Asal usul pit stop
Tahukah Anda mengapa pit stop dikenal sebagai "pit stop"?
Dunia balap kini tak asing lagi dengan istilah pit stop, baik untuk mengisi bahan bakar, mengganti ban, oli, hingga rem atau yang yang lainnya termasuk mengganti pembalap di ajang ketahanan.
Sebelum balap Grand Prix dihelat mulai 1906 oleh Automobile Club de France (ACF), balapan antar kota Paris-Rouen telah digelar pada 1894. Ajang tersebut sering dinilai sebagai balapan kompetitif pertama di dunia.
Lewat 12 tahun sejak event Paris-Rouen yang diselenggarakan oleh Harian Le Petit Journal, Grand Prix 1906 digelar di Dieppe, Paris, diikuti oleh berbagai pabrikan kenamaan dunia seperti Renault, Fiat, dan Mercedes.
Pada Grand Prix berikutnya di Dieppe, tribun penonton dan depot untuk pengisian bahan bakar atau pergantian suku cadang ditempatkan besebrangan dan berdampingan. Hal tersebut membuat penonton harus menyebrang lintasan untuk mengakses tribun dan kesulitan melihat aksi di sekitar depot.
Untuk 1908, lokasi grandstand utama Dieppe diubah karena adanya kenaikan harga sewa dari pemilik lahan setempat. Tribun utama penonton pun ditempatkan di satu sisi lintasan saja, tepatnya di belakang depot.
Masalah lain muncul saat sebagian dari 300.000 penonton merasa terganggu dengan kehadiran kru di depot yang dianggap menghalangi pemandangan dari tribun.
Untuk mengakalinya, depot yang awalnya berada sejajar dengan permukaan lintasan dipindah ke parit berkedalaman 1,5 meter dengan pemisah antar tim berupa jaring kawat. Parit [pit] tersebut menjadi tempat para kru berada atau bekerja saat mobil berhenti [stop] di dekat mereka. Dari sinilah istilah 'pit stop' lahir.
Nekat menjadi kata sifat yang melekat dengan para pembalap Grand Prix. Juara Grand Prix 1908, Christian Lautenschlager membawa beberapa ban di mobilnya supaya bisa mengganti kapanpun di sepanjang sirkuit.
VIDEO: Asal Muasal 'Pit Stop' Grand Prix Prancis 1908
Pit stop ala Vanderbilt Cup
Kisah serupa juga terjadi di Amerika Serikat dalam ajang Vanderbilt Cup, kompetisi motorsport profesional pertama di Negeri Paman Sam.
Memulai musim debutnya pada 1904, kejuaraan tersebut sempat menuai kontroversi di tempat awal penyelenggaraannya, New York. Sejumlah tuntutuan dilayangkan untuk menghentikan balapan yang diinisiasi oleh William Kissam Vandebilt II, milyuner serta penggemar motorsport asal New York.
Beruntung, Vanderbilt II turun tangan menyelesaikan perselisihan tersebut. Balapan perdana tetap digelar di jalanan daerah Nassau sepanjang 48,7 km.
Empat bulan setelah Grand Prix 1906, konsep pit stop turut dihadirkan dalam balapan tersebut, dengan bentuk pit stop lebih lebar untuk tiap tim serta pemisah berwujud papan.
Saat itu, hanya mekanik dan pembalap yang diperbolehkan mengganti bagian mobil. Kru pit lainnya hanya diperbolehkan menyerahkan berbagai alat untuk memperbaiki mobil.
Sejak musim 1910, kru pit diperbolehkan membantu mekanik dan pembalap, meski hanya sebatas mengganti air, oli, bensin, dan ban.
Balapan terakhir Vandebilt Cup diadakan pada 1960, sebagai usaha untuk menghidupkan kembali ajang tersebut setelah vakum selama 23 tahun.
Perkembangan pit stop
Prosesi pit stop mengalami berbagai perkembangan, baik dari segi prosedur, peralatan, serta keselamatan. Pada balapan Formula 1 era '50an, pit stop berlangsung di salah satu sisi lurusan, dengan para kru mekanik bersiap di balik tempat khusus sebelum melakukan servis.
Pit stop zaman dulu dapat berlangsung lebih lama dari satu menit sehingga para pembalap pun dapat menyempatkan diri untuk keluar dari mobil mereka.
Prosedur modern pit stop di F1 dengan refuelling pertama kali dilaksanakan tim Brabham di GP Austria 1982.
Keselamatan para kru juga semakin diperhatikan. Untuk menghindari kecelakaan di jalur pit khususnya setelah insiden Michele Alboreto di San Marino 1994, batas maksimum kecepatan pit lane pertama kali diperkenalkan pada ronde berikutnya di Monako.
Bila pada F1 era '90an masih terdapat kru pit stop bercelana pendek, kini mereka wajib mengenakan baju anti api serta helm saat bertugas, khususnya pada saat hari balapan.
Berbeda dengan balapan berdurasi singkat seperti F1, prosesi pit stop di ajang balap ketahanan bisa memakan waktu cukup lama, bahkan hingga memaksa mobil masuk ke garasi. Servis tidak hanya untuk ban dan bahan bakar, melainkan juga oli, cakram rem, hingga bagian-bagian lain, sesuai aturan dari pihak penyelenggara.
Selain jenis suku cadang yang diganti, jumlah kru serta jenis peralatan penggantian turut berpengaruh terhadap durasi pit stop. Waktu yang dibutuhkan setiap masuk pit saat F1 masih mengizinkan pengisian ulang bahan bakar relatif lebih singkat daripada Super Formula maupun IndyCar.
F1 di awal 2000 memakan waktu pit stop hingga 6-7 detik, sedangkan pada balap Super Formula, waktu yang dibutuhkan minimal 10 detik. Keduanya sudah termasuk mengisi ulang bahan bakar.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.