Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Vinales Tidak Mustahil Berpikir Kembali ke Suzuki

Setelah resmi bakal meninggalkan Yamaha pada akhir Kejuaraan Dunia MotoGP 2021, Maverick Vinales belum mendapatkan tim baru.

Maverick Vinales, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Bursa perpindahan pembalap memang kembali panas setelah Vinales sepakat berpisah dengan tim pabrikan Monster Energy Yamaha MotoGP pada akhir 2021, atau setahun lebih cepat dari durasi kontrak.

Setelah pengumuman Vinales usai MotoGP Belanda yang menandai berakhirnya paruh pertama musim ini, 27 Juni lalu, tersebut, kabarnya Yamaha Motor Racing langsung mengadakan pertemuan dengan para bos tim satelit mereka, Petronas Yamaha SRT.

Dalam pertemuan itu kedua belah pihak sepakat bila Franco Morbidelli, runner-up MotoGP 2020, akan ditarik dari SRT ke tim pabrikan menggantikan Vinales mulai MotoGP 2022. Namun, kedua pihak memang belum mengumumkan resmi kepindahan Morbidelli.

Baca Juga:

Dengan begitu, SRT musim depan diyakini akan turun dengan line up yang benar-benar baru jika juara dunia sembilan kali, Valentino Rossi, diasumsikan bakal mundur.

Saat ini, pembalap tim satelit Yamaha di Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK), Garrett Gerloff, menjadi salah satu kandidat serius untuk bergabung ke SRT. Ia sempat diminta menggantikan Morbideli yang masih cedera, saat berlangsungnya GP Belanda di Assen.

Nama Andrea Dovizioso juga kembali disorot setelah Vinales resmi berpisah dengan Yamaha. Kendati belum jelas apakah bakal menjadi pembalap full-time atau hanya penguji, faktanya Dovizioso sudah tiga kali melakukan tes bersama Aprilia di Jerez, Mugello, dan Misano.

Kendati begitu, jika Maverick Vinales sepakat dengan Aprilia, praktis runner-up MotoGP 2017, 2018, dan 2019 yang musim lalu masih berstatus pembalap tim pabrikan Ducati itu, harus mencari tempat lain.

Banyak yang memperkirakan Vinales bakal kesulitan jika bergabung dengan Aprilia. Selain harus beradaptasi dari mesin inline-four ke V4, Aprilia RS-GP juga belum mampu menembus lima besar lomba MotoGP.

Ditambah fakta Vinales belakangan kesulitan di atas Yamaha YZR-M1. Padahal selama ini M1 dikenal sebagai salah satu motor yang mudah dikendalikan. Lihat saja perbandingan antara Vinales dengan rekan setimnya musim ini, Fabio Quartararo.

Dalam 11 bulan terakhir, Quartararo mampu merebut tujuh kemenangan yang tiga di antaranya dibuat bersama Petronas SRT musim lalu. Sementara, Vinales merebut delapan kemenangan dalam empat setengah tahun memperkuat tim pabrikan Yamaha.

Andrea Dovizioso, Aprilia

Andrea Dovizioso, Aprilia

Foto oleh: Aprilia Racing

Jadi, Vinales sepertinya butuh kerja sangat keras jika bergabung ke Aprilia untuk mendapatkan motor yang sesuai dengan keinginannya. Belum lagi aspek ekonomi.

Bujet Yamaha jelas berbeda jauh di atas Aprilia. Di Yamaha, Vinales konon mendapatkan gaji 6,5 juta euro (sekira Rp112 miliar) per tahun. Kabarnya, ia bersedia menerima kurang dari jumlah itu bila Aprilia menjanjikan teknologi mumpuni untuk RS-GP.

Pertanyaannya, apakah Vinales mau menerima gaji di bawah 4 juta euro/tahun? Sebagai perbandingan, gaji Dovizioso (diperkirakan menerima 4 juta euro dari Ducati sebelum pandemi Covid-19 dan juga meminta jumlah ini kepada KTM untuk 2021) saja tidak masuk dalam skema bujet Aprilia.

Faktor-faktor itulah yang membuat salah satu legenda Kejuaraan Dunia Balap Motor, Kevin Schwantz, memprediksi Vinales bukan mustahil akan melirik Suzuki. Hal tersebut diungkapkan juara dunia kelas 500cc (bersama Suzuki) seperti dikutip Speedweek.com.

Maverick Vinales, Team Suzuki Ecstar MotoGP

Maverick Vinales, Team Suzuki Ecstar MotoGP

Foto oleh: Suzuki MotoGP

“Mungkin, Maverick akan kembali ke Suzuki,” ucap pemenang 25 Grand Prix asal Texas, Amerika Serikat, yang kini sudah berusia 57 tahun itu.

Seperti diketahui, setelah menggondol juara dunia Moto3 2013 dan turun semusim di Moto2 (2014), Vinales promosi ke MotoGP pada 2015 dan bergabung dengan Suzuki Ecstar untuk menggeber Suzuki GSX-RR.

Dua musim di Suzuki, puncak performa Vinales terjadi pada MotoGP 2016 saat berhasil merebut satu kemenangan (GP Inggris) dan empat posisi podium untuk berada di P4 klasemen akhir.

Kendati masih spekulasi, tidak ada yang tak mungkin di MotoGP saat ini. Alex Rins yang sudah memenangi tiga Grand Prix bersama Suzuki, memang masih terikat kontrak sampai akhir MotoGP 2022.

Namun, musim lalu ia di bawah bayang-bayang Joan Mir yang akhirnya menjadi juara dunia. Hingga balapan kesembilan MotoGP 2021 ini, peringkat ketiga musim lalu itu kembali kalah jauh dari Mir.

Alex Rins, Team Suzuki MotoGP

Alex Rins, Team Suzuki MotoGP

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Seusai GP Belanda atau menjelang jeda musim panas, Rins hanya mengoleksi 33 poin dan berada di P14 klasemen. Bandingkan dengan Mir di peringkat keempat dengan 101 poin dan sudah tiga kali naik podium (semua ketiga).

Jika asumsi Kevin Schwantz tidak meleset, Rins bisa pergi ke Petronas Yamaha SRT (kemungkinan bersama Gerloff) atau pindah ke Aprilia mencari tantangan baru.

Dalam tiga tahun terakhir, sejumlah pembalap MotoGP memutuskan pergi sebelum kontraknya berakhir. Pada 2019, Jorge Lorenzo melakukannya terhadap Honda dan Johann Zarco di KTM. Terakhir, tentu saja Maverick Vinales.

Alex Rins bisa saja melakukan hal yang sama terhadap Suzuki Ecstar jika pabrikan asal Jepang itu memilih mengembalikan Maverick Vinales.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Quartararo: Tanggung Jawab Besar Menanti saat Gantikan Rossi
Artikel berikutnya Gaya Pembalap Bantu Ducati Tutupi Kelemahan Motor

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia