Analisis: Tandem dengan Vettel, Leclerc punya PR
Tampil cemerlang sebagai rookie tahun lalu, Charles Leclerc masih memiliki pekerjaan rumah jika ingin mengimbangi Sebastian Vettel pada Formula 1 2019.
Foto oleh: Jerry Andre / Motorsport Images
Motorsport.com's Prime content
The best content from Motorsport.com Prime, our subscription service. <a href="https://www.motorsport.com/prime/">Subscribe here</a> to get access to all the features.
Sempat setara dengan Williams di awal musim, Sauber membuat kemajuan signifikan sepanjang 2018, hingga akhirnya menjelma menjadi tim yang konsisten memperebutkan 10 besar pada kualifikasi dan balapan.
Performa kualifikasi Leclerc juga meningkat seiring musim berjalan. Alhasil, dalam hal ini ia sering unggul atas rekan setimnya yang lebih berpengalaman, Marcus Ericsson.
Dikupas lebih rinci, Leclerc memang sudah tampil optimal pada mayoritas sesi kualifikasi tahun lalu. Akan tetapi, ini juga mengekspos kelemahan yang harus ia perbaiki pada 2019.
Memaksimalkan potensi Sauber
Charles Leclerc, Sauber C37
Foto oleh: Mark Sutton / Sutton Images
Motorsport.com menggunakan metode super-time yang berarti mengambil catatan waktu tercepat setiap tim selama satu pekan balapan dan kemudian diubah ke dalam bentuk persentase untuk membuat perbandingan dengan tim-tim lain.
Ini dinilai merupakan cara yang lebih adil untuk membuat komparasi antar tim. Karena kita hanya membutuhkan satu pembalap dari setiap tim untuk mendapat catatan waktu yang representatif dari masing-masing Grand Prix.
Memisah musim menjadi empat bagian mengungkap kehebatan Leclerc. Tidak hanya menyamai kurva peningkatan Sauber, Leclerc bahkan sering tampil di atas rata-rata kemampuan mobil C37.
Dibandingkan tim-tim lain, rata-rata super-time Sauber adalah 7,4, atau ekuivalen dengan posisi start antara P14 dan P15. Tapi rata-rata hasil kualifikasi Leclerc sepanjang 2018 adalah 12,7 atau dua grid lebih bagus dari rata-rata timnya.
Leclerc juga tiga posisi lebih baik ketimbang Ericsson yang memiliki rata-rata 15,7. Keunggulan tersebut rupanya berlanjut ke balapan dengan rata-rata finis Leclerc adalah 9,7 sementara Ericsson 12,2.
Menyingkap kelemahan Leclerc
Sebastian Vettel, Ferrari SF71H, Charles Leclerc, Sauber C37
Foto oleh: Manuel Goria / Sutton Images
Dari data yang baru saja disajikan, kita sekarang bisa mengetahui bahwa Leclerc mampu beradaptasi dengan baik dalam menghadapi tantangan kualifikasi F1.
Namun begitu, Leclerc menyimpan rekor terburuk di antara semua pembalap, yakni dalam hal merangkai catatan waktu terbaik absolut. Sepanjang 2018, hanya tiga kali Leclerc berhasil mengombinasikan catatan waktu terbaiknya di ketiga sektor dalam satu lap yang sama.
Leclerc juga membukukan rata-rata 0,132 detik lebih lambat dibanding raihan absolutnya. Dalam hal ini, dibandingkan pembalap-pembalap lain, Leclerc adalah yang terburuk kedua.
"Kami harus push sejak Q1 hingga Q3 dan Anda dituntut melakukan lap tepat di ambang batas," ucap Leclerc menjawab pertanyaan dari Motorsport.com tentang tantangan kualifikasi di F1.
"Sulit untuk improve dari yang sudah Anda bukukan sebelumnya.
"Memasuki paruh akhir musim, saya mulai bisa menghasilkan catatan waktu seperti yang saya inginkan pada Q3. Tapi pada pertengahan musim, saya masih kesulitan dan Anda sering melihat saya mencatat waktu terbaik pada babak Q2, bukan Q3."
Leclerc memang menunjukkan peningkatan di sisa musim, di mana ia menembus sepuluh besar pada lima dari enam kualifikasi terakhir 2018. Itupun sebenarnya masih bisa lebih baik lagi andai Leclerc bisa merangkai kombinasi catatan waktu terbaiknya.
Pada enam ronde tersebut, defisit Leclerc dari waktu absolutnya lebih baik dibandingkan rata-rata musimnya, kecuali di Meksiko (0,248 detik), dan Brasil (0,237 detik).
Vettel jadi patokan
Pembahasan di atas memang terkesan seperti kritik yang terlalu keras terhadap Leclerc. Namun, patut dicatat, rekan setim Leclerc pada musim 2019, Sebastian Vettel, mampu menguasai dua statistik kunci yang menjadi kelemahan pembalap Monako itu.
Vettel berhasil mengombinasikan catatan waktu terbaiknya di ketiga sektor dalam 11 dari 21 sesi kualifikasi musim 2018. Itu tiga kali lebih banyak dibanding pembalap lain.
Selain itu, defisit Vettel dari raihan absolutnya hanya berjarak 0,025 detik lebih lambat sepanjang musim. Ini jelas menjadi sesuatu yang setidaknya harus bisa disamai Leclerc.
Pun demikian, tidak perlu diragukan, sebagai rookie, Leclerc sudah membuktikan dirinya mampu kompetitif dan tidak malu untuk berduel di lintasan. Dengan posisi grid yang lebih bagus, maka itu bakal menjadi vital untuk tampil di level yang sama seperti Vettel.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments