Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Szafnauer Akui Transisi Racing Point ke Aston Martin Sulit

Transisi dari Racing Point ke Aston Martin diakui sangat sulit oleh Otmar Szafnauer. Prinsipal tim yang bermarkas di Silverstone tersebut berharap perubahan nama mendatangkan sukses dalam Formula 1 2021.

Otmar Szafnauer, Team Principal and CEO, Racing Point, and Lawrence Stroll

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Tahun baru merupakan saat membuka lembaran baru. Racing Point pun mengganti nama menjadi Aston Martin mulai 1 Januari 2021, setelah sang pemilik, Lawrence Stroll, mengakuisisi sebagian saham produsen mobil mewah itu.

Stroll seolah mengadopsi ide mendiang Jurgen Hubbert, mantan eksekutif Mercedes yang membawa pabrikan otomotif Jerman ke ajang balapan sebagai sarana promosi dan meningkatkan citra mereka.

Dengan dukungan dari Aston Martin, pengusaha Kanada itu berharap timnya bisa bertarung dengan tim-tim papan atas serta tembus tiga besar klasemen konstruktor.

Sebagai informasi, Racing Point bertengger di peringkat keempat. Nilainya 195 terpaut tujuh poin dari McLaren, ranking ketiga.

“Kami telah mendapatkan reputasi yang pantas untuk performa kami, melebihi kemampuan keuangan, jadi kami yakin dapat menghidupkan nama Aston Martin sejak awal,” kata Szafnauer kepada F1.com.

Baca Juga:

“Mewakili merek ikonik mungkin terdengar menakutkan, tapi kami berkecimpung di sini selama 30 tahun, memenangi balapan dan mengambil tempat di podium, selalu melebihi ekspektasi.

“Dengan nama baru, pemegang saham berdedikasi, investasi baru dan tim berpengalaman, kami yakin punya semua bahan untuk berkompetisi sehingga mendapat podium dan semoga kemenangan juga.”

Sekilas dari Racing Point ke Aston Martin terlihat seperti perubahan nama biasa. Namun, sebenarnya lebih kompleks karena banyak hal yang harus dilakukan.

Apalagi mereka tidak mengembangkan mesin sendiri meski didukung produsen besar. Mereka sudah mengalahkan tim pabrikan, Ferrari, kini berharap bisa menyamai Mercedes, raja F1 tujuh musim. Faktor-faktor tersebut yang membuat Aston Martin berada dalam tekanan.

“Tugasnya sangat besar. Sangat mudah melupakan bahwa selama masa paling menantang di dunia, kami menempatkan fondasi untuk era baru, yang mana kami harus menyeimbangkan dengan musim paling sukses di F1 hingga sekarang, dengan sebuah kemenangan dan beberapa kali finis di podium dalam perjalanan ke P4 di Kejuaraan Konstruktor,” Szafnauer menuturkan.

“Tantangan kami dulu adalah menjadi tim paling efisien di grip. Ada peluang menarik sekarang dengan menempatkan diri di antara tim top sambil menjaga efisiensi itu. Kami ingin menambahkan bab baru dalam warisan Aston Martin.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Norris: Mesin Mercedes Bisa Tingkatkan Performa McLaren
Artikel berikutnya Binotto Sebut F1 2020 Beri Pelajaran bagi Leclerc

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia