Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Menjajal rig simulator plastik HM Engineering

Rig simulator balap berbahan besi atau alumunium sudah banyak beredar di pasaran. Bagaimana kalau terbuat dari plastik?

Harris Muhammad, CEO HM Engineering

Foto oleh: Wisnu Setioko

Bagi pecinta balap simulasi, memiliki wadah khusus, biasa disebut rig, untuk menempatkan setir dan pedal menjadi impian tersendiri selain kursi dan meja komputer. Kita bisa mengatur posisi duduk semirip mungkin dengan pembalap sungguhan.

Namun, bila ingin menikmati rig buatan luar negeri, selain harganya mahal, di Indonesia sendiri cukup susah untuk membelinya langsung dari toko gim, layaknya membeli aksesoris lainnya seperti gamepad. Berawal dari hal tersebut, beberapa pihak berinisiatif menghadirkan solusi rig buatan dalam negeri, termasuk Harris Muhammad.

Sebelum wawancara, saya sempat menjajal salah satu karyanya, GT-ONE. Melalui gim Assetto Corsa dengan VR, saya menggeber mobil Ferrari di Sirkuit Sentul. Sempat muncul rasa was-was, mengingat bahannya terbuat dari plastik. Setelah melahap empat lap, kekhawatiran saya hilang, bahkan setelah nekat menggoyang-goyang bagian jok. Karena antrian makin memanjang, saya pun menyudahi permainan.

Rig simulator balap GT-ONE, HM Engineering
Rig simulator balap GT-ONE, HM Engineering
Rig simulator balap GT-ONE, HM Engineering
Rig simulator balap GT-ONE, HM Engineering
Speaker, rig simulator balap GT-ONE, HM Engineering
5

Berawal dari kayu lapis

Ditemui dalam acara Indo Defence 2018 Expo & Forum, Sabtu (10/10), CEO HM Engineering tersebut mengungkapkan ide pembuatan rig telah dimulai sejak tiga tahun lalu. Harris ingin menciptakan wadah untuk menyalurkan hobinya bermain simulator balap.

Melalui media sosial, ia memamerkan karyanya. Setelah mendapat respon positif, Harris memberanikan diri untuk menjual cetak biru seharga US$30.

“Kalau untuk komersil, itu mulai tiga tahun yang lalu,” ungkap Harris. “Awalnya, saya buat untuk diri sendiri, lalu disebar di media sosial. Bahannya sendiri dari satu lembar plywood (kayu lapis) seharga Rp250 ribu.

“Saya juga sebar ke sebuah grup internasional [pecinta balap simulator]. Karena ada beberapa permintaan, saya jual US$30 untuk cetak biru, supaya mereka bisa berkreasi sendiri.”

Berawal dari rig simulator kayu, Harris membuat dua model purwarupa baru, GT-ONE dan F1. Sesuai dengan namanya, GT-ONE mengambil rangka mirip mobil balap GT, sedangkan F1 terinspirasi dari kokpit Formula 1. Menariknya, seluruh bagian rig ini terbuat dari bahan plastik.

“Sekarang ada dua model, F1 dan GT-ONE. Untuk kerangkanya, 100 persen terbuat dari bahan plastik, dicetak lewat mesin CNC (Computer Numerical Control, mesin potong yang dioperasikan melalui perintah pemrograman).

Harris mengakui tiap rig buatannya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti bahan kayu yang sangat murah namun rawan dilalap rayap, serta plastik, ringan dan lentur dari segi fisik namun lebih mahal.

“Bahan plywood, kelebihannya sangat murah, bisa dipotong pakai gergaji, lalu disambung dengan mur. Untuk plastik, seluruh rangka bisa disambung tanpa perlu bantuan komponen besi. Bahannya lentur, sehingga tak mudah patah.

“Kekurangannya, kayu tidak tahan rayap, lebih berat, serta rentan terhadap suhu lembap, Kalau plastik, bahan lebih sulit didapat.”

Untuk saat ini, produk purwarupanya hanya akan dikerjakan bila ada pesanan. Setelahnya, mereka akan memikirkan untuk menyetok GT-ONE dan F1.

Harris Muhammad, CEO HM Engineering
Shifter, rig simulator balap GT-ONE, HM Engineering
Harris Muhammad, CEO HM Engineering,  Wisnu Setioko, Motorsport.com Indonesia
3

Mengedepankan estetika

HM Engineering mengutamakan keunikan dari rig simulator buatannya, mengingat telah banyak beredar wadah balap sim berbahan metal. Selain itu, ia bisa bebas berkreasi dari segi desain.

“Kami mengedepankan keunikan,” tuturnya. Kami ingin merancang sesuatu lain dari yang lain, karena di pasaran sudah terlalu banyak [produk] serupa, berbahan besi atau alumunium. Nilai tambah produk kami adalah desain yang tidak monoton, serta bernilai estetika sedikit lebih tinggi,” pungkasnya.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya MotoGP eSport: TRASTEVERE73 melaju ke final, moe finis terakhir
Artikel berikutnya Dalami eSport dengan gamepad resmi MotoGP

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia