Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Beragam Rintangan dalam Penerapan Sprint Race F1

Wacana sprint races diklaim sudah didukung mayoritas tim-tim Formula 1. Namun, bukan berarti bisa diterapkan secara langsung karena ada beberapa rintangan yang mengadang.

The busy pre race grid

The busy pre race grid

Charles Coates / Motorsport Images

Manajemen F1 terus berinovasi untuk mengikat fan lama dan menjaring penggemar baru. Setelah menjalankan kualifikasi dengan sistem gugur mulai 2006, dengan pengecualian sistem kualifikasi eliminasi pada dua balapan musim 2016, lalu gelaran balapan hanya dua hari di  kemungkinan akan ada perubahan format lagi ke depannya.

F1 ingin memperkenalkan ide kualifikasi dengan reverse grid di satu atau dua balapan tahun lalu. Mercedes-AMG Petronas merupakan satu-satunya yang menolak, dengan alasan bertentangan dengan DNA (selain untuk menjaga keunggulan mereka).

Reverse grid dan sprint race diberlakukan untuk dua balapan beruntun. Sprint race dilakukan selama 30 menit untuk menggantikan Q1, Q2 dan Q3 di pekan kedua. Sementara pole position ditempati juru kunci klasemen. Sebaliknya, kandidat pemenang ditempatkan paling belakang.

Ikatan antara hiburan dan gimmick yang harus dilalui F1 dengan hati-hati ketika terjadi perubahan format, tapi CEO baru Stefano Domenicali buru-buru menghentikannya. Awal bulan ini, ia menegaskan kalau rencana reverse grid selesai tapi sprint race tetap di meja pada 2021.

“Kami berpikir kalau ini dapat diuji tahun ini. Ada diskusi yang berlangsung dengan tim-tim di forum yang tepat, dan saya kira mungkin ini satu-satunya hal yang menarik,” katanya.

Kamis (11/2/2021), pertemuan Komisi F1 memperlihatkan tim-tim berdiskusi secara formal tentang rencana tersebut dan tidak seperti proposal reverse grid, semua orang berada di gerbong (sama). Ini seperti sebuah pertunjukkan persatuan yang jarang terjadi ketika membahas format akihir pekan, tapi itu membuktikan bagaimana Domenicali mencapai keseimbangan yang tepat untuk menghindari penurunan menjadi gimmick.

Baca Juga:

Setelah pertemuan itu, F1 dan FIA menyatakan kalau ada dukungan besar untuk ide sprint race, tapi gagasan selanjutnya harus dimatangkan kewat kelompok kerja yang baru berdiri. Grup itu bertujuan mendapat rancangan penuh dalam beberapa pekan mendatang, sehingga keputusan final dapat diambil sebelum awal musim baru.

Kelompok kerja perlu memperhatikan serangkaian rintangan supaya perencanaan sprint race berjalan di koridor, dengan rincian lebih lanjut diperlukan. Yang paling besar adalah mengumpulkan persetujuan tim, tapi sepertinya sudah aman. Jadi sisanya mungkin saja tinggal formalitas.

Perlu menekankan bahwa sprint race bukan pengganti kualifikasi sepenuhnya. Rencana untuk 2021 adalah melaksanakan program itu di tiga grand prix, yakni Kanada, Italia dan Brazil, sebagai bagian dari dorongan untuk mengguncang elemen tertentu di F1 dalam rangka mengikat fan baru.

Kualifikasi dengan format saat ini diganti ke Jumat sore, konsekuensinya sesi latihan hanya ada Jumat pagi. Hasilnya menentukan grid di sprint race. Torehan waktu dipakai acuan penentuan start saat lomba, Minggu.

Tapi ada satu pertanyaan tim-tim, apa status dari pemenang sprint race? Apa mereka pemilik pole position untuk balapan? Atau hanya jadi cadangan untuk format kualifikasi, membuat penguasa sprint race sebagai pemenang balapan?

Secara teknis, F1 perlu menjelaskannya dan bukan hanya karena buku rekor. Kontrak pembalap selalu terpusat pada hasil dan kemenangan balapan, artinya harus didefinisikan dengan jelas apa maksud sprint race dari sudut pandang regulasi.

Perlu dibahas juga bagaimana dampak adanya program itu terhadap detail teknis balapan terutama penggunaan ban dan keawetan suku cadang, Solusi ban tampak sederhana, mengingat tim-tim bakal menghemat ban dengan sesi latihan.

Pada suku cadang depan, tim-tim tunduk pada batasan ketat berapa banyak komponen power unit yang boleh digunakan pertahun. Tapi sprint race tentu akan menambah tekanan pada bagian-bagian tersebut.

Timbul pertanyaan pula terkait penalti grid, dan bisa atau tidak mereka diterapkan untuk sprint race selain grand prix. Meskipun itu akan menciptakan area baru bagi para steward memperkenalkan penalti, akan ada pertanyaan lebih banyak yang muncul.

Sistem poin dan hadiah uang juga perlu diperjelas. Pemberian poin akan menambah bumbu ekstra pada sprint race, dan membuat para pembalap mempertimbangkan risiko sekaligus hadiah ketika mencoba memperebutkan urutan, terutama dalam durasi 30 menit.

Mengingat jarak ditetapkan jadi sepertiga grand prix biasa, menjadi 100 km, memberi poin dengan bobot serupa tampak tak logis. Seharusnya mereka yang ada di posisi enam teratas mendapat poin dengan format 8-6-5-4-2-1, atau delapan teratas menggunakan sistem pra 2010. Dalam detail ini mesti diperjelas dengan kelompok kerja untuk memastikan formatnya adil dan tidak melemahkan balapan Minggu.

Pertanyaan besar lain seputar seleksi balapan. Monza adalah pilihan yang tepat untuk format ini, mengingat karakternya untuk kecepatan tinggi dan kesempatan menyalip, dengan balapan tahun lalu yang menimbulkan pembahasan baru tentang perubahan format.

Interlagos dan Montreal bisa jadi pilihan logis, sekali lagi, tata letak mereka mendorong untuk menyalip, tapi ada tanda tanya yang tak terhindarkan tentang kelangsungan hidup mereka tahun ini mengingat mereka tak menggelar balapan pada 2020.

Valtteri Bottas, Mercedes F1 W11, Sergio Perez, Racing Point RP20, Charles Leclerc, Ferrari SF1000, Max Verstappen, Red Bull Racing RB16, dan seluruh wakil tim saat start

Valtteri Bottas, Mercedes F1 W11, Sergio Perez, Racing Point RP20, Charles Leclerc, Ferrari SF1000, Max Verstappen, Red Bull Racing RB16, dan seluruh wakil tim saat start

Foto oleh: Charles Coates / Motorsport Images

Itu adalah contoh lain, di mana keyakinan F1 pada jadwal yang ada, tapi satu pertanyaan lagi timbul jika balapan tidak berlangsung tahun ini, apakah event lain akan menggantikan sprint race?

Sprint race mungkin memicu kekhawatiran di antara penggemar garis keras tentang arah F1, tapi itu langkah jinak yang tidak akan merusak DNA seri secara signifikan. Pembalap tercepat dan tim-tim tidak akan mendapat penalti apa pun atas apa yang terjadi, yang memicu ketakutan banyak pihak.

Salah satu kekhawatiran adalah kehadiran balapan lain dalam format akhir pekan dan apakah itu akan mengurangi gemerlap lomba akhir pekan. Tapi seperti yang ditunjukkan Jonathan Noble dalam kolomnya, di mana GP Macau menjalankan balapan dengan kualifikasi, dan tidak menderita apa pun. Kalau ada, itu hanya menambah unsur hiburan dan variasi, selalu menghasilkan para pemenang berbeda.

Dan keindahan dari semua ini adalah itu bisa digulung dengan mudah kalau dibutuhkan. Jika di akhir musim, umpan balik sprint race dianggap sebagai ide buruk, fakta mereka hanya dilangsungkan dalam beberapa balapan, membuat lebih mudah dihapus. Sebaliknya, juga benar, jika mereka sukses maka dapat diperluas dengan mudah.

Dengan tim-tim yang mendukung tes sprint race tahun ini, tantangan terbesar sudah diatasi. Kelompok kerja F1 yang baru akan memberikan detailnya, tapi ketika kejelasan tiba beberapa pekan lagi, itu memberi alasan lain untuk bersemangat menyambut musim 2021. Itu harus dianggap sebagai kesuksesan awal yang mengesankan dalam era Domenicali.

Be part of Motorsport community

Join the conversation

Video terkait

Artikel sebelumnya Rosberg: Hanya Verstappen yang Bisa Kalahkan Hamilton
Artikel berikutnya Mantan Bos F1 Sudah Jalani Vaksinasi Covid-19

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia