Jutta Kleinschmidt, Penakluk dan Pembuka Jalan Reli Paling Brutal
Cristina Gutierrez menganggapnya guru pertama. Laia Sanz menjadikannya referensi. Mereka adalah bukti betapa besarnya pengaruh Jutta Kleinschmidt terhadap generasi muda, terutama perempuan dalam olahraga otomotif, khususnya reli.
Jika melihat perjalanan kariernya, tak heran kedua pembalap tangguh Spanyol itu menjadikan Jutta Kleinschmidt sebagai inspirasi. Ia contoh kongkret bahwa kaum hawa bisa setara, bahkan melebihi laki-laki.
Kleinschmidt merupakan nama legendaris dalam Reli Dakar. Ia perempuan pertama yang mampu memenangi kejuaraan olahraga otomotif paling brutal tersebut pada 2001.
Kleinschmidt juga satu-satunya orang Jerman yang jadi kampiun Dakar dalam kategori mobil. Kala itu, perempuan kelahiran Koln tersebut mengemudikan Mitsubishi Pajero Evolution.
Hebatnya lagi, ia bersaing dengan kaum pria dalam disiplin reli yang menuntut tidak hanya kemampuan mengemudi dan navigasi mumpuni, namun juga daya tahan serta determinasi tinggi.
Pasalnya, jalur yang dilalui sangat berat dan panjang. Ketika Kleindschmidt juara, Reli Dakar masih memakai rute aslinya, dari Paris, Prancis menuju Dakar, Senegal, Total jaraknya mencapai hingga 10.600 kilometer (km).
Dengan rute yang sangat panjang, Reli Dakar sudah dianggap sebagai cabang olahraga paling menantang sekaligus brutal. Tak cuma gelar, nyawa adalah taruhan. Dan, Dakar sudah banyak menelan korban.
Namun itu tak sedikitpun menciutkan nyali Jutta Kleinschmidt. Ia pertama kali ikut Reli Dakar pada 1988 dalam kategori motor. Kemudian, musim 1995, beralih ke kelas mobil.
Kleinschmidt berjuang selama tujuh tahun dalam klasifikasi paling bergengsi Dakar tersebut untuk meraih titel pertama sekaligus terakhirnya. Keberhasilannya mengejutkan dunia. Kekaguman pun membanjiri.
Tetapi, itu pula yang dibenci Kleinschmidt, yang menuntut ilmu di sekolah menengah teknik, di mana ia adalah perempuan satu-satunya dan juga seorang sarjana fisika.
"Sudah jelas bagi saya sejak awal bahwa saya tak lebih kurang daripada anak laki-laki. Jadi, saya paling benci dengan pertanyaan, 'Bukankah itu terlalu sulit untuk seorang perempuan?'" ujar Kleinscmidt kepada Stern.de.
"Saya tidak menganggap diri saya seorang feminis. Saya tidak ingin membuktikan apa pun, tidak kepada laki-laki, tidak kepada perempuan," ia menegaskan.
Pereli Jutta Kleinschmidt dan navigatornya, Fabrizia Pons, ketika tampil dalam Reli Dakar 2005 dengan Tim Volkswagen Motorsport.
Foto oleh: Volkswagen Motorsport
Setelah 16 musim bersaing di Reli Dakar, perempuan kelahiran 29 Agustsus 1962 itu pensiun pada 2007. Namun, Jutta Kleinschmidt tak sepenuhnya berhenti dari ajang yang membesarkan namanya tersebut.
Ia ingin lebih banyak perempuan ambil bagian. Esensi reli tetap dipertahankan sama seperti ketika Thierry Sabine menggelar event yang pada awalnya bernama Reli Paris Dakar itu untuk kali pertama pada 1979.
Namun, ada perubahan di sepanjang jalan. Sejak 2020, Dakar bergulir di gurun pasir di Arab Saudi setelah sempat juga dilangsungkan di kawasan Amerika Selatan selama 10 tahun dari 2009 hingga 2019.
Kelas baru pun sudah ditambahkan. Selain klasifikasi mobil, motor dan truk, kini ada kategori quad, lightweight vehicle dan klasik. Kleinscmidt melihat itu sebagai hal yang positif bagi masa depan Dakar.
"Saya pikir tambahan yang bagus untuk Dakar. Ini memberikan kesempatan bagi darah baru unjuk gigi dan itu terjadi dengan Cristina (Gutierrez)," kata Kleinschmidt soal perempuan yang turun di kelas lightweight tersebut kepada Redbull.com.
Gutierrez tampil apik di Dakar 2021. Ia memenangi tiga dari 12 etape dan sempat memimpin klasemen hingga tiga stage awal. dapat pujian dari Kleinschmidt membuat pereli 29 tahun itu bangga.
Pereli Tim Red Bull Off-Road Team USA OT3: Cristina Gutierrez (kanan) bersama Jutta Kleinschmidt dalam Reli Dakar 2021.
Foto oleh: A.S.O.
"Saya pernah mengikuti kamp pelatihan FIA (Federasi Automobil Internasional) yang dimentori Jutta di Qatar. Bisa dibilang, dia guru (reli) pertama saya. Senang dia bangga dengan pencapaian saya," ujar Gutierrez yang juga dokter gigi itu.
Tak hanya Gutierrez, Kleinschmidt juga menaruh perhatiannya kepada perempuan lain yang bersaing di Dakar, Laia Sanz, yang diyakininya bisa menjadi juara sepertinya. Sanz adalah peraih 13 gelar Kejuaraan Women's World Trial.
"Sudah 20 tahun berlalu sejak saya memenangi Dakar dan sayangnya belum perempuan yang menjadi juara sejak saat itu. Saya mengikuti progres Laia. Jika dia beralih dari motor ke mobil, saya pikir dia punya peluang," kata Kleinschmidt, 58 tahun.
"Akan sangat menarik dapat melihat Laia dan Cristina saling berhadapan. Keduanya pembalap yang sangat berbakat sekaligus perempuan yang tangguh."
Dikutip Suara.com dari Antara, dituliskan bahwa Kleinschmidt memiliki pandangan bahwa reli mampu memberikan perbedaan atau pandangan lebih luas soal keterlibatan perempuan.
"Saya mungkin jadi lebih kritis karena tahu bahwa hak-hak perempuan tak dihormati. Menurut saya, dengan ikut dalam Reli Dakar, bisa membantu perempuan mendapatkan kepercayaan diri," Kleinschmidt menuturkan.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.