Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Agag: Sensasi Balap Extreme E serasa Formula E

Salah satu pendiri Extreme E, Alejandro Agag, mengungkapkan bahwa seri pembuka kejuaraan SUV listrik ini terasa seperti debut Formula E.

Molly Taylor, Johan Kristoffersson, Rosberg X Racing, Cristina Gutierrez, Sebastien Loeb, X44

Molly Taylor, Johan Kristoffersson, Rosberg X Racing, Cristina Gutierrez, Sebastien Loeb, X44

Zak Mauger / Motorsport Images

Formula E diluncurkan dengan Beijing E-Prix pada 13 September 2014, yang mendapat pemberitaan liputan luas setelah kecelakaan di tikungan terakhir antara pemimpin balapan Nicolas Prost dan Nick Heidfeld.

Insiden itu menyebabkan mobil yang dikemudikan Heidfeld melayang ke udara, sebelum kemudian berhenti dalam keadaan terbalik.

Akhir pekan lalu, lomba pertama Extreme E digelar di Arab Saudi. Gelaran bertajuk Desert X-Prix tersebut diwarnai kecelakaan besar pembalap Abt Cupra, Claudia Hurtgen, yang mengalami cedera lidah tergigit.

Hurtgen berguling empat kali saat kualifikasi lantaran menabrak baru. Sedangkan ketika balapan, dia ditabrak pembalap Chip Ganassi Racing, Kyle LeDuc.

Alejandro Agag, CEO, Extreme E, in the press conference

Alejandro Agag, CEO, Extreme E, in the press conference

Photo by: Steven Tee / Motorsport Images

Ditanya oleh Motorsport.com, bagaimana perasaan Agag usai menonton putaran pertama Extreme E dibandingkan dengan Formula E, dia berkata: “Rasanya hampir sama bagi saya.

“Saya memiliki perasaan yang sama, dan terutama setelah balapan, yang saya rasakan setelah saya menyelesaikan balapan di Beijing.”

Agag menyaksikan kecelakaan antara Hurtgen dan LeDuc dari media centre. Dia lalu dengan cepat menyatakan kedua pembalap dalam kondisi baik-baik saja.

Pun begitu, Agag menuturkan keprihatinannya atas lambatnya laporan perihal insiden Hurtgen saat kualifikasi, yang mana dia tidak dapat memastikan kondisinya karena kegagalan radio komunikasi antar tim.

Baca Juga:

Membandingkan kecelakaan itu dengan insiden Prost-Heidfeld, Agag mengatakan: “Rasa ketakutan di Beijing tak bertahan lama. Pada akhirnya, Nick, setelah 20 detik, bisa memberi tanda baik-baik saja lewat acungan jempol.

“Saya berada di tempat yang sama di kompleks TV dan saya melihatnya secara langsung. Kami memiliki kamera pada saat mobil tidak melayang ke udara.

“Di sini (Extreme E) lebih lama. Butuh waktu untuk menghubungi Claudia dan saya benar-benar merasakan sesuatu telah terjadi.

“Saya memiliki kedua pengalaman di kedua balapan pertama. Kemudian saya memiliki sensasi lega yang luar biasa saat kami melewati akhir pekan.

“Akhir pekan pertama akan memiliki pengaruh besar pada bagaimana Extreme E berkembang seperti yang terjadi dengan Formula E.

“Semua orang melihat kecelakaan itu. Semua orang ingat kecelakaan Nick Heidfeld dan Nico Prost di Beijing.

“Semua orang akan mengingat Claudia, Kyle, dan Claudia lagi. Itu bagian dari balapan. Saya merasa (Extreme E) sangat mirip dengan apa yang saya rasakan setelah balapan Formula E.”

Sara Price, Kyle Leduc, Chip Ganassi Racing and Claudia Hurtgen, Mattias Ekstrom, ABT CUPRA XE

Sara Price, Kyle Leduc, Chip Ganassi Racing and Claudia Hurtgen, Mattias Ekstrom, ABT CUPRA XE

Foto oleh: Steven Tee / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Loeb: Power Steering Mobil Extreme E Masih Bermasalah
Artikel berikutnya Lihat Insiden Besar, Rosberg Batal Turun di Extreme E

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia