Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Sederet Sinyal yang Bikin Mercedes Rekrut George Russell Sejak Dini

George Russell memiliki talenta dan potensi yang memikat Mercedes sejak usia muda. Tim F1 asal Jerman itu pun segera segera mengikatnya sejak usia belia, sebelum direkrut lawan.

George Russell, Mercedes with mechanics

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

Di bawah bimbingan Mercedes, ia berhasil mengasah kemampuan dan mental. Alhasil, Russell masuk klub eksklusif berisi pembalap muda yang langsung juara dalam debut di GP3 (Formula 3) dan Formula 2.

Ia pun dipinjamkan ke Williams F1 pada 2019. Setelah tahun perdana yang penuh pembelajaran, Russell menunjukkan karakter asli saat berada di balik kemudi Mercedes di GP Sakhir 2020.

Musim 2021, pemuda 23 tahun itu akhirnya mendulang 16 poin bagi Williams dan runner-up GP Belgia. Kemajuan pesat tersebut membuat Mercedes menariknya lagi ke tim untuk menggantikan Valtteri Bottas.

Seperti itu perjalanan Russell yang bakal ditandemkan dengan juara dunia F1 tujuh kali, Lewis Hamilton. Berada di tim terbaik Formula 1, ia menancapkan target pribadi.

“Tujuan jelas menjadi juara dunia Formula 1. Saya ingin memastikan bahwa saya berada dalam versi terbaik secara fisik, di dalam dan luar sirkuit, dan juga karena cara kerja dengan tim,” tuturnya setelah diperkenalkan ke publik sebagai pembalap Mercedes.

“Itu sangat penting karena semua hal ini harus diselaraskan untuk melakukan pekerjaan hebat di trek. Saya sadar bahwa Anda perlu punya tim bagus di belakang Anda, bahwa Anda hanya satu roda penggerak lagi dalam rantai raksasa, dan Anda harus bekerja keras.”

Baca Juga:

Seperti apa kualitas Russell yang membuat Mercedes tertarik kepadanya sejak dini? Menurut penasihat pengembangan pembalap muda Mercedes, Gwen Lagrue, pembalap itu sangat sopan, matang dan penuh percaya diri.

Keduanya bertemu sejak Russell masih bertarung di ajang go-kart pada 2010. Sifat itu yang membedakan dengan pembalap seangkatannya, yakni Max Verstappen, Lando Norris, Esteban Ocon, Charles Leclerc dan Alex Albon.

“Dia sangat matang dan dia percaya diri, membuatnya terlihat berbeda ketimbang pembalap lain seusiannya,” ujar Lagrue.

“Ketika Anda berusia 13 atau 14 tahun, Anda tidak selalu percaya kepada diri sendiri. George selalu fokus pada itu. Dia sangat cerdas dan caranya balapan merupakan sesuatu berbeda. Dia tidak selalu punya mobil terbaik, tapi selalu pandai melakukan sesuatu yang spesial dan mengeluarkan yang terbaik untuknya. Tangannya, serta apa yang dilakukan bersama Williams selama beberapa tahun terakhir.”

Lagrue terpesona sejak bertemu Russell pada 2010 di balap go-kart

Lagrue terpesona sejak bertemu Russell pada 2010 di balap go-kart

Foto oleh: Motorsport Images

Russell menjadi kampiun go-kart Eropa pada 2013 dan membuka jalan ke F4 Inggris di mana, ia jadi juara musim 2014.

Pembalap, yang mulai balapan sejak umur tujuh tahun itu, hanya fokus merebut titel di semua kompetisi yang diikuti. Beberapa kemenangan F3 Eropa 2016, membuka mata Mercedes dan menyodorkan kontrak untuk bergabung dalam program junior mereka.

“Kami mengembangkan hubungan baik dengan sangat cepat dan kami selalu kontak. Saya ingin merekrutnya lebih awal pada 2013 atau 2014, tapi tak mungkin saat itu. Ketika saya pindah ke Mercedes, itu hal pertama yang saya lakukan untuk memastikan George gabung dengan kami,” Lagrue mengenang.

Prinsipal The Silver Arrows, Toto Wolff, mengingat pernah membuka pintu ruangannya untuk Russell pada 2013.

“Dia datang ke kantor saya, sendirian, dengan jas hitam dan dasi hitam, itu sepertinya pakaian komuni, karena sedikit ketat dan membawa presentasi PowerPoint,” katanya.

Balapan pertama yang diikuti Russell dengan status pembalap junior Mercedes adalah GP3 2017. Ia membawa bendera ART Grand Prix dan bertarung dengan rekannya, Jack Aitken serta mendiang Anthoine Hubert.

“Saya kira musim itu, dan meski Formula 2 pada tahun berikutnya, juga tidak mudah. Dua tahun tersebut sangat berat, di mana juga positif karena kami mesti mengatasinya,” Lagrue menerangkan.

“Saya kira saat itu di mana dia sangat berkembang secara fisik. Dia menjadi benar-benar seorang atlet saat itu, tapi juga secara mental sedikit lebih kuat. Dia juga lebih tenang menghadapi momen sulit.

“Kami bekerja lebih keras pada level stres. Itu adalah detail kecil, tapi juga kombinasi tersebut yang membuatnya melewati GP3 dan F2, serta siap untuk F1.”

Lagrue mengucapkan selamat kepada Russell setelah mengunci gelar di Jerez

Lagrue mengucapkan selamat kepada Russell setelah mengunci gelar di Jerez

Foto oleh: Motorsport Images

Kendala fisik bisa dikalahkan dengan tekad kuat. Hal itu diperlihatkan saat tampil di Jerez pada GP3.

“Saya tidak tahu apakah ada orang lain yang tahu kalau George sangat sakit di Jerez. Dia menderita infeksi telinga dan kami mesti membawanya ke sirkuit dengan pesawat medis karena tak bisa terbang dengan pesawat komersial untuk menghindari risiko infeksi lebih parah,” ujar Lagrue.

“Pada hari pertama tes, dia masih sakit. Meski begitu, dia mampu menjuarai GP3, meski dia tidak dalam kondisi bagus.”

Di F2, Russell juga nyaris gagal juara meski unggul 68 poin atas Lando Norris. Ia gagal finis dua kali karena kecelakaan dan Monako jadi titik balik.

“Setelah kami harus melakukan reboot. Kami mendapat tiga kemenangan, yang mana di Prancis, Austria dan Silverstone. Kami berkata, ‘Baiklah, kita punya tiga balapan beruntun. Jika kami bisa memenanginya dan jadi pemimpin dengan menuntaskan ketiga berturut-turut, kemudian menempatkan kami dalam posisi sangat bagus untuk memperjuangkan titel,” tuturnya.

“Kami berpikir tiga balapan itu seperti kejuaraan mini dan dia melakukan dengan sangat baik. Itu momen kunci untuk mendaki ke posisi puncak Formula 2.”

Sifat Russell yang banyak menuntut dan kadang meledak-ledak diketahui siapa pun yang pernah bekerja dengannya. Lagrue dan fisioterapisnya, Aleix Casanovas, bertugas menenangkannya dan terus mengingatkan agar fokus pada ambisinya.

Prinsipal Alfa Romeo, Frederic Vasseur, yang pernah jadi direktur ART di GP3, punya memori khusus tentang pemuda tersebut.

“George, dia sangat mendorong. Dia sangat pemilih tentang tim, meski kadang berlebihan. Di masa lalu, saya pernah berbicara dengan keras dengannya tentang hal ini,” ucapnya di podcast F1 Beyond the Grid 2020.

“Tapi, dia juga menuntut dirinya sendiri. Pada akhirnya, ini hanya satu-satunya cara untuk bertahan dan meningkat di sini. Dia mengalami musim fantastis di Formula 2, ketika dia memenangi titel sebagai rookie.”

Russell bersinar di Grand Prix Macau 2016 dan secara formal bergabung dengan Mercedes sebagai pembalap junior tahun berikutnya.

Russell bersinar di Grand Prix Macau 2016 dan secara formal bergabung dengan Mercedes sebagai pembalap junior tahun berikutnya.

Foto oleh: Motorsport Images

Russell pun diberi kesempatan tes bersama Mercedes sejak 2017 dan pernah mengikuti kesempatan uji coba dengan Force India dan Williams. Kecepatan belajar di belakang setir mobil-mobil berbeda, membuat Mercedes makin terkesan.

“Ini merupakan langkah lebih jauh dalam persiapan dan itu sesuai dengan ekspektasi kami, bahwa pembalap itu mulai menunjukkan kepada kami bahwa dia mungkin menjadi seseorang yang bisa didudukkan dalam mobil kami masa depan,” Lagrue mengungkapkan.

“Dari sana, boleh dikatakan kalau tekanan sudah berubah, karena itu tergantung kami menemukan kursi F1 untuk musim 2019. Dia melakukan pekerjaannya di F2. Setiap kali punya kesempatan, apa pun yang kami minta: simulator, tes, FP1, dia melakukan pekerjaan dengan sempurna.

“Jadi kami mulai berpikir, ‘Ok, sekarang kami mesti mencari solusi untuk 2019, karena dia pantas mendapatkannya dan tugas kami membawanya ke kategori tertinggi sekarang.”

Race engineer Williams, James Unwin, mengakui upaya Russell mengatasi kelemahannya dalam menaklukkan mobil mereka. Setiap tahun, ia terus memoles skill dan perlahan jadi pemimpin tim karena lebih hebat daripada rekannya, Nicholas Latifi.

“Dia pembalap hebat beradaptasi dengan cepat terhadap situasi dan kondisi. Ini adalah level grip yang saya miliki. Ini set-up yang saya miliki dan sekarang saya tidak bisa mengubah salah satu dari dua hal itu, tak peduli seberapa jelas itu.

“Jadi, bagaimana saya menyesuaikan balapan saya untuk mendapat waktu lap terbaik?” Unwin menggambarkan seperti apa karakter Russell.

“Dia juga sangat proaktif tentang penggunaan perangkat elektronik di setir. Dia membuat penyesuaian reguler untuk menyeimbangkan mobil. Anda perlu memiliki kapasitas mental bagus untuk melakukan itu dalam 70 lap.”

Ketika mendengar Mercedes memberi kesempatan kepada Russell menggantikan Hamilton, Unwin tak pernah skeptis. Ia yakin pembalap muda itu bisa mengatasi tantangan.

“Kami tahu dia punya kemampuan untuk memberikan, seperti yang dilakukan Mercedes. Jadi itu bukan kejutan,” Unwin melanjutkan.

“Akhir pekan itu, dia berada di bawah sorotan media dan menunjukkan talentanya lewat kesempatan itu, tapi mungkin pertanyaannya apakah dia akan mengambil tekanan ekstra yang datang. Tampaknya, dia menghadapi dengan baik. Saya pikir tak perlu presentasi dengan PowerPoint untuk menjual dirinya setelah akhir pekan.”

George Russell, Williams

George Russell, Williams

Photo by: Mark Sutton / Motorsport Images

Lagrue malah senang Russell tak menang di GP Sakhir 2020. Padahal, dia sangat tangguh sejak latihan bebas.

“Dia melakukan segalanya semampunya untuk memenangi balapan, tapi dia tidak berhasi. Dalam pandangan saya, mungkin terdengar bodoh atau gila bagi banyak orang. Saya pikir bagus juga dia tidak menang,” ujarnya.

“Dia sudah memenangi banyak hal akhir pekan ini, tentunya. Tapi, dia masih tidak menang dalam balapan, sungguh disayangkan untuknya dan dia sendiri. Tapi, dari sudut pandang saya, proses ini menjadikan George juara dunia masa depan. Sungguh bagus kalau dia tidak memenangi balapan itu.”

Russell sudah punya bekal banyak sebelum jadi pembalap reguler Mercedes mulai 2022. Sejak 2018, ia menjadi pembalap cadangan tim yang bermarkas di Brackley.

“Saya kira dia sadar seberapa besar pekerjaan yang dilakukan Lewis (Hamilton) dan Valtteri (Bottas). Mungkin dia pikir dengan mengemudikan sebuah Mercedes, dia punya keunggulan dan mungkin membuat hidup lebih mudah, karena level performa saat itu lebih tinggi dibanding mobil lain,” Lagrue menjelaskan.

“Dia banyak belajar tahun itu. Saya kira dia seperti spons di garasi menyerap informasi sebanyak mungkin dan memperhatikan setiap detail. ‘Ok, ini mungkin akan jadi tim saya di masa depan, jadi saya perlu mengenal setiap orang. Saya perlu mengerti, bagaimana mereka bekerja. Setiap orang menyukai Lewis dan Valtteri, jadi saya memerlukan itu dan memastikan tim akan mendukung kami.’”

Russell pastinya menghabiskan libur musim dingin di markas Brackley untuk mempelajari banyak hal supaya lebih siap di F1 2022.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya George Russell Siap Hadapi Musim Paling Intens bersama Mercedes
Artikel berikutnya Gunther Steiner Terkejut Haas Dekati Tim Papan Tengah

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia