Ban jadi fokus pembelajaran Rio Haryanto
Pekan lalu di Circuit of The Americas, Motorsport.com berkesempatan mewawancarai langsung Rio Haryanto perihal peluangnya di musim depan. Kali ini, ia menceritakan satu hal terpenting yang ia pelajari selama menjadi pembalap cadangan.
Foto oleh: XPB Images
Pembalap F1 asal Indonesia, Rio Haryanto, akan menjalani ronde F1 yang ketujuh sebagai pembalap cadangan Manor Racing. Meskipun hanya bisa menonton balapan dari balik garasi atau pit wall tim, Rio tetap mempelajari aspek-aspek penting balapan F1.
Salah satu aspek yang paling sering diperhatikan oleh Rio, adalah karakteristik ban Pirelli. Sejak Pirelli mengambil alih peran Bridgestone sebagai satu-satunya penyuplai resmi ban F1 di tahun 2011, ban menjadi salah satu yang paling sering dibicarakan oleh tim, pembalap, dan para pemerhati balapan Formula 1.
"Memahami tentang ban sangat menarik, ban Pirelli khususnya sangat sensitif. Jika ban tidak berada dalam kisaran temperatur optimum, keseimbangan mobil akan sangat berbeda," ungkap Rio. "Membuat ban bekerja dengan baik selalu menjadi kunci utama."
Tahun ini, peraturan alokasi ban menjadi lebih rumit dari sebelumnya dan semakin memegang peran yang besar dalam penentuan strategi. Di setiap ronde, pembalap F1 harus menentukan alokasi tiga kompon ban kering. Dari tiga kompon ban berbeda tersebut, Pirelli menominasikan dua set yang wajib dipakai setiap pembalap saat balapan. Selain itu, Pirelli juga memberikan batas minimum tekanan ban yang kerap menuai kritik karena sangat mempengaruhi performa mobil.
Setiap pembalap dari satu tim bisa memiliki dua pendekatan yang berbeda terkait manajemen ban saat balapan. Josh Peckett, race engineer Rio, seringkali memilih strategi konservatif, yakni long-stint di fase awal lomba. Kini, Rio sering memperhatikan gaya balap rekan satu timnya di Manor.
"Saya melihat Pascal dan Esteban, mereka berdua berusaha keras untuk mendapatkan performa terbaik dari ban," terang pembalap asal dari Surakarta itu.
"Sangat penting memahami cara memperlakukan ban, contohnya pada lap pemanasan, seberapa jauh Anda bisa push, seberapa besar Anda bisa mengatur temperatur dalam kisaran optimum, semuanya sangat krusial."
Rio termasuk ke dalam barisan pembalap dengan gaya mengemudi yang halus dan mampu menghemat ban. Contoh paling jelas dari kemampuannya tersebut, terlihat ketika ia masih membalap di GP2. Saat ia menjalani balapan sprint race di Sochi tahun lalu, ia sempat mengunci ban dan biasanya performa ban akan langsung menurun setelahnya. Situasi terlihat semakin sulit bagi Rio karena rival-rival di belakang pun semakin mendekatinya. Pada akhirnya, tidak ada yang menyangka ia kemudian bisa kembali melesat ke depan.
Kemudian, saat balapan F1 di Baku, Rio menjalani 48 lap di atas ban soft. Tentu saja ia harus menyesuaikan kecepatan lajunya untuk menjaga umur ban tapi tetap saja itu adalah sebuah pencapaian yang besar. Sebagai perbandingan, Max Verstappen yang memakai ban berkompon medium - yang umumnya bisa bertahan lebih lama dari soft - menyelesaikan 31 lap.
Wawancara oleh Erwin Jaeggi
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments