Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Solusi Porpoising FIA bak Pisau Bermata Dua untuk Mercedes

Federasi Otomotif Internasional (FIA) akhirnya turun tangan mengatasi porpoising yang dialami mobil F1 2022. Keputusan tersebut seperti pisau bermata dua bagi Mercedes.

George Russell, Mercedes W13

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

Keluhan seputar dampak dari mobil memantul-mantul terus dilontarkan para pembalap Formula 1. Terbaru, Lewis Hamilton harus dibantu keluar dari mobil karena nyeri hebat di punggung usai Grand Prix Azerbaijan.

Koleganya pun mendesak agar F1 dan FIA segara mengatasi situasi yang merugikan tersebut. Prinsipal Red Bull Racing, Christian Horner, mengutarakan kekhawatiran kalau intervensi, misal dengan mengubah aturan, justru berimbas buruk ke tim-tim yang tak terlalu bermasalah dengan porpoising.

Namun, jika menilik lebih dalam, sepertinya kekhawatiran Horner tak berdasar. FIA akan mengambil pendekatan berbeda sehingga tak merugikan para peserta, kecuali Mercedes dalam jangka pendek.

Baca Juga:

Badan pengatur tersebut belum menjabarkan langkah-langkah yang akan diambil, kecuali akan mengumpulkan data telemetri setiap balapan mulai F1 GP Kanada. Mereka mengevaluasi perilaku mobil setelah dipengaruhi porpoising, termasuk bagaimana elemen seperti skid bawah hingga area lantai bekerja.

FIA mencoba memproduksi metrik berdasarkan muatan akselerasi vertikal mobil. Dari sini, bisa ditetapkan batas toleransi porpoising.

Dengan data tersebut dalam sistem, G-force dan batas frekuensi yang ketat bisa diterapkan pada mobil di luar trek, untuk memastikan bahwa tidak ada pembalap yang mengalami kondisi seperti Hamilton di Baku.

Dengan batas toleransi pantulan itu, tim-tim yang tak terlalu terimbas porpoising ketika lantai mobil dipasang serendah mungkin, tidak perlu melakukan apa pun agar sesuai dengan metrik. Aturan ketinggian ini akan membuat pusing tujuh keliling bagi pemilik mobil problem tersebut.

Setiap tim yang cenderung terlalu agresif dalam set-up, dan mendorong ke area di mana mobilnya berguncang hebat, dapat dipaksa untuk melakukan perubahan untuk mengurangi dampak terhadap pembalap.

Para pilot bisa mengemudi dengan mulus seiring dengan hilangnya pantulan. Tapi konsekuensinya,  waktu lap dikorbankan sehingga mereka tidak bisa kencang.

Solusi jangka pendek ini boleh dibilang buruk bagi Mercedes yang kini belum bisa menyaingi pace Red Bull Racing dan Ferrari.

Lewis Hamilton, Mercedes W13

Lewis Hamilton, Mercedes W13

Photo by: Steve Etherington / Motorsport Images

FIA bakal mencari jalan keluar yang bisa diterapkan untuk periode lebih panjang mulai 2023 hingga mobil generasi baru ditetapkan. Mereka akan menggali ide-ide lewat diskusi dengan tim.

F1 ingin bergerak melampaui kebutuhan akan batas maksimum bouncing dan gantinya menawarkan modifikasi aturan untuk menghilangkan risiko porpoising untuk mobil generasi berikutnya.

Salah satunya dengan kebebasan teknologi suspensi, bahkan mungkin saja kembali ke suspensi aktif atau membuat peredam masal.

Kurangnya alat suspensi seperti itu di tengah regulasi 2022 menjadi kendala Mercedes untuk menjinakkan W13. Jadi bantuan apa pun di masa depan ini tentu saja akan diterima dengan senang hati oleh pabrikan mobil Jerman demi bisa kembali ke bagian terdepan.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Max Verstappen Sempat Mengira Kans Juara Sirna di Australia
Artikel berikutnya Mark Webber: Mercedes Bisa Kembali Bertarung Kapan Saja

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia