Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

10 Pembalap Terbaik Williams Sepanjang Masa

Williams merupakan salah satu tim hebat dalam sejarah Formula 1 usai merebut tujuh gelar juara dunia pembalap dan sembilan konstruktor.

Podium: race winner Alain Prost, second place Damon Hill

Podium: race winner Alain Prost, second place Damon Hill

Sutton Images

Wafatnya Sir Frank Williams pada Minggu (28/11/2021) lalu menjadi kehilangan besar bagi otomotif dunia. Warisan pria kelahiran South Shields, Inggris, 16 April 1942, tersebut terhadap balap dunia rasanya sangat sulit dibandingkan.

Memimpin Tim Williams di F1 sejak 1977 sampai 2012, Sir Frank mencatatkan sederet prestasi fenomenal di ajang balap jet darat. Di antaranya tujuh gelar pembalap (1980, 1982, 1987, 1992, 1993, 1996, 1997) dan sembilan kosnstruktor (1980, 1981, 1986, 1987, 1992, 1993, 1994, 1996, 1997).

Bersama Ferrari (238), McLaren (183), dan Mercedes (123), Williams (114) juga menjadi tim yang mampu menorehkan 100 kemenangan atau lebih di F1.

Autosport pun mencoba merangkum 10 pembalap terbaik yang pernah membela Williams. Menariknya, tidak satu pun dari pembalap yang menjadi juara dunia bersama Williams, bisa sukses usai berganti tim.

Riccardo Patrese mengawali F1 1991 dengan persaingan sengit melawan rekan setimnya di Williams F1, Nigel Mansell. Namun, ia masih mampu menang secara meyakinkan di Meksiko.

Riccardo Patrese mengawali F1 1991 dengan persaingan sengit melawan rekan setimnya di Williams F1, Nigel Mansell. Namun, ia masih mampu menang secara meyakinkan di Meksiko.

Foto oleh: Motorsport Images

10. Riccardo Patrese
Memperkuat Williams: 1987 (balapan terakhir), 1988-1992
Kemenangan untuk Williams: 4
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 0

Carlos Reutemann dan Patrese bersaing ketat untuk P10 ini. Tetapi Patrese lebih berhak tidak hanya karena lebih lama berada di Williams tetapi juga menang lebih banyak (empat) ketimbang Reutemann (tiga).

Patrese juga tidak pernah meninggalkan Williams saat musim baru berjalan dua putaran seperti yang dilakukan Reutemann pada awal F1 1982.

Setelah menggantikan Nigel Mansell di GP Australia 1987, Patrese kemudian ditarik oleh Williams untuk turun penuh mulai musim berikutnya. Williams FW12 yang bermesin Judd memang sangat lemah. Tetapi semua berubah saat mesin Renault datang pada 1989.

Patrese dan rekan setimnya yang baru Thierry Boutsen terbilang berimbang. Boutsen mampu dua kali menang pada 1989 tetapi total podium Patrese (enam) satu lebih banyak daripada pembalap Belgia tersebut.

Musim berikutnya, Boutsen dan Patrese sama-sama berhasil memenangi satu balapan. Tetapi yang paling menarik tentu saja saat Mansell kembali ke Williams pada 1991.

Williams FW14 yang bermesin Renault RS3 3.5 V10 mampu memenangi tujuh dari 16 balapan masing-masing lima lewat Mansell dan dua dari Patrese.

Williams pun menjadi ancaman serius bagi McLaren yang pada F1 1991 itu akhirnya merebut gelar juara dunia pembalap (lewat Ayrton Senna) dan konstruktor. Patrese yang merebut delapan podium akhirnya finis di P3 klasemen akhir di bawah Senna dan Mansell.

Puncak kehebatan Patrese terjadi pada 1992, saat mampu finis runner-up F1 di bawah Mansell. Sayang, mantan pembalap asal Italia tersebut saat itu tidak nyaman dengan kontrol traksi dan suspensi aktif sehingga hanya mampu memenangi satu balapan.

Sebaliknya, Mansell justru menggila di atas Williams FW14B dengan memenangi sembilan dari total 16 lomba F1 1992.

Ralf Schumacher mengakhiri tiga tahunnya di Williams dengan memenangi GP San Marino 2001.

Ralf Schumacher mengakhiri tiga tahunnya di Williams dengan memenangi GP San Marino 2001.

Foto oleh: Rainer W. Schlegelmilch / Motorsport Images

9. Ralf Schumacher
Memperkuat Williams: 1999-2004
Kemenangan untuk Williams: 6
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 0

Banyak yang sudah lupa bila adik kandung Michael Schumacher ini mampu berperforma luar biasa saat musim pertamanya membela Williams pada 1999.

Menggeber Williams FW21 bermesin Supertec FB01 3.0 V10, Ralf mampu dengan konsisten mendetakti para pembalap McLaren dan Ferrari yang notabene memiliki mobil lebih kencang.

Hanya karena bernasib sial, Ralf gagal memenangi GP Eropa. Namun sepanjang musim Ralf mampu mengalahkan Alex Zanardi juara IndyCar yang kala itu lebhih difavoritkan.

Ralf juga berhasil meredam rookie hebat Jenson Button saat bersama di Williams pada 2000. Setahun berikutnya, Ralf mampu memberikan kemenangan pertama Williams dalam empat tahun di Imola (Italia), yang menjadi satu dari tiga kemenangannya pada 2001.

Langkah Ralf sejatinya menjadi lebih berat saat Juan Pablo Montoya bergabung pada 2001. Performa Ralf mulai turun pada 2004, setelah kecelakaan di Indianapolis (AS). Tetapi enam kemenangan menjadikan Ralf pembalap tersukses ketujuh Williams dan yang terbaik di antara mereka yang tidak mampu juara.

Juan Pablo Montoya dengan manuver brilian dan meyakinkan mampu mengasapi Michael Schumacher di Interlagos, Brasil, yang baru menjadi balapan ketiganya di F1 pada 2001.

Juan Pablo Montoya dengan manuver brilian dan meyakinkan mampu mengasapi Michael Schumacher di Interlagos, Brasil, yang baru menjadi balapan ketiganya di F1 pada 2001.

Foto oleh: Steven Tee / Motorsport Images

8. Juan Pablo Montoya
Memperkuat Williams: 2001-2004
Kemenangan untuk Williams: 4
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 0

Memilih urutan yang lebih baik antara Ralf Schumacher dan Montoya untuk daftar ini terbilang sulit. Montoya mencetak lebih banyak poin (221 berbanding 173) dan lebih banyak pole (11 berbanding enam) selama bersama Ralf. Tetapi Ralf meraih lebih banyak kemenangan (enam berbanding empat).

Montoya juga salah satu dari sedikit tipe pembalap yang disukai Williams. Salah satu pembuktiannya adalah melibas Michael Schumacher (Ferrari) untuk memimpin GP Brasil 2001, meskipun lomba tersebut baru start F1 ketiganya.

Montoya juga sangat agresif dan cepat. Ia sempat bersaing memburu gelar pada 2003 sebelum kandas akibat penalti di GP Amerika Serikat akibat insiden dengan Rubens Barrichello (Ferrari).

Jacques Villeneuve masih menjadi juara dunia F1 terakhir tim Williams saat ia menggebrak pada 1997.

Jacques Villeneuve masih menjadi juara dunia F1 terakhir tim Williams saat ia menggebrak pada 1997.

Foto oleh: Sutton Images

7. Jacques Villeneuve
Memperkuat Williams: 1996-1998
Kemenangan untuk Williams: 11
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1997)

Mungkin ironis bagi Villeneuve karena musim paling tidak mengesankan di Williams justru terjadi saat ia berhasil merebut gelar juara dunia, 1997. Datang pada 1996 dengan status rookie, Villeneuve jelas berada di bawah bayang-bayang Damon Hill yang sarat pengalaman.

Hill akhirnya juara pada 1996 namun kemudian pergi. Villeneuve yang kemudian didampingi Heinz-Harald Frentzen berhasil merebut gelar juara dunia pada 1997 usai memenangi tujuh balapan dan total delapan podium dari 17 lomba.

Frentzen sendiri sekali menang dan total tujuh podium untuk membantu Williams merebut gelr juara dunia konstruktor pada musim yang sama (1997). Kehebatan sasis FW19 bermesin Renault RS9 3.0 V10 menempati posisi keempat dalam sejarah dominasi Williams dalam semusim di F1.

Alain Prost mendominasi musim untuk merebut gelar juara dunia F1 1993 sekaligus mengakhir kariernya di ajang balap jet darat tersebut.

Alain Prost mendominasi musim untuk merebut gelar juara dunia F1 1993 sekaligus mengakhir kariernya di ajang balap jet darat tersebut.

Foto oleh: Motorsport Images

6. Alain Prost
Memperkuat Williams: 1993
Kemenangan untuk Williams: 7
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1993)

Setelah didepak Ferrari dan beristirahat semusim, Alain Prost kembali ke F1 pada 1993 dengan memilih paket paling kompetitif saat itu, Williams-Renault. Sasis Williams FW15C bermesin Renault RS5 3.5 V10 menjadi mobil paling dominan dalam sejarah Williams.

Dalam semusim F1 1993 yang terdiri dari 16 balapan, sasis Williams FW15C mampu 10 kali menang masing-masing tujuh lewat Prost dan tiga oleh Damon Hill yang saat itu berstatus rookie.

Prost juga sempat mendapatkan tekanan dari mantan rekannya di McLaren, Ayrton Senna. Namun, dengan dingin ia berhasil meredam Senna untuk merebut gelar.

Prost mungkin tidak sehebat Mansell setahun sebelumnya. Namun, dengan tujuh kemenangan dan 13 pole, Prost mundur dari F1 dengan gelar juara dunia keempat pada akhir musim F1 1993.

Nelson Piquet mengalahkan Nigel Mansell untuk merebut gelar F1 1987 setelah duel sengit pada 1986 yang membuat jagoan McLaren, Alain Prost, merebut gelar.

Nelson Piquet mengalahkan Nigel Mansell untuk merebut gelar F1 1987 setelah duel sengit pada 1986 yang membuat jagoan McLaren, Alain Prost, merebut gelar.

Foto oleh: Sutton Images

5. Nelson Piquet
Memperkuat Williams: 1986-1987
Kemenangan untuk Williams: 7
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1987)

Musim terbaik Piquet mungkin terjadi saat ia kali pertama bergabung pada 1986 mendampingi Nigel Mansell. Piquet saat itu kecewa dan merasa kecelakaan mobil yang membuat Frank Williams lumpuh, telah mencegahnya untuk menjadi pembalap nomor satu di tim.

Akibatnya, Piquet kalah dalam duel melawan Prost yang saat itu membela McLaren. Namun, Williams merebut gelar konstruktor seusai memenangi sembilan dari 16 balapan.

Duel berlanjut pada 1987. Kecelakaan serius pada sesi latihan GP San Marino membuat Piquet hanya menjadi pembalap kedua di Williams setelah Mansell. Tetapi, Piquet berusaha konsisten merebut poin, utamanya saat Mansell mengalami masalah.

Saat Mansell mengalami cedera pungung di kualifikasi GP Jepang 1987, Piquet berhasil memaksimalkannya dengan merebut gelar, sebelum kemudian bersama Honda – pemasok mesin Williams saat itu – pindah ke Lotus ada 1988.

Keke Rosberg berhasil memanfaatkan kesulitan Ferrari sepanjang musim untuk memenangi gelar juara dunia F1 1982.

Keke Rosberg berhasil memanfaatkan kesulitan Ferrari sepanjang musim untuk memenangi gelar juara dunia F1 1982.

Foto oleh: Motorsport Images

4. Keke Rosberg
Memperkuat Williams: 1982-1985
Kemenangan untuk Williams: 5
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1982)

Sebagai pembalap yang piawai berimprovisasi, Rosberg disebut-sebut pengganti yang tepat untuk Alan Jones yang secara mengejutkan pensiun pada akhir musim 1981.

Turun dengan mobil yang kompetitif dengan mesin Cosworth DFV turbo, pria asal Finlandia itu memanfaatkan betul peluangnya. Rosberg hanya sekali menang saat merebut gelar juara dunianya pada 1982. Tapi karena tak ada pembalap lain yang mencetak lebih dari dua kemenangan, ia dinilai pantas juara.

Revolusi turbo benar-benar menyalip DFV pada 1983. Tetapi Rosberg masih berhasil menang dalam kondisi sulit di Monako, sebelum Williams beralih ke Honda.

Pada F1 1984, sasis FW09 yang bermein Honda seperti bukan mobil terbaik Williams. Kendati begitu Rosberg masih mampu menang di GP Dallas, Amerika Serikat.

Sasis FW10 pada 1985 jauh lebih baik, sekaligus mengindikasikan kebangkitan Williams. Rosberg mencetak kemenangan terakhirnya untuk Williams di GP Australia sebelum pindah ke McLaren pada 1986 sekaligus musim pamungkasnya di F1.

Damon Hill menjadi putra juara dunia F1 pertama yang mengikuti jejak sang ayah, setelah mengalahkan rekan setimnya di Williams, Jacques Villeneuve , pada 1996.

Damon Hill menjadi putra juara dunia F1 pertama yang mengikuti jejak sang ayah, setelah mengalahkan rekan setimnya di Williams, Jacques Villeneuve , pada 1996.

Foto oleh: Sutton Images

3. Damon Hill
Memperkuat Williams: 1993-1996
Kemenangan untuk Williams: 21
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1996)

Hill tidak ditarik Williams untuk memimpin tim. Tetapi, ia mampu berkembang dengan sangat baik hingga merebut gelar pada musim ketiga dan terakhir bersama Williams.

Setelah berperan bagus sebagai test driver, Hill ditarik Williams sebagai pembalap utama mendampingi Prost yang kembali pada 1993. Hill belajar sangat cepat dan langsung menempati P3 klasemen akhir berkat tiga kemenangan pada musim pertamanya di F1.

Saat Ayrton Senna menggantikan Prost pada 1994 dan Williams kehilangan kekuatannya seiring dengan larangan kontrol traksi dan suspensi aktif. Hal itu membuat handling Williams FW16 menjadi tricky dan saat Senna tewas di GP San Marino, Hill menjadi pemimpin tim di tengah kondisi yang sulit.

Namun, Hill dan Williams mampu mengatasi kendala sehingga FW16B berkembang. Saat itu, rival utama mereka adalah Michael Schumacher dan timnya, Benetton, yang kontroversial.

Hill kerap menjadi rival Schumi sepanjang musim 1995. Tetapi, sejumlah kesalahan yang dibuat Williams dan Hill menguntungkan Schumi dan Benetton. Keduanya akhirnya menguasai F1 pada 1994 dan 1995.

Setelah merebut gelar juara dunia pada 1996 – dengan didampingi rookie Jacques Villeneuve – situasi di tim Williams tidak lagi kondusif buat Hill. Dalam perjalanan merebut gelar, Hill menorehkan delapan kemenangan dan sembilan pole dari 16 lomba musim tersebut.

Usai merebut gelar, Hill memilih pergi. Posisinya di Williams pun digantikan Henz-Harald Frentzen pada 1997. Hebatnya, pada musim tersebut Villeneuve mampu membantu Williams mempertahankan gelar pembalap dengan keluar sebagai juara.

Alan Jones adalah juara dunia pertama milik Williams dan diyakini pembalap yang paling sesuai dengan keinginan Frank Williams serta Direktur Teknis Patrick Head.

Alan Jones adalah juara dunia pertama milik Williams dan diyakini pembalap yang paling sesuai dengan keinginan Frank Williams serta Direktur Teknis Patrick Head.

Foto oleh: Motorsport Images

2. Alan Jones
Memperkuat Williams: 1978-1981
Kemenangan untuk Williams: 11
Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1980)

Dialah yang kemudian menjadi acuan tipe pembalap yang diinginkan Williams karena sesuai dengan yang ada di kepala Frank Williams dan Direktur Teknis Patrick Head.

Selalu bicara terus terang dan tidak suka basa basi, pria Australia itu langsung menjadi andalan sasis Williams FW06 rancangan Head pada 1978.

Setahun kemudian, Jones menjadi salah satu favorit juara dunia di atas FW07. Sayang, buruknya daya tahan membuatnya gagal merebut gelar pada 1979. Namun, empat kemenangan dalam enam baapan terakhir menjadi indikator dirinya bakal menang pada tahun berikutnya.

Jones merebut lima kemenangan sekaligus mengalahkan jagoan Tim Brabham, Nelson Piquet, untuk menjadi juara dunia F1 1980. Williams juga berhasil menjuarai konstruktor untuk kali pertama menyusul performa impresif Reutemann pada mobil lainnya.

Sejumlah kesialan, kesalahan-kesalahan aneh, dan hubungan yang memanas dengan Reutemann membuat Jones kalah dari Piquet pada 1981.

Meskipun mampu finis P3 untuk membantu Williams juara konstruktor, Jones sepertinya tidak mampu menahan kekecewaan dan memutuskan mundur pada akhir 1981.  

Nigel Mansell mendominasi F1 1992 dan memecahkan rekor jumlah kemenangan terbanyak dalam semusim.

Nigel Mansell mendominasi F1 1992 dan memecahkan rekor jumlah kemenangan terbanyak dalam semusim.

Foto oleh: Motorsport Images

  1. Nigel Mansell
    Memperkuat Williams: 1985-1988, 1991-1992, 1994
    Kemenangan untuk Williams: 28
    Gelar Juara Dunia bersama Williams: 1 (1992)

Tidak setiap pembalap mudah bekerja sama dengan Mansell karena ia dikenal sangat agresif di belakang kemudi. Keputusannya bergabung ke Williams menjadikan tim tersebut benar-benar kebanggaan warga Inggris.

Total kemenangan Mansell di Williams, 28, juga menjadi yang terbanyak dalam sejarah tim yang berbasis di Grove, Inggris, tersebut.

Setelah empat tahun di Lotus, Mansell bergabung ke Williams mendampingi Keke Rosberg pada 1985 dan langsung menjadi ancaman pembalap asal Finlandia tersebut. Hal itu dibuktikan dengan kemenangan pada GP Eropa di Brands Hatch dan Afrika Selatan.

Piquet kemudian bergabung pada 1986 tetapi Mansell mampu mencetak kemenangan lebih banyak (lima). Sayang, peluang gelarnya langsung hilang setelah mengalami pecah ban pada balapan terakhir di Adelaide, Australia.

Mansell kembali menggila pada 1987. Namun, lagi-lagi nasib sial menghampirinya. Kecelakaan saat kualifikasi GP Jepang membuatnya absen pada dua balapan terakhir sehingga Piquet mampu menjadi juara dunia walaupun jumlah kemenangannya hanya separuh dari Mansell.

Setelah dua tahun yang buruk di Ferrari dan ‘pensiun’ pertamanya, Mansell kembali ke F1 pada 1991. Sempat bersaing dengan Patrese, Mansell akhirnya mengukuhkan diri sebagai pembalap utama tim setelah mampu bersaing gelar dengan Senna.

Puncak kehebatan Mansell akhirnya tiba pada 1992. Mengandalkan sasis Williams FW14B, Mansell mendominasi F1 1992 dengan merebut sembilan kemenangan dalam 16 balapan.

Sejumlah drama di luar trek membuat Mansell hengkang dari Williams untuk turun di IndyCar. Namun, ia kemudian kembali pada 1994 dan menorehkan kemenangan terakhirnya di Adelaide.

“Banyak cerita tentang Nigel Mansell selama di Williams, dibanding pembalap lainnya,” kata mendiang Frank Williams.

“Ia seorang pembalap yang sangat hebat. Di mana pun turun, akan sangat sulit untuk menahannya. Performanya fantastis meskipun kadang sulit untuk bernegosiasi dengannya.”

Nigel Mansell mengalami pecah ban pada balapan terakhir penentuan gelar juara dunia F1 1986 di Adelaide, Australia.

Nigel Mansell mengalami pecah ban pada balapan terakhir penentuan gelar juara dunia F1 1986 di Adelaide, Australia.

Foto oleh: Sutton Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation

Video terkait

Artikel sebelumnya Alonso Sangat Terkesan Rivalitas dengan Hamilton dan Vettel
Artikel berikutnya Jelang GP Arab Saudi, Mercedes W12 dalam Kondisi Terbaik

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia