Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Set-Up di Sirkuit Baku Bikin Pusing Red Bull, Ferrari, dan Mercedes

Sirkuit Baku menjadi salah satu trek sulit dalam hal setelan mobil. Itulah yang akan dihadapi tim-tim di F1 GP Azerbaijan pada akhir pekan ini (10-12/6/2022).

George Russell, Mercedes W13, Sergio Perez, Red Bull Racing RB18, Carlos Sainz, Ferrari F1-75

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Sirkuit jalan raya Baku selama ini dikenal sebagai trek yang tuntutan setelan aerodinamika yang bertentangan. Lintasan ‘lurus’ terpanjangnya di tepi pantai laut Kaspia, dengan lima tikungan cepat yang ‘mengganggu’, membutuhkan setelan sayap belakang yang rendah.

Pada saat yang sama, di sektor tengah yang mirip dengan jalan-jalan sempit di Monte Carlo, Monako, membutuhkan konfigurasi downforce maksimum.

Jika melihat layout Baku, diperlukan kombinasi setelan ekstrem seperti dari dua sirkuit dalam kalender F1 musim ini, downforce super-rendah ala Monza (GP Italia) dan downforce super-tinggi model Monako.

Alhasil, tidak hanya satu konfigurasi sayap yang benar-benar ampuh untuk melibas Baku. Selain itu, waktu lap di sana bisa saja sama antara setelan downforce rendah atau tinggi. Inilah yang terjadi dalam lima gelaran balap F1 di Baku sejak 2016.

Tahun ini, para teknisi tim-tim F1 diyakini bakal pusing memikirkan set-up gaya tekan mobil untuk Sirkuit Baku. Mereka juga harus memperhitungkan proporsi downforce dari lantai mobil yang lebih besar daripada tahun lalu akibat regulasi baru pada musim 2022.

Baca Juga:

Downforce rendah diyakini lebih ampuh untuk kualifikasi. Namun, setelan ini tidak ideal untuk lomba karena degradasi ban belakang dipastikan bakal meningkat sehingga membuat mobil bakal sering selip.

Pada GP Azerbaijan 2021, baik Mercedes dan Scuderia Ferrari menurunkan setelan downforce lebih rendah untuk mengimbangi Red Bull yang saat itu menjadi mobil tercepat di grid. Hasilnya, Charles Leclerc mampu merebut pole bersama Ferrari, tepat di depan Mercedes F1 W12 geberan Lewis Hamilton.

Red Bull lantas menurunkan setelan sayap yang lebih kompleks hingga menjadi mobil tercepat saat balapan GP Azerbaijan karena level degradasi ban yang lebih baik.

Saat itu, Max Verstappen dan Sergio Perez mampu meng-overcut (masuk pit lebih lama daripada lawan) Hamilton dari posisi P1 pada pit stop pertama karena ban yang masih berperforma bagus hingga akhir paruh pertama lomba.    

Sebelum musim ini, mobil yang mampu kompetitif di Baku adalah sasis yang memakai sayap tambahan lebih banyak. Tim-tim itu terlihat cenderung berjudi dengan menurunkan setelan downforce rendah agar mampu merebut posisi start lebih baik untuk kemudian mempertahankannya saat balapan.

Sayap belakang Ferrari F1-75 untuk GP Spanyol.

Sayap belakang Ferrari F1-75 untuk GP Spanyol.

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Saat mampu tampil sangat kuat di Baku (2016 sampai 2019), Mercedes menurunkan setelan downforce tinggi. Pada 2016 dan 2017, Ferrari dan Red Bull justru memangkas gaya tekan mobil-mobil mereka.

Pada 2018, dengan set-up downforce yang lebih tinggi, Ferrari memiliki mobil yang sangat cepat dan mampu menyaingi Mercedes. Hal yang sama mereka lakukan pada musim berikutnya.

Tahun lalu, kekuatan berbalik dan Red Bull untuk kali pertama cukup percaya diri di Baku dengan mobil yang memakai setelan downforce lebih tinggi dibanding para rivalnya.

Dari tujuh balapan yang sudah digelar musim ini, performa Ferrari dan Red Bull cukup berimbang di semua sirkuit. Red Bull RB18 yang cenderung memakai downforce rendah daripada Ferrari F1-75, mampu lebih cepat di trek lurus.

Sebaliknya, Ferrari terlihat sangat sering lebih cepat saat melibas tikungan dan mampu berakselerasi lebih baik daripada Red Bull.

Sergio Perez, Red Bull Racing RB18, saat turun di F1 GP Monako.

Sergio Perez, Red Bull Racing RB18, saat turun di F1 GP Monako.

Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images

Lantas, set-up apa yang akan diandalkan Red Bull dan Ferrari di Baku? Apakah Ferrari akan menyetel mobil dengan drag/downforce lebih tinggi sedangkan Red Bull sebaliknya?

Menarik juga untuk dinanti apa yang akan dilakukan Mercedes di Baku nanti. Di Sirkuit Catalunya, Spanyol, meskipun bodi masih mengalami naik-turun, Mercedes memiliki potensi untuk kompetitif di trek lurus.

Dikombinasi dengan setting sayap yang rendah (downforce kecil), Lewis Hamilton dan George Russell diharapkan mampu memberikan perlawanan terhadap para pembalap Red Bull dan Ferrari, paling tidak di kualifikasi.

Mercedes sepertinya juga sudah bisa membaca bila mereka akan kesulitan terkait race pace untuk melawan Ferrari dan Red Bull.

Meskipun begitu, Mercedes sudah menurunkan sayap belakang low-downforce khusus untuk GP Miami, awal Mei lalu. Bisa jadi, Mercedes akan memilih salah satu dari sayap belakang Miami atau yang reguler mereka pakai, yang lebih berkontur.

Detail sayap belakang Mercedes W13 saat tes di Barcelona, Spanyol.

Detail sayap belakang Mercedes W13 saat tes di Barcelona, Spanyol.

Foto oleh: Giorgio Piola

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Helmut Marko Waspadai Potensi Bahaya Mercedes
Artikel berikutnya Lewandowski: Saya Selalu Ingat Apa yang Dilakukan Schumacher

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia