Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

5 Kontrak Fantastis Pembalap F1 Sepanjang Sejarah

Formula 1 merupakan olahraga yang sangat mahal. Di masa lalu, butuh investasi ratusan juta dollar AS demi merengkuh titel di mana komponen gaji punya bobot cukup besar.

Eddie Jordan, Channel 4 F1 TV talks, Sebastian Vettel, Ferrari and Kimi Raikkonen, Ferrari

Sumber daya jempolan merupakan salah satu syarat penting untuk membangun prestasi mentereng. Tak heran kalau mereka rela membajak insinyur dan mekanik bagus dari tim lain.

Bukan cuma itu, tim-tim raksasa berlomba memboyong pembalap terbaik meski harus merogoh kocek sangat dalam. Berikut 5 pilot F1 yang mencatatkan rekor nilai kontrak paling mahal.

1. Kimi Raikkonen

Pembalap Finlandia tersebut memiliki bakat yang mengesankan petinggi Red Bull Sauber Petronas. Selepas menjuarai Formula Renault Inggris 2000, ia pun diboyong ke Formula 1 dan mempersembahkan peringkat ke-10.

Setelah itu, Ice Man pindah ke McLaren yang membentuknya jadi pilot mumpuni. Selama lima tahun, Raikkonen mampu jadi runner-up dua kali, yakni musim 2003 dan 2005.

Dari editor, baca juga:

Profilnya dianggap cocok untuk menggantikan Felipe Massa di Ferrari. Namun, tak semudah itu mencabutnya dari tim yang sudah membesarkan nama.

Skuad pabrikan Maranello pun mengirim kontrak paling mahal sepanjang sejarah F1 supaya mau mengisi kursi kosong di sebelah Michael Schumacher. Ia pun bersedia usai disepakati mendapatkan 153 juta dolar AS (sekira Rp2,3 triliun) selama 2007-2009. Jadi setiap balapan Raikkonen dibayar 2,94 juta dolar.

Hingga sekarang, belum ada yang melewati angka tersebut. Pengorbanan Ferrari tak sia-sia karena langsung ditebus dengan gelar juara F1 2007. Sayang, prestasinya terjun bebas ke P3 dan P6, dua musim selanjutnya.

Jenson Button, McLaren dan Kimi Raikkonen, Ferrari di podium

Jenson Button, McLaren dan Kimi Raikkonen, Ferrari di podium

2. Lewis Hamilton

Hamilton merupakan salah satu pembalap terhebat dalam sejarah Formula 1, olahraga yang digelutinya mulai 2007. Juara GP2 2006 tersebut dibukakan akses ke level elite oleh McLaren.

Penampilan pilot Inggris itu tak mengecewakan. Dalam musim debut, ia mengunci predikat runner-up. Pencapaian itu membuatnya menggila tahun berikutnya dan bisa mengalahkan veteran, Felipe Massa, pada perebutan gelar dengan keunggulan satu poin saja.

Namun, prestasinya seolah antiklimaks empat musim selanjutnya. Hamilton hanya bergerak antara peringkat keempat dan kelima.

Ketika Mercedes membuat tim sendiri, namanya selalu masuk dalam radar. Kesempatan membawanya ke Brackley baru terwujud setelah Michael Schumacher pergi akhir 2012.

Masa adaptasi tidak berjalan mulus sehingga posisi keempat dalam klasemen adalah persembahan terbaik. Namun setelah mempelajari banyak hal, ia tak bisa dibendung. Dua trofi juara dibawanya pulang dan satu kali runner-up musim 2016.

Prestasi tersebut membuat harganya melambung. Karena tak mau kehilangan jagoannya, Mercedes memberikan kontrak senilai 140 juta dolar atau 2,4 juta per penampilan di trek musim 2016-2018.

Hamilton memborong empat titel lagi sebelum akhirnya kehilangan takhta oleh Max Verstappen musim 2021.

Lewis Hamilton, Mercedes AMG, tiba di sirkuit

Lewis Hamilton, Mercedes AMG, tiba di sirkuit

Foto oleh: Steve Etherington / Motorsport Images

3. Michael Schumacher

Di masa lalu, ketika mendengar nama Michael Schumacher identik dengan prestasi tinggi. Pembalap Jerman mengawali kiprahnya di F1 1991 dengan Team 7UP Jordan dan Camel Benetton Ford. Ia menjangkau peringkat ke-14.

Pada 1992, ia mendapat amunisi berkualitas dari Benetton sehingga mampu melesat ke posisi ketiga. Titel baru dituai dua tahun berikutnya, yang dipertahankan di 1995.

Dengan status juara dunia dua kali, Ferrari mesti memberi tawaran menggiurkan agar Schumi bersedia angkat kaki dari tim lamanya. Kontrak tiga tahun senilai 124 juta dolar cukup membuatnya berpaling.

Sayangnya, periode 1996-1999 seperti roller coaster. Ayah Mick mempersembahkan peringkat ketiga pada 1996, lalu didiskualifikasi akibat manuver terhadap Jacques Villeneuve di putaran final F1 musim berikutnya. Tahun 1998 lebih baik karena ia berhasil sampai urutan kedua dan melorot ke P5.

Investasi besar baru terbayar pada era 2000. Ia bercokol di puncak klasemen selama lima musim.

Michael Schumacher, Ferrari F1-2000, bicara dengan Mika Hakkinen, McLaren MP4/15

Michael Schumacher, Ferrari F1-2000, bicara dengan Mika Hakkinen, McLaren MP4/15

Foto oleh: Steven Tee / Motorsport Images

4. Sebastian Vettel

Lagi-lagi Ferrari yang jor-joran memberikan bayaran sangat tinggi demi mendudukkan pembalap Jerman itu di kokpitnya.

Bermula dari Sauber Team dengan status pembalap tes, peluang balapan reguler diberikan Toro Rosso pada paruh kedua F1 2007. Red Bull memberikan jalan menuju kejayaan.

Vettel merebut peringkat kedua pada 2009 dan bertengger di pucuk klasemen selama empat tahun beruntun. Ferrari yang berniat kembali ke era keemasan pun membawanya dengan ekspektasi sangat tinggi.

Pabrikan Maranello mengiming-imingi 110 juta dolar untuk kontrak musim 2015-2017. Tawaran yang sulit ditolak.

Vettel tidak kunjung memberikan gelar juara dan hanya finis empat besar dalam klasemen selama tiga tahun. Ia menghuni peringkat ke-3, ke-4 dan ke-2.

Situasi makin buruk justru ketika kontraknya diperpanjang. Vettel menduduki peringkat kedua F1 2018, P5 2019 dan P13 2020.

Sebastian Vettel, Ferrari, pemenang, merayakan di Parc Ferme

Sebastian Vettel, Ferrari, pemenang, merayakan di Parc Ferme

Foto oleh: Andrew Hone / Motorsport Images

5. Max Verstappen

Nilai Verstappen makin melambung ketika namanya ada di daftar kampiun F1. Sejak promosi ke Formula 1, hubungan dengan Red Bull Racing dan tim yang terafiliasi, Toro Rosso, sangat dekat.

Menjadi pilot reguler, rapor pemuda Belanda itu tidak mengecewakan. usai empat balapan musim 2016, Verstappen ditarik ke Die Roten Bullen. Performa memuaskan diberikan di akhir musim.

Grafik kinerjanya terus menanjak seiring berjalannya waktu. Pada 2020, juara dunia F1 dua edisi menerima kontrak yang dibubuhi angka 20,4 juta dolar. Kemungkinan angka itu meroket setelah berkuasa di dua musim.

Max Verstappen, Red Bull Racing, merayakan juara dunia kedua di F1 GP Jepang

Max Verstappen, Red Bull Racing, merayakan juara dunia kedua di F1 GP Jepang

Foto oleh: Zak Mauger / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Sirkuit Austin Siap Gelar F1 GP AS dengan Beragam Inovasi
Artikel berikutnya Williams Cari Pembalap yang Mampu Tantang Alex Albon

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia