa merengkuh titel juara konstruktor. Sedangkan, gelar juara pembalap masih sedikit sulit.

Kans untuk mempertahankan prestasi bergengsi itu masih terbuka musim depan. Apalagi akan ada delapan motor mengaspal di trek. Pastinya, data yang dimiliki lebih lengkap sehingga kualitas Desmosedici makin mengilap dan lebih mudah melibas lawan lain.

Pembahasan lengkap mengenai prospek masa depan Ducati bisa disimak lewat player yang ada di bawah naskah ini. Selain itu, podcast 'Motorsport.com Indonesia' juga bisa diakses lewat Spotify dan Apple Podcast.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Alberto Puig Kagumi Daya Juang Marquez di Tengah Rasa Sakit
Artikel berikutnya Tes MotoGP Misano: Zarco Terkencang, Honda Bawa Motor Baru

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia