Opini: Catatan esport balap Indonesia 2018
Meski belum semasif cabang lainnya, esport balap mulai terdengar gaungnya pada 2018.
Sudah tak terhitung lagi berapa banyak pegiat olahraga dunia maya di Indonesia saat ini, baik sebagai atlit, penyelenggara, bahkan caster, sebutan untuk komentator pertandingan esport. Bila dulu harus mendatangi event khusus untuk menonton pertandingan gim, sekarang pun mungkin kita bisa menikmatinya ketika menyambangi mal terdekat.
Geliat esport di Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata lagi. Banyak pihak rela menggelontorkan sejumlah dana untuk bisa memajukan olahraga dunia maya, selain tentu saja meraup keuntungan. Tiap tim juga kian mantap mendalami beberapa jenis gim saja, terutama First-Person Shooter (FPS), dan Multiplayer Online Battle Arena (MOBA).
Selama 2018, setidaknya ada dua event yang semakin memantapkan posisi olahraga elektronik dalam negeri, yakni Cabang Eksibisi Asian Games 2018, serta BUMN Spirit of Millenials Game Day, di mana PT Kereta Api Indonesia dan Wijaya Karya (WIKA) menurunkan tim khusus untuk bertanding Player Unknown’s Battleground (PUBG). Apakah itu hanya tren sesaat? Tinggal konsistensi masing-masing tim untuk membuktikannya.
Potensi esport balap
Untuk cabang balap, saat ini memang belum banyak pihak meliriknya. Selain karena peminat gim ini lebih sedikit dibanding genre lainnya, muncul stigma bahwa para pemainnya harus memiliki perangkat khusus untuk mendalaminya, salah satunya gamepad setir.
Beberapa orang berupaya mendobrak pandangan tersebut. Telah berdiri sejak 2011, komunitas Sim Racer Indonesia (SRI) mencapai kesepakatan dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) untuk mendirikan Komisi Esport Simulator. Langkah bagus untuk semakin memperkenalkan esport balap di Indonesia.
Dua orang berlaga di kejuaraan dunia, yakni Andika Rama di event Mercedes-AMG Racing eSports Competition serta Putut Maulana di babak semifinal 2 MotoGP eSport. Terlepas dari pencapaian keduanya, mereka telah menjadi inspirasi bagi para pemain lainnya untuk semakin mengasah kemampuan. Khusus untuk gim motor, ini bisa menjadi alternatif, terutama bila dikaitkan dengan fakta bahwa fans motorsport Indonesia lebih banyak dari balap roda dua.
Dari sim racing ke balap sungguhan?
Ada satu keunggulan esport balap bila dibanding cabang lainnya, yakni penerapan ke dunia nyata. Cukup banyak pemain Gran Turismo yang akhirnya menjadi pembalap profesional lewat GT Academy. Melihat potensi tersebut, tak heran bila pabrikan mobil raksasa seperti Mercedes dan McLaren meluncurkan programnya masing-masing.
Rama sepakat bila sim racing membuka jalan sebagai pembalap, berkaca dari pengalamannya sewaktu menjalani akademi balap kerjasama Gran Turismo dan Nissan.
“Menurutku sih bisa-bisa saja. Aku sendiri juga lahir dari sim racing,” ungkapnya saat wawancara eksklusif dengan Motorsport.com Indonesia, September lalu.
“Pertama kali mengemudi, aku membawa mobil [BMW] M4 saat di Turki. Ibaratnya orang gak pernah bawa sepeda, disuruh bawa [Honda] CBR 1000. Aku belum pernah bawa mobil kenceng, sekalinya bawa begitu. Ilmu yang aku dapetin dari sim racing, bisa dipakai di sana, sama aja,” terang rekan setim Fitra Eri di Honda Bandung Center kejuaraan Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM) itu.
Dom Duhan, pemilik tim balap virtual Red Line juga berpendapat setali tiga uang. Lewat tulisan terpisah, ia menjelaskan secara rinci sejarah balap simulasi di luar negeri, bahkan saat kecepatan internet belum sekencang saat ini.
Gim MotoGP bisa menjadi wadah potensial untuk menunjukkan bahwa esport balap juga memiliki peminat. Untuk sim racing, rasanya masih perlu waktu untuk menarik lebih banyak peminat, salah satunya dengan membuka booth di berbagai acara. Kita tunggu peran pelaku olahraga virtual untuk lebih melirik cabang balap virtual.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.