Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Alasan tim-tim F1 khawatir dengan Brexit

Tim-tim Formula 1 ikut mengkhawatirkan dampak keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit). Apa saja konsekuensinya?

Union Jack Flag in the wind

Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images

Inggris Raya direncanakan akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019. Tapi Perdana Menteri Theresa May masih kesulitan mendapat persetujuan dari parlemen terkait usulan kesepakatannya.

Para tokoh F1 diyakini terus ikut memantau perkembangan berita ini. Pasalnya setiap keputusan yang akan diambil Inggris Raya dalam isu Brexit bisa berdampak besar terhadap dunia motorsport, termasuk Formula 1. 

Tim takut kehilangan pekerja

COO McLaren, Jonathan Neale, mengatakan ada tiga "pilar" yang menjadi kekhawatirannya, salah satunya adalah dampak Brexit terhadap proses perekrutan pekerja dari negara-negara Eropa.  Neale mengungkapkan, McLaren saat ini diperkuat oleh para pekerja dari 23 negara berbeda. Walau tidak semuanya berasal dari Eropa.

"Ini akan sangat disayangkan dan janggal bila kita harus ikut mengurusi proses visa, seperti yang kita lakukan dengan Amerika Serikat," kata Neale kepada Motorsport.com.

"Bukan sesuatu yang tidak mungkin, tapi ini akan menyulitkan. Kami lebih senang jika diberi kebebasan untuk mendatangkan talenta dari tempat mana saja.

"Ini akan menambah jumlah biaya dan waktu. Jadi kami tidak ingin ada gesekan ketika kami sedang merekrut pekerja."

"Sebagai sebuah organisasi internasional, para pekerja kami memiliki latar belakang yang beragam. Ini menjadi stimulus untuk menciptakan banyak ide dan bekerja secara kreatif."

Kekhawatiran ini juga disadari bos Ferrari, Maurizio Arrivabene. Ia bahkan memprediksi akan ada sejumlah pekerja yang dipaksa keluar dari tim-tim bermarkas di Inggris. "Saya menduga, dalam waktu dekat ini, akan ada banyak orang yang mengetuk pintu Maranello".

Namun Arrivabene berharap hal tersebut tidak benar-benar terjadi pada F1.

Charles Leclerc, Ferrari SF71H and Ferrari mechanics

Charles Leclerc, Ferrari SF71H and Ferrari mechanics

Photo by: Mark Sutton / Sutton Images

'Bukan perkembangan yang bagus'

Seperti kebanyakan tim independen – Red Bull, Haas, Racing Point, McLaren, Williams – tim pabrikan Mercedes dan Renault juga memiliki markas di Inggris Raya.

Basis tim balap Mercedes bertempat di Brackley, sementara markas mesin mereka berada di Brixworth. Adapun Renault tetap memanfaatkan fasilitas di Enstone.

Bos tim Renault, Cyril Abiteboul, mengakui isu Brexit telah membuatnya khawatir karena Inggris Raya telah berperan dalam kemajuan timnya sejak kembali ke grid F1 pada 2015.

"Kami bertumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun belakangan ini berkat peluang yang ditawarkan oleh Inggris Raya. Kami berharap ini tidak berubah."

Hal senada juga disampaikan team principal Mercedes, Toto Wolff yang mengatakan, "Ini bukan perkembangan yang bagus".

"Kami terus memantau ini secara sangat dekat karena Mercedes memiliki operasi besar yang berjalan di Inggris," ujar Wolff.

"Divisi motorsport kami, kurang lebih ada 1.800 orang, sebagian besarnya adalah warga UE."

Valtteri Bottas, Mercedes-AMG F1 W09

Valtteri Bottas, Mercedes-AMG F1 W09

Photo by: Jerry Andre / Sutton Images

Masalah logistis

Urusan logistis di F1 sudah sejak lama menjadi tantangan besar bagi setiap tim. Mereka khawatir hal ini akan semakin dipersulit jika perbatasan dikontrol lebih ketat.

Wolff mengatakan Mercedes sudah mengambil beberapa kebijakan untuk memastikan barang-barang yang diimpor dari UE tidak terhambat di perbatasan. Sementara Neale menambahkan bahwa proses logistis F1 sudah berjalan dengan ambang batas yang ketat.

Sebagai contoh, McLaren nyaris mengalami masalah besar pada gelaran GP Abu Dhabi, ketika ada komponen hidrolis yang tertahan bea cukai Uni Emirat Arab.

Neale mengungkapkan ada "tiga atau empat palet" yang tertahan di bea cukai selama tiga hari. Andai saja itu memakan waktu lebih lama, menurutnya McLaren bisa tidak ikut serta pada latihan pertama hari Jumat.

"Ini akan menaikkan ongkos, ini akan menambah jumlah dokumen, menambah administrasi, dan akhirnya menambah waktu," keluh Neale.

Freight

Freight

Photo by: Mark Sutton / Sutton Images

'Tak ada manfaat' bagi F1

Ketika ditanya apakah F1 bisa mengambil manfaat dari Brexit, Neale menjawab, "Untuk saat ini, saya tidak melihat ada manfaat bagi Formula 1."

Sejumlah tim berharap akan ada titik terang dalam beberapa minggu mendatang. Namun, harapan tersebut diutarakan sebelum terjadinya drama di parlemen Inggris, di mana muncul pemberontakan terhadap kesepakatan yang diusulkan Perdana Menteri May.

Anggota parlemen Inggris dijadwalkan melakukan voting perihal Brexit pada Selasa (11/12). Ini berarti Formula 1 masih dalam ketidakpastian untuk sementara waktu.

Laporan tambahan oleh Ben Anderson

Jonathan Neale, Managing Director, McLaren
10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Mick Schumacher disebut punya potensi sukses di F1
Artikel berikutnya Bidik gelar, Ferrari dituntut lebih konsisten

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia