Ada Depresi di Balik Kamuflase Keceriaan Lando Norris
Lando Norris sempat berkutat dengan depresi saat musim debut di Formula 1. Informasi seputar pergumulan dengan kesehatan mental diungkap dalam siaran langsung televisi.
Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images
Pembalap McLaren dikenal humoris dan selalu tersenyum. Namun, siapa sangka kalau itu hanya kamuflase saja.
Ketika sedang sendiri, ia kerap berpikir apakah pantas jadi pembalap F1 dan bisa membalas kepercayaan tim. Ditambah lagi ekspektasi publik yang tinggi terhadap pemuda 19 tahun. Beragam faktor itu malah membebani mentalnya.
Dalam program This Morning di ITV, Norris buka-bukaan tentang fakta bagaimana seorang pembalap saat jauh dari ingar-bingar F1.
“Saya kira orang-orang, karena hanya menyaksikan dari TV, tidak tahu apa yang dialami seorang pembalap. Sedikit memalukan, tapi ada lebih banyak program sekarang di mana Anda dapat melihat apa yang terjadi dengan pembalap di balik layar dan jumlah tekanan dan stres yang harus diatasi,” ujarnya.
“Terutama di usia saya, datang ke Formula 1 pada umur 19 tahun. Ada banyak mata menatap saya. Jadi, berhubungan dengan semua hal ini, merugikan saya.”
Sebagai seorang remaja, ia cukup akrab dengan media sosial, tapi ternyata hal itu menjadi bumerang. Komentar warganet yang pedas ketika ia menuai kegagalan, kerap melukai hatinya.
“Rasanya seperti saya tidak tahu apa berikutnya? Jika ini berlangsung buruk, jika saya tidak keluar musim depan dan tampil, apa yang akan terjadi?” ia mengungkapkan.
“Apa hasil dari semua ini? Apa saya aka nada di Formula 1 tahun depan, jika saya tidak? Apa yang akan saya lakukan karena saya tidak terlalu bagus di bidang lain dalam hidup?
“Semua itu membuat saya sering depresi saat itu, terutama ketika mengalami akhir pekan buruk. Saya hanya berpikir kurang bagus dan seperti itu. Ketika mereka mulai menambahkan sepanjang musim, dan sisi media sosial, mereka mulai melukai Anda.”
Di balik stres yang menghantui, Norris berusaha mencari celah untuk menorehkan prestasi di F1. Ia tak ingin membuang kesempatan langka tampil di trek jet darat untuk jangka waktu lama, gegara masalah mental.
Pada tahun perdananya, pembalap Inggris itu menjejak peringkat ke-11. Setelah itu, prestasinya berangsur membaik. Semua berkat dukungan McLaren dan orang-orang terdekatnya. Norris juga digandeng organisasi kesehatan mental Mind.
“Kami bermitra dengan Mind, yang sangat membantu dengan masif dan juga membantu banyak orang lain di McLaren, tapi juga di dunia secara umum,” katanya.
“Bicara dengan McLaren, bicara dengan orang-orang di sekitar dan teman-teman yang bisa dipercaya, dan juga Mind, saya dalam posisi yang lebih baik sekarang Saya lebih bahagia dan saya dapat menikmati segala yang saya lakukan.”
Photo by: Andy Hone / Motorsport Images
Norris menatap GP Turki akhir pekan ini dengan motivasi ekstra selepas menelan pil pahit dari Rusia. Sang pole sitter akhirnya gagal naik podium karena salah strategi dalam hujan.
“Jelas ada ekspektasi besar terhadap kami saat ini karena Monza, di mana kami finis 1-2, dan akhir pekan lalu, saya dapat pole position dan juga hampir memenangi balapan,” tuturnya.
“Jadi ada banyak orang yang mengharapkan hal-hal luar biasa. Tapi, kami harus membatasi mereka dengan sebuah cara karena kami sadar tidak sekencang Mercedes dan Red Bull, yang mana dua tim pemimpin sekarang.
“Kami masih punya banyak pekerjaan tapi setiap balapan adalah sebuah kesempatan.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments