Stoner Masih Sakit Hati dengan Ducati
Casey Stoner rupanya masih menyimpan kekesalan terhadap Ducati meski sudah berpisah lebih dari satu dekade. Ia menyebut tim Italia itu kurang menghargai pembalap.
Foto oleh: Ducati Corse
Pria Australia tersebut mencatatkan namanya dalam sejarah skuad yang bermarkas di Borgo Panigale. Ia mampu menaklukkan Desmosedici GP dan memberi gelar juara dunia perdana untuk mereka.
Kendati demikian, ternyata Stoner tidak mendapatkan perlakuan istimewa. Ia merasakan relasi yang kurang nyaman dengan Ducati.
Melihat lagi pengalamannya, ia tak heran ketika mendengar drama yang berujung perceraian Andrea Dovizioso dengan skuad tersebut. Stoner hanya heran karena sudah sekian tahun tidak ada perubahan dari sisi respek kepada pembalap.
“Saya pikir Ducati semakin buruk dalam hal hubungan dengan para pembalapnya. Mereka masih menunjukkan loyalitas nol kepada pembalap yakin bahwa mereka memiliki motor terbaik. Desmosedici merupakan sesuatu yang buruk,” ia mengutarakan kepada Road Racing World.
Situasi tersebut yang mendorongnya hengkang ke Honda yang mengajukan proposal lebih menjanjikan dari segala aspek dibanding tim lamanya. Kondisi yang berbalik 180 derajat terutama dari sisi hubungan dalam paddock, membuatnya langsung merebut titel di tahun perdananya bersama pabrikan berlogo sayap tunggal itu.
“Proposal yang ditawarkan kepada saya jauh lebih bagus dari berbagai sisi daripada Ducati. Kenapa saya mesti bertahan dengan mereka kalau mereka tak menghargai saya?” tuturnya.
Stoner menolak perpanjangan kontrak Honda dan memilih mundur selepas 2012. Banyak yang menyayangkan keputusannya tersebut sebab kariernya saat itu masih bersinar. Namun, ia mengaku bahagia karena sudah punya banyak uang yang menurutnya lebih dari cukup.
Pria 35 tahun tersebut menyatakan pandangan terkait MotoGP musim ini. Menurutnya, kondisi motor sekarang hampir mirip satu sama lain dan terlalu dikendalikan oleh elektronik. Bagi Stoner, kondisi tersebut tidak menyenangkan.
“Saya tidak suka dengan arah yang diambil. Saya ingin melihat mereka kembali ke kemurnian, bukannya elektronik yang mengendalikan gas terbuka dan flap yang mengontrol bagian belakang. Semua motor mencontek satu sama lain, dan itu kenapa mereka mendekati,” ujarnya.
“Motor relatif sama sekarang dan para pembalap ingin segalanya agar cocok dengan mereka. Tapi itu seharusnya berbeda. Anda harus melupakan segala yang Anda pikir Anda ketahui. Anda harus mengendarai motor semau Anda. Anda harus mengalah pada motor.
“Saya tidak punya satu gaya. Saya paling mudah beradaptasi dibandingkan kolega saya, jadi kondisi dan sirkuit tak masalah. Selama latihan, saya akan membuat motor seperti yang saya inginkan, tapi pada akhirnya saya akan menyesuaikan dengan apa yang saya miliki. Itu membuat perbedaan. Saya kira banyak pembalap hanya beradaptasi dengan gaya unik mereka dan ingin melakukan hal sama setiap pekan, tapi setiap trek berbeda. Setiap tikungan berbeda, Anda hanya harus bereaksi berbeda.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments