Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Analisis: Mesin Mercedes sudah menembus 1.000 dk?

Mesin turbo hibrida Formula 1 sering kali mendapatkan kritik sejak pengenalannya di tahun 2014. Suara yang kurang keras dan minimnya efisiensi bahan bakar menjadi alasannya.

Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 Team

Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 Team

XPB Images

Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 Team
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 Team
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid
Nico Rosberg, Mercedes AMG F1 W07 Hybrid leads Daniel Ricciardo, Red Bull Racing RB12

Namun ada satu aspek yang menjadi kekuatan mesin ini, yaitu jumlah tenaga yang diberikan. Mesin-mesin yang mobil Formula 1 gunakan saat ini, memberikan tenaga yang jauh lebih besar dibandingkan dengan unit mesin V8 yang mereka gantikan.

Mereka dengan mudah menembus angka 900 dk, dan kini terdapat indikasi bahwa mesin tim pemuncak klasemen yang diproduksi Mercedes, dapat memberikan tenaga sebanyak 1000 dk saat melakukan catatan waktu kualifikasi.

Tentu angka tersebut tidak akan dikonfirmasi oleh teknisi-teknisi yang dikepalai oleh Andy Cowell yang bekerja di Mercedes AMG High Performance Powertrains. Mereka tentunya menjaga detail-detail mesin canggih mereka.

Namun, dari sumber yang mengenal lebih dekat dengan situasi ini memberi tahu kami bahwa spesifikasi terbaru mesin Mercedes yang diperkenalkan di balapan GP Belgia, menghasilkan 980 dk.

Tetapi di GP Singapura, sebuah pabrikan mobil yang saat ini tidak terlibat di F1, melakukan pengumpulan data untuk mengecek progres unit mesin Mercedes.

Setelah menggunakan analisis suara untuk membandingkan performa dari mesin, aspek yang menarik mulai muncul ke permukaan.

Hasil analisis suara yang kemudian diberikan kepada Motorsport.com, menunjukkan bahwa puncak performa atau tenaga mesin Mercedes dapat mencapai angka yang impresif, 1000 dk.

Angka tersebut diambil dari analisis tenaga mesin saat mobil Mercedes melakukan percobaan catatan waktu terakhir di sesi kualifikasi, di mana pembalap mereka dapat menggunakan ‘power boost’ selama 50 detik untuk membantu usaha kualifikasi mereka.

Tombol ‘Magic’

Bagi penggemar F1 tentu tidak asing dengan sebutan ‘Magic Button’ yang sering dikatakan oleh teknisi Mercedes kepada pembalapnya di radio tim. Banyak yang berpikir tombol magic adalah tombol yang digunakan untuk mengubah pengaturan mesin sehingga dapat menyalurkan tenaga tambahan sebesar 80 dk.

Kami mengetahui sejak GP Belgia, bahwa pelanggan mesin Mercedes, Williams terpaut 0,3 detik di belakang Mercedes ketika Felipe Massa ataupun Valtteri Bottas tidak dapat menggunakan pengaturan tersebut di sesi kualifikasi.

Meskipun saat kami menggunakan angka 980 dk, yang mencakup 160 dk dari sistem pemulihan tenaga (MGU-H dan MGU-K), hal itu menunjukkan tenaga yang diproduksi oleh mesin pembakaran dalam mencapai kisaran 820 dk.

Angka tersebut sebenarnya sudah sangat impresif mengingat mesin ini hanya mempunyai kapasitas 1,6 liter, dan memiliki batasan ketat terkait aliran bahan bakar 100 kg per jam di rpm 10500. Terlebih lagi, ketika material-material eksotis yang biasanya dapat meningkatkan performa mesin ini juga dilarang oleh regulasi.

Jika Anda mengambil angka 80 dk dari perkiraan jumlah boost yang Mercedes gunakan saat kualifikasi, Anda mendapatkan angka 750 dk yang diproduksi oleh Mercedes saat balapan. Angka yang sedikit lebih bertenaga dibandingkan dengan yang diproduksi oleh Ferrari 061/1, namun jauh mengungguli tenaga yang dihasilkan mesin Renault dan Honda.

Hal yang membedakan mesin Mercedes dengan mesin pabrikan lainnya adalah, mereka memiliki daya penuh (peak power) yang lebih banyak saat dibutuhkan di sesi kualifikasi dan beberapa situasi saat balapan.

Sebagai contoh, ketika balapan GP Singapura kembali dilanjutkan setelah periode Safety Car pada putaran ketiga, Nico Rosberg dengan cepat dapat kembali membangun keunggulan yang dimilikinya dari Daniel Ricciardo, sehingga pembalap Australia itu tidak mampu berada dalam jangkauan DRS Rosberg. Setelah berhasil menjauhi Ricciardo, Rosberg kemudian menurunkan performa mesinnya untuk menjaga keunggulannya.

Ferrari sebenarnya mampu menyamai performa yang ditunjukkan oleh Mercedes dalam situasi balapan, namun mereka tertinggal saat harus menyalurkan boost di sesi kualifikasi.

Aspek itulah yang kini sedang digarap benar-benar oleh para teknisi di Maranello agar Sebastian Vettel dan Kimi Raikkonen dapat menjadi penantang mobil-mobil cepat Mercedes.

Masalah reliabilitas

Bila Mercedes benar-benar berhasil menembus angka 1000 dk, maka hal itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Andy Cowell. Angka tersebut diyakini tidak dapat dicapai oleh Ferrari karena khawatir dengan aspek reliabilitas mesin mereka.

Mercedes memiliki reliabilitas yang kuat pada paruh kedua musim mereka – meskipun masalah-masalah di awal musim membuat Lewis Hamilton harus menggunakan komponen mesin tambahan di Spa.

Ferrari masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak setelah sistem cerdas yang mereka kembangkan – dengan menyimpan bahan bakar saat melalui meteran aliran bahan bakar – untuk menyalurkan boost tambahan saat dibutuhkan, dilarang oleh FIA.

Namun untuk saat ini, kita telah mengetahui bahwa Mercedes berada di kelas teratas dalam hal jumlah tenaga mesin, dan jumlah tenaga yang mesin mereka produksi mengingatkan kita dengan jumlah tenaga yang diproduksi oleh mesin F1 era 80-an.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Analisis: “Tidak ada asap tanpa api” terkait rumor Apple/McLaren
Artikel berikutnya Vandoorne merasa tahun 2017 sebagai “peluang terakhir” masuk ke F1

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia