Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Puji KTM, Bos LCR Masih Setia pada Honda

Pemilik dan prinsipal Tim LCR Honda, Lucio Cecchinello, mengakui terkejut dengan perkembangan yang berhasil dilakukan KTM di MotoGP 2020 lalu.

Lucio Lucio Cecchinello, Team LCR Honda Team Principal

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Sejak turun di MotoGP mulai 2006, LCR – kependekan dari Lucio Cecchinello Racing – tidak pernah menggunakan mesin selain Honda. Praktis, MotoGP 2021 akan menjadi musim ke-16 bagi LCR di kelas tertinggi Kejuaraan Dunia Balap Motor.

Sejak era Casey Stoner (2006) sampai Stefan Bradl (2012-2014), LCR hanya menurunkan satu pembalap yang turun penuh dalam semusim MotoGP. Pada 2015, LCR menggunakan dua pembalap, Cal Crutchlow dan Jack Miller.

Namun, LCR kembali menggunakan satu pembalap dengan mempertahankan Cal Crutchlow pada 2016 dan 2017. Tiga kemenangan LCR di MotoGP semua direbut lewat Crutchlow, yakni GP Rep. Ceko 2016 dan GP Australia 2016 serta GP Argentina 2018.    

Lebih dari satu dekade di MotoGP jelas menjadikan LCR sebagai salah satu tim independen yang berpengalaman. Utamanya soal mesin mengingat mereka sangat bergantung dari para pabrikan pemasok.

Namun begitu, pemilik sekaligus prinsipal LCR, Lucio Cecchinello, belum menunjukkan tanda-tanda bakal mengakhiri hubungan dengan Honda. Meskipun, LCR sebenarnya juga sempat mendapatkan tawaran dari sejumlah pabrikan.

“Biasanya, kami mendapat perpanjangan kontrak setiap tahun. Tapi, pada 2020, kami mendapatkan kesepakatan untuk dua tahun ke depan. Jadi, kami juga akan turun bersama Honda sampai MotoGP 2022,” ujar Cecchinello seperti dikutip Speedweek.

Baca Juga:

Cecchinello mengungkapkan bila pada 2016 ia sempat melakukan kontak dengan Suzuki, Aprilia, dan KTM. Tetapi, negosiasi tersebut tidak berlanjut. Cecchinello juga kerap mendengar tentang program pengembangan pabrikan lain.

“Namun, jujur saja, saya sudah senang dengan situasi kami bersama Honda. Saya lihat kami cukup sukses bersama mereka di MotoGP,” kata Cecchinello.

“Saya juga mengendarai Honda di kelas 125 cc pada era 1990-an. Saya kenal banyak orang di Honda Racing Corporation (HRC). Karenanya, kami dan Honda sama-sama saling menghormati.”  

Kendati demikian, Lucio Cecchinello juga mengamati perubahan kekuatan di MotoGP saat ini. Hal itu mengacu kegagalan Honda memenangi sebuah lomba dalam semusim MotoGP untuk kali pertama sejak kelas ini dilombakan pada 2002 (menggantikan 500 cc).

Mantan pembalap asal Italia, 51 tahun, tersebut juga kagum dengan kesuksesan KTM di MotoGP 2020 lalu. Pabrikan asal Austria itu mampu merebut tiga kemenangan, lima finis podium lainnya (semua ketiga), dan peringkat kelima pembalap.  

“Kejutan besar dari KTM. Mereka membuktikan bila dengan ambisi dan fokus yang tepat bisa menjadi jalan untuk kompetitif. Saya salut dengan para bos KTM karena mereka melakukan upaya keras dan investasi besar selama bertahun-tahun,” kata Cecchinello.

“KTM juga menarik para teknisi terkenal dari Honda, Ducati, Aprilia, Suzuki, dan pabrikan lain,” ucap Lucio Cecchinello yang tahun ini akan menurunkan Alex Marquez dan Takaaki Nakagami di MotoGP.

Seperti kepala kru di timnya, Christophe “Beefy” Bourguignon, Lucio Cecchinello yakin KTM akan menjadi salah satu pabrikan hebat di MotoGP dalam waktu dekat. Faktanya, mereka sudah mampu membuat progres fantastis pada 2020 dibanding 2019.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Persaingan Pembalap Honda Akan Lebih Sengit
Artikel berikutnya Hernandez Sebut Motor Honda Hanya Bisa Ditaklukkan Marquez

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia