Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Tekanan di Tim Pabrikan Bikin Bagnaia Terus Fokus

Francesco “Pecco” Bagnaia merebut posisi puncak klasemen MotoGP setelah finis di P2 lomba GP Spanyol, Minggu (2/5/2021) lalu.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Setelah empat balapan di Kejuaraan Dunia MotoGP 2021, Bagnaia akhirnya mampu merebut posisi puncak klasemen dari tangan Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP).

Hal itu tidak lepas dari hasil finis kedua Bagnaia – di belakang rekan setimnya di Ducati Lenovo, Jack Miller – dan posisi ke-13 yang ditorehkan Quartararo. Hanya unggul dua poin atas pembalap Prancis tersebut, Bagnaia jelas tidak bisa santai.

Quartararo, kendati mengalami cedera lengan, jelas akan berusaha untuk cepat pulih agar bisa turun di lomba kandangnya, GP Prancis, di Sirkuit Bugatti Le Mans, 14-16 Mei mendatang.

Bagnaia memang belum pernah memenangi lomba MotoGP sepanjang turun di kelas premier sejak 2019. Tetapi, sejauh empat balapan musim ini berjalan, Bagnaia menjadi pembalap paling konsisten.

Ia tercatat tiga kali merebut podium – P3 GP Qatar dan masing-masing P2 di GP Portugal dan GP Spanyol – serta hanya sekali finis di luar lima besar (P6 di GP Doha, lomba kedua).

Bagnaia hanya menempati peringkat ke-10 pada tes Jerez, Senin (3/5/2021), dan tertinggal 0,811 detik dari Maverick Vinales (Monster Energy Yamaha MotoGP) yang menjadi pembalap tercepat.

Kendati demikian, Bagnaia sepertinya tidak ambil pusing dengan hasil tes. Pembalap asal Italia itu juga menyebut tidak mau terlalu percaya diri dengan posisinya saat ini.

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Circuito de Jerez

“Musim ini baru empat balapan. Akan salah besar jika berpikir dengan memimpin klasemen, Anda sudah mampu mengendalikan situasi,” ujar Bagnaia.

“Saya hanya ingin fokus balapan demi balapan. Lomba berikutnya akan berlangsung di Le Mans. Jadi, lihat saja apa yang bisa kami lakukan,” tutur peraih empat podium, satu pole position, dan tiga fastest lap dari 33 balapan di kelas MotoGP tersebut.

Bagnaia memang bis adibilang cukup matang untuk memperkuat tim pabrikan sekelas Ducati. Setelah menjadi juara dunia Moto2 2018, ia ditarik ke Pramac Racing, tim satelit Ducati.

Dua tahun memahami karakter Ducati Desmosedici GP, pembalap yang dibesarkan Akademi VR46 milik Valentino Rossi itu pun ditarik ke tim pabrikan Ducati Lenovo.

Setelah pertama dan terakhir merebut gelar juara dunia pembalap MotoGP pada 2007 lewat Casey Stoner, Ducati sangat berambisi mengulanginya tahun ini.

Kegagalan beruntun yang dialami Andrea Dovizioso – hanya menjadi runner-up MotoGP 2017, 2018, dan 2019 (semua di bawah Marc Marquez) – kian menambah motivasi Ducati untuk merebut gelar pada musim ini.

Berkat pengalamannya di Pramac, Bagnaia terlihat mudah saja beradaptasi di tim pabrikan Ducati. Namun, fakta mengejutkan justru diungkapkan Bagnaia.

“Menurut saya, tekanan sebagai pembalap tim pabrikan telah membantu saya untuk selalu lebih fokus dalam situasi-situasi tertentu,” kata pembalap 24 tahun tersebut.

Baca Juga:

Kendati demikian, ada faktor lain yang membuat Bagnaia mampu mengatasi tekanan sebagai pembalap tim pabrikan serta mampu selalu fokus. Adalah kecintaan dan pengenalannya akan Ducati Desmosedici GP.

“Bagi saya, Ducati adalah motor terbaik di grid MotoGP. Saya merasa nyaman, mampu mengendalikannya dengan baik, dan sangat percaya diri di depan,” ucap Bagnaia.

Francesco Bagnaia pun mengakui setiap motor prototipe di MotoGP memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Termasuk Ducati Desmosedici GP21 yang kini menjadi andalan Francesco Bagnaia.

“Desmosedici sangat unggul di top speed, kestabilan, dan sistem pengereman. Tetapi kami agak kesulitan sedikit dengan traksi. Di tes Jerez ini kami mencoba memperbaiki area tersebut dan sudah membuat kemajuan. Masih ada ruang bagi kami untuk pengembangan,” tuturnya.

Francesco Bagnaia pun lalu menyebutkan sirkuit mana saja pada lomba-lomba MotoGP berikutnya yang “bersahabat” dengan Ducati Desmosedici GP21. Menurutnya, Le Mans termasuk trek yang cukup bagus bagi Ducati.

“Mugello (Italia) luar biasa, seperti Barcelona (Spanyol) dan Assen (Belanda). Di Sachsenring (Jerman), mungkin kami bakal sedikit kesulitan. Sementara, belum ada pembalap yang mencoba Finlandia (Kymi Ring),” kata Francesco Bagnaia.

“Yang jelas, tiga balapan berikutnya (Prancis, Italia, Catalunya) akan sangat baik bagi Ducati. Di luar Eropa? Saya belum begitu yakin kami bisa ke sana. Semua masih tergantung situasi pandemi.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Quartararo Pilih Operasi demi Atasi Masalah Arm Pump
Artikel berikutnya Rins Pede Bisa Akhiri MotoGP 2021 di Posisi Terbaik

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia