Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Puig: Saya Sepenuhnya Terkoneksi dengan Masalah Marquez

Manajer Repsol Honda, Alberto Puig menjadi contoh bagi Marc Marquez yang berkutat dengan pemulihan cedera. Ia memahami problem yang dihadapi juara dunia MotoGP enam kali tersebut.

Alberto Puig, Repsol Honda Team Team Principal, Marc Marquez, Repsol Honda Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Puig sedang mempersiapkan untuk merayakan 30 tahun bersama merek Jepang, di mana ia telah memegang berbagai peran dan mengalami segalanya. Pria Spanyol ditakuti sekaligus dihormati dan pendapatnya sangat penting di dalam box.

Ia juga sudah menangani banyak pembalap. Relasinya cukup dekat dengan Marquez. Pembalap #93 itu didampingi dalam suka dan duka.

Puig pun memahami bagaimana perasaan Marquez saat berjuang memulihkan kondisinya akibat cedera lengan kanan. Pria 55 tahun itu bisa saja menjadi salah satu bintang di grid kalau saja kecelakaan dramatis tak terjadi.

Ia bergabung dengan tim Pons untuk kelas 500cc pada 1994. Puig menjalani musim pertama yang solid dengan memenangi podium dan menyelesaikan semua balapannya di 8 besar, yang membuatnya mendapatkan tempat kelima di kejuaraan.

Musim 1995 menjadi lebih baik dengan kemenangan bersejarah di Jerez, di mana ia menjadi pembalap Spanyol pertama di kategori ini yang menang di kandang. Dua podium lagi dari Mugello dan Assen menempatkannya di antara favorit untuk gelar juara. Namun, nasib menentukan sebaliknya di Le Mans.

Usai Grand Prix Prancis 1995, setahun setelah promosi ke 500cc, Puig hidup dalam lamunan sampai saat itu.

Baca Juga:

Pemilik sembilan podium jatuh dengan kecepatan sangat tinggi di ujung pit straight, ia menabrak proteksi dan kakinya patah.

"Sejujurnya, saya benar-benar tidak tahu bagaimana saya jatuh. Saya tahu saya terlalu cepat di tikungan, dan kenangannya sangat buruk. Saya kesakitan, saya menjalani banyak operasi selama bertahun-tahun,” ia menjelaskan dalam sebuah video yang dibagikan oleh HRC.

“Pada akhirnya, kaki saya ada di sana tetapi saya kehilangan perasaan. Saya tidak memiliki gerakan, saya memiliki cangkok tulang di kaki saya. Itu tidak membuat hidup saya lebih mudah, bahkan sampai hari ini.

“Tetapi, saya tidak pernah merasa bahwa saya membenci dunia ini. (Saat itu) mimpi saya hancur, saya tidak ingin mendengarnya lagi tetapi itu tidak bisa menjadi akhir bagi saya karena jauh di lubuk hati, saya melakukannya.”

Musimnya berakhir, ia kembali pada 1996 tetapi meskipun naik podium ternyata tidak ada yang sama. Dengan berat hati, Puig mengakhiri kariernya pada akhir musim 1997.

"Saya memulai bab kedua dari kisah saya. (Saya berpikir dalam hati) 'OK, Anda tidak bisa balapan, cobalah untuk membantu anak-anak muda untuk melakukannya'. Tiba-tiba, itu menjadi tujuan saya,” ia mengenang.

“Di satu sisi, saya memiliki perasaan menyakitkan jauh di dalam diri saya, tentang apa yang telah terjadi pada saya. Tapi, di sisi lain saya menyamarkannya dengan tujuan baru yang saya miliki, yaitu untuk menciptakan sesuatu, untuk mencoba melakukan sesuatu.”

Pria, yang merekrut Casey Stoner dan Dani Pedrosa, bekerja di tepi lintasan dan sangat lama jadi manajer.

Pada akhirnya, Puig telah menjadi teman bicara utama Marquez di dalam tim dan diikuti dengan sangat dekat selama masa pemulihannya yang panjang. Sekali lagi, tahun lalu ketika ia harus menjalani operasi keempatnya.

"Saya benar-benar memahami apa yang dia alami dan saya sepenuhnya terhubung dengan masalahnya,” ucapnya.

Alberto Puig di 1995

Alberto Puig di 1995

Dukungan sangat dihargai oleh #93, dan bukan hanya selama masa-masa sulit ini. Sejak kedatangannya di tim Repsol Honda, Marquez mengaku menghargai kejujuran kompatriotnya.

"Orang-orang bisa berbicara omong kosong tentang Alberto, tetapi bagi saya, dia sangat penting karena dia jujur," ia menjelaskan. "Ketika seseorang jujur dan berbicara terus terang kepada Anda, biasanya dia tidak punya banyak teman.

“Tapi, Alberto jujur dan dalam tim, orang seperti itu adalah hal yang paling penting. Dia tidak peduli apakah Anda seorang juara dunia delapan kali atau seorang insinyur di NASA. Dia tidak peduli.

“Jika menurutnya itu bukan arah (yang harus diambil), dia akan memberi tahu Anda dan dia adalah orang yang banyak membantu. Saya mendengar banyak komentar tentang Alberto, tetapi saya sangat senang dengannya."

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Lorenzo: Mereka Ingin Menghentikan Karier Saya
Artikel berikutnya Iannone Menyesal Tak Bela Ducati di Era Keemasan

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia